Perguruan Tinggi Didorong Lebih Aktif Dalam Ketahanan Bencana
Pelaksana tugas (Plt.) Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemendikbudristek Sri Gunani Partiwi menyampaikan perguruan tinggi perlu berperan dalam membangun masyarakat Indonesia yang memiliki ketahanan terhadap bencana.
Ini penting mengingat posisi Indonesia berada di jalur Cincin Api atau Ring of Fire, sehingga rawan bencana.
"Bencana gunung meletus, gempa bumi, longsor, pergeseran tanah, tsunami, bahkan kebakaran hutan dan lahan, banjir dan kekeringan, cuaca ekstrim, gelombang tinggi dan abrasi rentan terjadi di Indonesia," kata Sri Gunani dalam konferensi Building Universities in Leading Disaster (BUiLD) Resilience 2023 yang bertopik Strategi Ketahanan Bencana Indonesia di Jakarta, Kamis 11 Mei 2023.
Konferensi ini digelar President University bekerja sama dengan perguruan tinggi yang tergabung dalam konsorsium BUiLD, serta didukung Erasmus dari Uni Eropa dan Kemendikbudristek.
Sri Gunani memaparkan perguruan tinggi bisa berperan dalam menyiapkan SDM kompeten, yakni memiliki ketahanan terhadap bencana dan mampu mereduksi dampaknya dengan memakai pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ini baik sebelum saat bencana maupun sesudahnya. Peran lainnya adalah menyediakan fasilitas riset dan infrastrukturnya.
“Perguruan tinggi bisa melakukan riset tentang kebencanaan, mengembangkan dan menerapkannya melalui knowledge management,” ucap Sri Gunani.
Strategi tanggap bencana perguruan tinggi ini, ungkap Sri Gunani, sudah masuk dalam Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) 2017-2045. Dalam RIRN tersebut ada 10 area yang menjadi fokus. Salah satunya adalah bencana.
Sementara itu, David Rubens, executive director The Institute of Strategic Risk Management (ISRM) yang berbasis di Virginia, Amerika Serikat, menjelaskan ada perubahan iklim, cuaca buruk, kerapuhan infrastruktur, kegagalan aplikasi teknologi informasi, ketergantungan rantai pasok global, dan masih banyak lagi.
Konferensi BUiLD 2023 memb.ahas peran penting perguruan tinggi dalam membangun masyarakat tahan bencana
Beberapa Perguruan Tinggi yang aktif mengembangkan ketahanan terhadap gempa, antara lain Ubaya. Perguruan Tinggi asal Surabaya ini mengembangkan Master Plan Center of Excellence yang mencakup empat aspek, yakni Disaster Response Capability, Disaster Awareness Raising, Curriculum Development, serta Research & Knowledge Transfer. Selain itu, dalam sosialisasi tanggap bencana, Ubaya juga mengintrodusir penggunaan teknologi VR.
Di Padang, Sumatera Barat, Universitas Andalas (Unand) membentuk tim Disaster Respond Center (DRC). Tim ini bertugas memberikan pertolongan sesegera mungkin kepada masyarakat korban bencana. Bahkan, tim DRC Unand, yang sebagian di antaranya terdiri dari para dokter dan perawat, mampu memberikan pertolongan hingga ke luar daerahnya.
Tim DRC Unand, misalnya, ikut membantu menangani korban gempa bumi di Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat, pada awal tahun 2020.
Seiring dengan perkembangan teknologi, tim BUiLD Unand juga mengembangkan aplikasi disaster management yang berbasis VR.
Di Sumatera Barat, gempa bumi masih menjadi bencana alam yang paling ditakuti.
Pemanfaatan VR juga dilakukan oleh Universitas Lambung Mangkurat (ULM) dalam mempersiapkan mahasiswa dan seluruh stakeholders untuk mengantisipasi terjadinya bencana.
Untuk mengembangkan aplikasi VR, ULM bekerja sama dengan Univesitas AMIKOM dari Yogyakarta. Selain itu, ULM juga membuat alat peringatan dini (early warning system) untuk mengantisipasi terjadinya banjir rob.
Di Universitas Khairun, tim BUiLD di sana mengembangkan berbagai kesiapan dalam menghadapi bencana tsunami. Untuk itu tim BUiLD Universitas Khairun bekerja sama dengan berbagai institusi, seperti Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) dan lainnya.
Di Palu, Universitas Muhammadiyah membentuk Emergency Team untuk merespon terjadinya kondisi darurat akibat bencana alam. Tim ini terdiri dari internal dan eksternal. Untuk internal, Universitas Muhammadiyah Palu (MHP) sudah membentuk tim yang dinamakan Sintuvu Disaster Unit. Sementara, untuk tim eksternal, MHP berkolaborasi dengan Muhammadiyah Disaster Management Center. Selain itu, MHP juga merekrut para mahasiswa untuk menjadi sukarelawan.
Dalam perjalanannya, sukarelawan ini banyak berperan dalam membantu penanganan berbagai bencana di Sulawesi Tengah. Di antaranya, bencana banjir di Parigi Moutong dan Palolo, dan gempa di Mamuju.
Itulah potret beberapa aplikasi tanggap bencana dan implementasinya yang dikembangkan oleh perguruan tinggi dari berbagai daerah di Indonesia yang tergabung dalam konsorsium BUiLD. Konsorsium ini dibentuk untuk mewujudkan perguruan tinggi yang tanggap bencana.
Advertisement