Perginya Legenda Penulis Naskah Indonesia, Emil Sanossa
Sutradara teater dan drama TV, penulis naskah dan sekrenario kawakan, penyair dan cerpenis, H. Emil Sanossa, meninggal dunia Senin 12 Februari 2018 malam, dalam usia senja, 80 tahun.
Di masa tuanya, penulis ratusan naskah drama televisi era 80-an di TVRI dan TPI (sekarang MNC TV) ini, hidup sendiri di kota Malang, tepatnya di Perumahan elit, Taman Villa Sengkaling Blok O-05, Sengkaling, Malang. Lokasi rumah duka persis di seberang tempat wisata Sengkaling. Jenazah beliau dimakamkan pagi ini.
Lebih tiga kali saya pernah datang ke rumahnya di Malang. Waktu itu untuk program Ramadhan di TV lokal di Surabaya.
Di ruang tamu, penuh tumpukan buku. Ada komputer jadul. Sendirian di sini, Pak Emil? " Ya, saya memilih sendiri dan selalu sendiri, anak-anak di Jakarta dan sudah punya kehidupan sendiri," ujarnya, kala itu.
Kalau bicara, Emil menghentak-hentak penuh semangat. Namanya juga penulis naskah, beliau selalu suka berimajinasi tentang cerita-cerita sejarah atau opini yang bagus dibuat naskah drama atau sinetron. "Di Malang ini, saya pengen nulis naskah Ken Arok, di luar versi yang sudah ada," kata Emil.
Entahlah. Naskah Ken Arok versi Emil ini sudah rampung atau tidak.
Emil Sanossa, penulis naskah drama "Fajar Sidik", yang masih sering dimainkan oleh teater pelajar di tanah air. Lelaki berpostur tinggi dan tegap ini pernah mendapat Penghargaan Seniman Jatim tahun 2007 sebagai Penulis Naskah Drama/Skenario film dari Gubernur Jatim.
Emil lahir tahun 1938. Mengawali karier di kota Madiun tahun 1955. Sempat menulis beberapa naskah drama di TVRI Surabaya. Selanjutnya ia hijrah ke Jakarta. Juga banyak nulis di TVRI Jakarta.
Ratusan naskah yang sudah ditulis oleh mantan Direktur TPI zaman Mbak Tutut Soeharto ini. Selain naskah "Fajar Sidik", ia juga menulis "Tuan Kondektur".
Putri kandungnya, Nila Kandi, tampaknya meneruskan jejak sang ayah. Nila juga kerja seni dan kreatif di MNC TV. Sebelum wafat, di usia tuanya, Emil selalu bersedia saat diminta mengisi kegiatan seputar penulisan naskah dan seni drama kepada anak-anak muda. Semangat dan energinya luar biasa.
Sekarang, pergilah "Sang Fajar Sidik" ini selama-lamanya. Sugeng tindak, Pak Emil. (dmr)
Advertisement