Perempuan Usia 100 Tahun, Duduki Kursi Dewan Kota di Jerman
Keinginan Lisel Heise untuk bergabung dalam politik, tak lama setelah menginjak usia ke-1 abad. Ia memutuskan untuk menggunakan status barunya sebagai centenarian atau orang yang berusia 100 tahun demi sebuah proyek yang telah lama diusahakannya.
Saat kebanyakan orang di usianya lebih pilih untuk hidup tenang, mantan guru olah raga ini justru merasa terpanggil untuk melayani masyarakat di kotanya. Heise lahir tak lama pasca-Perang Dunia I.
Seperti dilansir Deutsche Welle, Lisel Heise, mantan guru sekolah ini terpilih sebagai anggota dewan kota di desa kecil Kirchheimbolanden, Jerman. Setelah perayaan ulang tahun ke-100, ia berjuang buka kembali kolam renang umum di kotanya.
Ya, memang tak pernah ada kata terlambat untuk masuki panggung politik.
Setidaknya itulah yang dibuktikan Lisel Heise. Ia terpilih menduduki posisi dewan kota di daerah berpenduduk 8.000 jiwa di desa Kirchheimbolanden, kawasan Rhineland-Palatine. Heise yang tergabung dalam kelompok akar rumput "Wir für Kibo" atau diartikan 'Kami untuk Kirchheimbolanden', mendapat surat terbanyak dalam pemilihan lokal yang digelar Minggu 26 Mei 2019 lalu. Dia akan berperan sebagai juru bicara di parlemen.
"Dalam kampanyenya ia perjuangkan kolam renang untuk umum yang beberapa tahun lalu ditutup. Ia menemukan kepercayaan diri ini setelah sekelompok akar rumput di kotanya, yang menamai diri mereka "Wir für Kibo" mendatangi dirinya. Mereka menuntut transparansi serta keikutsertaan yang lebih besar di panggung politik kota mereka."
Dalam kampanyenya ia perjuangkan kolam renang untuk umum yang beberapa tahun lalu ditutup. Ia menemukan kepercayaan diri ini setelah sekelompok akar rumput di kotanya, yang menamai diri mereka "Wir für Kibo" mendatangi dirinya. Mereka menuntut transparansi serta keikutsertaan yang lebih besar di panggung politik kota mereka.
Penting untuk tubuh dan otak
Heise berharap kali ini suaranya didengar setelah bertahun-tahun tidak didengarkan oleh pejabat setempat. Ia selalu tidak mendapatkan mikrofon setiap kali akan membahas soal kolam renang umum di rapat-rapat kota, ujarnya.
Heise menyayangkan penutupan kolam renang umum yang dilakukan sejak tahun 2011 lalu. Ia berpendapat kolam renang tersebut adalah "surganya anak-anak” dan pemerintah kota seharusnya tidak menutupnya.
"Saya tumbuh besar di sana,” kenangnya kepada DW. "Berdasarkan pengalaman, saya tahu betap pentingnya itu untuk jiwa dan raga.”
"Saya selalu kedatangan mantan murid saya dan mereka juga selalu mengeluhkan penutupan kolam renang umum itu."
"Hal yang utama adalah anak-anak tumbuh sehat. Jika tubuh tidak sehat dan berfungsi sebagaimana mestinya, maka otak juga tidak akan berfungsi dengan baik.”
Pengkritik Brexit
Terkait pandangan politik yang lebih luas, ia adalah pendukung pro-Eropa – artinya ia berpendapat seharusnya Brexit tidak pernah ada – ia juga mendukung upaya anak-anak muda melawan perubahan iklim.
Namun kini, ia mengkhawatirkan masyarakat yang makin melangkah mundur.
"Coba saja menonton televisi sebentar. Acara di siang hari hanya ‘blah, blah, blah.'
Bahasan-bahasan yang sangat penting, seperti politik dan lainnya hadir di malam hari ketika orang tidur. Sebagai sanksinya mereka tidak benar-benar mendapat informasi.”
Thomas Bock, Ketua dari komunitas "Wir Für Kibo" yakin kepopuleran Heise membantunya dalam perolehan kursi di dewan kota yang hanya terdiri dari 24 kursi.
"Ibu Heise sangat terkenal di Kirchheimbolanden," ujar Bock kepada Deusche Welle. "Hampir setiap orang berusia di atas 40 tahun adalah muridnya di sekolah. Itu juga artinya ia telah selesai jauh di bandingkan orang lain.
"Dia masih sangat terlibat di sekolah, meski sudah 40 tahun tidak mengajar. Ia mengambil bagian di beberapa acara sekolah, contohnya di hari terakhir sekolah, ketika murid sekolah lulus. Maka ia akan mengambil mikrofon dan menyampaikan sepatah, dua patah kata yang sangat bermakna untuk mereka.”
Sejarah keluarga yang aktif
Pencalonan ini mengikuti jejak sang Ayah, yang juga pernah menjadi anggota dewan kota sebelum masa Perang Dunia I. Ayahnya dipenjara selama empat minggu karena mengkritik pengerusakan sinagoge di rezim Nazi.
Ide awal maju sebagai kandidat dewan kota berawal dari putra Heise, ungkap Bock.
"Dia mengatakan: ‘Saya tanya ibu, tentu ia akan sangat senang untuk melakukan sesuatu, tetapi ia terlalu khawatir.‘ Lalu kami menanyakannya dan jelaslah. Kami katakan, majulah sebagai kandidat untuk kami."
Heise sangat dicintai di kotanya. Ratusan mantan muridnya di sekolah hadir di pesta ulang tahunnya yang ke-100.
"Dia sangat mudah bergaul dengan orang," tambah Bock. "Dia sangat mudah berkomunikasi dengan orang dan secara umum dia sangat disukai. Kami akan gunakan kepopulerannya pada pemilu dan kini suaranya akan didengar." (adi)