Pergulatan Buku, Ini Pengakuan Ulama Pesantren
Buku adalah jendela ilmu. Ia akan membuka cakrawala dunia. Karena itu, setiap tanggal 17 Mei diperingati sebagai Hari Buku.
Lalu bagaimana seorang ulama bergulat dengan buku-buku, bergulat dengan kitab-kitab khazanah keilmuan Islam?
Bagi KH Husein Muhammad, tentang buku-buku yang ternyata banyak mempengaruh pandangan dan jalan hidupnya. Berikut catatan Pengasuh Pesantren Darul Tauhid, Arjawinangun Cirebon, yang dikenal sebagai sahabat KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur):
Aku pernah menulis tentang pengalaman waktu kecil saat bulan puasa Ramadhan. Tulisan itu untuk "Rumah Kitab". Sebelum menyusuri pengalaman Ramadhan waktu kecil, aku memulai dengan kata-kata ini :
"Bergelut dengan kitab-kitab/buku-buku memang sangat mengasyikkan dan menggairahkan. Saya selalu ingat pepatah Arab yang mengatakan :
خير جليس فى الزمان كتاب
“Khayr-u jalîs-in fî al-zamân-i kitâb-un”,
( sebaik-baik teman duduk adalah kitab atau buku). Dan bukan hanya sebatas teman duduk, kitab-kitab itu bisa menjadi guru. Di dalamnya banyak sekali informasi yang saya dapatkan, utamanya tentang toleransi, menghargai perbedaan, kesetaraan, kedamaian, keadilan, dll."
"Informasi-informasi tentang hal-hal seperti inilah yang saat ini sangat dibutuhkan oleh negara kita terutama sekarang ini, di mana kekerasan atas nama agama dan penistaan terhadap kemanusiaan sudah dan sedang menyebar di hampir seluruh penjuru bumi pertiwi".
Dalam pergulatan itu aku sempat menemukan beberapa kitab/buku yang sangat menarik hati. Antara lain :
1. "Diwan al-Syafi'i", antologi puisi/syair yang ditulis Imam Syafi'i,
2. "Al-Aghani", karya Abu al- Faraj al-Isfahani (w.356 H/967 M), 20 jilid, 10.000 halaman. Kitab ini berisi nyanyian-nyanyian, kisah-kisah lucu dan serius, perilaku para pejabat dan masyarakat, anekdo-anekdot dll. Ditulis selama 50 tahun.
3. Nuzhah al-Arwah wa Raudhah al-Afrah", karya Syams al-Din Syahrzuri, seorang filsuf dan sejarawan.
4. "Al-Imta' wa al-Muanasah" karya Abu Hayyan al-Tauhidi (w. 1023 M), seorang filsuf, sastrawan dan Sufi. Termasuk ulama besar. Buku ini berisi perbincangan, obrolan, diskusi santai yang berlangsung selama 37 malam antara Abu Hayyan dengan menteri Abu Abdillah al-Aridh dan ditemani Abu al-Wafa.
Banyak isu yang didiskusikan : politik, sastra, filsafat, Tasawuf dan lain-lain. Buku ini enak dan menyenangkan bagi yang menyelami lautan dan menerobos gelombangnya.
5. "Al-Tibr al-Masbuk fi Nashihah al-Muluk", karya Imam al-Ghazali, filsuf, teolog, faqih dan sufi besar. Buku ini berisi nasehat-nasehat politik kepada penguasa dalam bentuk cerita-cerita pemerintahan.
Salah satu pernyataan Imam Al-Ghazali adalah Tuhan mendukung pemerintahan yang adil dan tidak mendukung pemerintahan, siapapun dan beragama apapun pemimpinnya.
6. "al-Bayan wa al-Tabyin" dan "Rasail al-Jahiz", oleh Abu Amr al-Jahizh (w. 869 M). Jahiz adalah seorang cendikiawan, teolog, filsuf, sastrawan. Ini kitab retorika, sastra puisi, teknik orasi, catatan-catatan tentang kehidupan sosial, kebudayaan dan politik, dll.
Di dalam buku "Rasail al-Jahiz" aku menemukan kata-katanya yang mengesankan :
الْقَلَمُ اَبْقَى أَثَراً
وَاللِّسَانُ أَكْثَرُ هَدَراً
لَوْلاَ الْكِتَابُ لَاخْتَلَّتْ أَخْبَارُ الْمَاضِيْنَ
وَانْقَطَعَ أَثَرُ الْغَائِبِيْنَ
وَاِنَّمَا اللِّسَانُ شَاهِدٌ لَكَ
وَالْقَلَمُ لِلْغَائِبِ عَنْكَ
الْكِتَابُ يُقْرَأُ بِكُلِّ مَكَانٍ
وَيُدْرَسُ فِى كُلِّ زَمَانٍ
Jejak goresan pena lebih abadi
Suara lidah acap tak jelas
Andai tak ada buku
Tak lagi ada cerita masa lalu
Dan terputuslah jejak
mereka yang telah pulang
Kata-kata hanyalah untuk yang hadir
Pena untuk yang tak hadir
Buku dibaca di segala ruang
Dikaji disegala zaman.
18.05.19
HM