Peringatan 100 Hari Bom Surabaya, Begini Kata Anita Wahid
Pasca tragedi bom yang mengguncang Surabaya dan sekitarnya beberapa waktu lalu, Aliasi Persaudaraan Lintas Iman Suroboyo, pun menggelar peringatan 100 hari-nya dengan pagelaran seni budaya dan refleksi tokoh-tokoh agama.
Digelar di Warung Mbah Cokro daerah Jalan Prapen Surabaya, Jumat, 23 Agustus 2018 malam tadi. Putri Presiden RI ke-4 KH Abdurahaman Wahid, Anita Hayatunnufus Wahid, sebagai inisiator acara ini mengatakan, pertemuan berbagai tokoh agama ini bermula dari tragedi yang sudah menyayat hati mereka, sebagai satu bangsa.
"Pertemuan ini memang berangkat dari sebuah tragedi yang memang sudah menyayat kita sebagai satu bangasa, tetapi walaupun itu adalah tragedi bukan berarti kita tidak bisa mempergunakannya untuk bangkit," ujar Anita, ditemui usai acara.
Di momen 100 hari pasca tragedi bom Surabaya itu, Anita pun menjadikannya sebagai Hari Persaudaraan Sejati. Hal itu kata dia, bertujuan untuk mengingatkan masyarakat lagi bahwa dalam peristiwa itu, mereka telah kehilangan saudara.
"Ini untuk ngingetin peristiwa yang kemarin terjadi itu karena kita kehilangan diri kita, sebagai saudara kita lupa seperti apa, bahwa mereka yang berbeda itu juga sama lho dengan kita, sama-sama satu saudara, itulah sebabnya hari ini kita jadikan hari persaudaraan sejati," ujar Anita.
Anita ingin mengajak sesama untuk selalu saling hormati satu sama lain, ber-tabayyun, saling mengklarifikasi bila ditemukan permasalahan, dan selalu berusaha menahan diri. Hal itu, kata dia sesuai dengan apa yang di ajarkan para orang tua, untuk menghindari lagi konflik antar sesama manusia.
"Sekarang, kalau kita memang mengingat semua orang di Indonesaia ini sebagai saudara kita, maka itu adalah celah pertama, dan celah paling besar untuk kita mengenal satu sama lain, dan kemudian mencari persamaan diantara perbedaan yang kita punya, dan itu yang akan jadi kekuatan kita bersama untuk membangun bangsa ini," ujar dia.
Anita pun menyampaikan rasa prihatinnya terhadap semua korban, menurutnya tragedi itu bukan hanya menghilankan nyawa, tapi juga banyak di antara mereka yang kehilangan kemampuanya untuk bekerja, padahal orang itu, kata dia, bisa saja adalah tulang punggung keluarganya.
"Kita berharap bahwa memang akan ada bantuan dari pemerintah atau siapapun, tapi buat saya sekarang yang paling penting adalah ketika kita memustuskan untuk bangkit, ketika kita memutuskan untuk bangun dari perisitiwa tersebut, kita gak perlu menunggu siapa-siapa untuk saling bantu. kalau memang korban-korban ini membutuhkan ayo kita bantu bareng-bareng. ketika ini dipikul oleh bareng-bareng orang, gak akan berat," kata dia.
Sebelumnya, Surabaya dilanda teror bom pada 13 Mei 2018 lalu. Sasaran serangan bom Surabaya itu yakni tiga gereja dan satu kantor polisi. Ledakan pertama terjadi di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Ngagel Surabaya, selang beberapa menit, bom juga meledak di dua gereja lain, yakni GKI Diponegoro dan Gereja Pentakosta.
Pada malam harinya, giliran Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, Jawa Timur yang jadi sasaran. Sebuah bom meledak di lantai 5 rusunawa itu. Lalu pada 14 Mei 2018, bom juga meledak di Markas Polrestabes Surabaya. Akibatnya, 21 meninggal dan 57 lainnya luka-luka atas rentetan serangan bom itu. (frd)