Perempuan Lebih Terlindungi dari Covid-19?
Perempuan disebut lebih terlindungi dari terpapar Covid-19. Hal ini disampaikan oleh psikolog dari Universitas Indonesia, Prof Hamdi Muluk. Perempuan disebut lebih takut terinfeksi Covid-19 lantaran merasa lebih rentan, sehingga memiliki perilaku yang cenderung lebih disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan, baik untuk diri dan lingkungannya.
"Studi dari seluruh negara memang menunjukkan perilaku perempuan dalam melindungi diri agar tidak tertular dan menulari Covid-19, lebih tinggi," kata Hamdi dalam bincang-bincang Satuan Tugas Penanganan Covid-19 yang disiarkan akun Youtube BNPB Indonesia dari Graha BNPB, Jakarta, Senin 24 Agustus 2020.
Secara kognitif, perempuan menurutnya lebih takut tertular Covid-19. Perempuan memiliki persepsi risiko yang lebih tinggi jika tertular Covid-19. Hal ini, berbeda dengan laki-laki yang persepsi risikonya lebih rendah bahkan cenderung menganggap enteng Covid-19.
Hal ini diperkuat oleh faktor budaya yang mencitrakan laki-laki sebagai sosok yang maskulin dan perkasa, sehingga dianggap tidak akan tertular Covid-19. Pandangan ini menurut Hamdi, jelas keliru. Sebab virus tidak memandang laki-laki atau perempuan saat menjangkiti.
Selain itu, secara psikologis, laki-laki juga memiliki kecenderungan lebih tinggi dalam mengambil risiko. “Karena laki-laki lebih banyak keluar rumah. Apalagi sebagai kepala rumah tangga, laki-laki harus keluar rumah untuk bekerja," tuturnya.
Sehingga menurutnya peran perempuan yang biasanya merupakan pengambil keputusan akhir di dalam rumah tangga dan lebih disiplin, termasuk dalam menjalankan protokol kesehatan, sangat diperlukan.
"Biasanya, istri lebih disiplin dan lebih kuat dalam pengambilan keputusan dalam keluarga. Masalahnya ketika laki-laki berada di luar rumah, kemudian tidak ada pengawasan. Padahal, kepatuhan dalam menjalankan protokol kesehatan di ruang publik lebih rendah daripada di tingkat rumah tangga," katanya," jelasnya.
Hamdi melanjutkan, secara psikologis dan naluri, perempuan lebih perhatian kepada keluarga, lebih waspada, dan lebih patuh terhadap protokol kesehatan karena memiliki persepsi risiko yang lebih tinggi. "Karena itu, perempuan lebih bisa diandalkan untuk menjadi agen perubahan terhadap adaptasi kebiasaan baru di banyak tempat," katanya. (Ant)
Advertisement