Perhatikan Lima Perkara, soal Puasa dan Waktu
Waktu bagi manusia adalah kekayaan yang paling mahal. Karena itu, Allah bersumpah dengan waktu yang menunjukkan pentingnya waktu; wadh-dhuha, demi waktu Dhuha, wal-‘ashri, demi waktu Ashar dan wal-layli, demi waktu malam, dst.
Waktu yang dialami manusia itu ada 5:
Pertama, waktu yang sudah berlalu, tidak akan bisa kembali. Tinggal dievaluasi amal baiknya berharap diterima Allah sebagai amal shaleh, sedang amal buruknya bertobat dan istighfar semoga diampuni Allah.
Kedua, hari ini yang sedang kita alami. Semoga dapat digunakan dalam kebaikan apalagi di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Harus dimaksimalkan mencari ridha Allah.
Ketiga, hari esok wallahu a'lam. Kita bisa merencanakan tapi jangan lupa insyaAllah.
Keempat, itulah hari kematian. Hari yang sangat menentukan perjalanan manusia husnul khatimah atau suul khatimah. Karena kualitas manusia itu di akhir hayatnya. Tentunya kita berharap husnul khatimah, makanya harus terus berjuang dan berdoa.
Kelima, hari kita dihadapkan kepada pertanggung jawaban akhirat atas prestasi kita di dunia, surga atau neraka?
لَا يَسْتَوِيْٓ اَصْحٰبُ النَّارِ وَاَصْحٰبُ الْجَنَّةِۗ اَصْحٰبُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَاۤىِٕزُوْنَ
Tidak sama para penghuni neraka dengan para penghuni surga; para penghuni surga itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan. (QS. Al-Hasyr 20)
Manfaatkan Lima Perkara sebelum Datang Lima Perkara
Waktu itu ibarat pedang, bila tidak pandai menggunakannya maka seseorang bisa terkena tajamnya pedang itu. Surat Al-‘Ashr saja sebenarnya sudah cukup jadi petunjuk buat manusia, kata imam Syafi’ie. Nabi Muhammad ﷺ mengarahkan kita agar seefektif mungkin menggunakan waktu:
« اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ ».
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: (1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, (2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, (3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, (4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, (5) Hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Al Hakim. Shahih)
Apalagi kesempatan waktu di bulan Ramadhan ini sangat sangat mahal untuk dilewatkan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan yang biasa menggoda dibelenggu. Jangan sampai kita terlibat suatu kegiatan yang sia-sia, karena tidak sedikit kaum muslimin yang belum sadar untuk memaksimalkan waktunya dalam amal shaleh,
وَالَّذِيْنَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُوْنَ
dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna (QS. Al-Mukminun, 23: 3)
Masih ada saja yang begadang tanpa ada kepentingan, main kartu domino dan hal-hal lain yang tidak bermafaat, killing time kata mereka, astaghfirullah. Karena itu, kita diperingatkan agar tidak menyia-nyiakan waktu.
« نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ : الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ ».
“Ada dua nikmat yang banyak manusia tidak bisa memanfaatkan dengan baik; nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. Bukhari)
Terjadi di masa Rasulullah ﷺ peristiwa dua orang sahabat yang berteman baik, salah satunya mati syahid, sedangkan teman satunya meninggal setahun berikutnya. Kita berharap kawan yang meninggal ini menyusul kawan yang pertama ke surga. Nabi ﷺ bertanya; "Mana dari kedua orang itu yang lebih baik?"
Mereka menjawab: Allah dan RasulNya lebih tau. Kemudian ada yang bilang, ya orang yang mati syahid lebih mulia. Rasulullah ﷺ menimpali; "Bukankah kawan kedua itu sempat hidup setahun? Bukankah dia sempat ketemu Ramadhan, shalat ini dan itu, dan berbuat bebagai amalan?” Mereka jawab; iya. "Beda antara keduanya, lebih jauh dari antara langit dan bumi." (HR. Ahmad, An-Nasai dan Ibnu Majah dishahihkan oleh Ibnu Hibban)
Apalagi kebiasaan baik yang dilakukan oleh seorang Muslim terhalang oleh suatu hal, pahalanya tetap mengalir.
« إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا ».
“Jika seorang hamba sakit atau melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya pahala sebagaimana kebiasaan dia ketika mukim dan ketika sehat.” (HR. Bukhari)
Betapa bahagianya kita yang sudah biasa berjamaah di masjid tapi terhalang oleh penyakit sehingga tidak bisa ke masjid, pahala tetap mengalir, lebih lagi nilai pahalanya kalau kita sabar.
« مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا ، إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ ».
“Segala sesuatu yang menimpa seorang muslim, baik berupa rasa letih, sakit, gelisah, sedih, gangguan, gundah-gulana, maupun duri yang mengenainya (adalah ujian baginya). Dengan ujian itu, Allah mengampuni dosa-dosanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pengalaman para ulama salaf dalam mengefektifkan waktunya agar manfaat terlalu banyak yang bisa diungkap. Bahkan ada yang bilang saat yang berat dari waktu kami itu saat makan.
Padahal itu kebutuhan pokok. Bahkan Ibnu Abi Hatim menceritakan perjalanannya mendampingi ayahnya menuntut ilmu di Mesir. Di tengah jalan menjumpai orang jual ikan, dia beli untuk makan malam sepulang ngaji dengan para ulama ternyata nggak sempat membakar ikan itu untuk dimakan.
Karena setiap malam mereka memindahi catatan-catatan sampai lupa makan, dan itu berlangsung sampai 3 hari. Hampir saja ikan itu rusak baru sempat membakarnya untuk disantap.
Ayo kita maksimalkan waktu kita di Ramadan ini untuk memperbanyak amal shaleh guna meraih ampunan dan surga Allah. Wallahu a'lam.
Demikian pesan Ust Ustadz Farid Okbah. Semoga bermanfaat. Wallahu a'lam.