Perempuan Indonesia, Diduga Pelaku Bom di Kota Jolo Filipina
Kota Jolo, Ibu Kota Provinsi Sulu, Filipina Selatan, menjadi benteng kelompok teroris Abu Sayyaf. Di situlah terjadi kembali serangan bom, Senin 24 Agustus 2020 lalu.
Serangan terjadi tak jauh dari Gereja Katolik Kota Jolo, pernah diledakkan pula oleh aksi boom bunuh diri yang dilakukan pasangan asal Indonesia.
Serangan tersebut dilakukan dua perempuan dan merupakan serangan bom bunuh diri keenam di wilayah Filipina dalam tiga tahun terakhir. Satu dari dua pelaku bom bunuh diri di Kota Jolo, diduga kuat perempuan asal Indonesia.
Demikian disampaikan Komandan Militer Filipina, dikutip Rabu 26 Agustus 2020.
Ada laporan yang mengatakan salah satu pelaku adalah putri dari pasangan asal Indonesia yang melakukan bom bunuh diri di Gereja Katolik Kota Jolo pada Januari 2019 silam, yang menewaskan lebih dari 20 jiwa.
Seperti diketahui, Sulu merupakan wilayah utama rantai kepulauan masyarakat muslim yang bermukim di negara mayoritas Katolik.
Akibat serangan kembar bom bunuh diri yang menewaskan 15 orang tersebut, lokasi ledakan masih berstatus darurat dan waspada.
Serangan itu diketahui tidak hanya menewaskan personel militer tapi juga warga sipil.
Kronologi Kejadian
Komandan Tentara Filipina, Letnan Jenderal Cirilito Sobejana membenarkan dugaan kuat bahwa salah satu pelaku perempuan asal Indonesia.
Sobejana mengatakan, penyidik sudah mengumpulkan sisa tubuh pelaku untuk dikirimkan ke tim forensik sehingga dapat dipastikan pelaku serangan adalah warga Indonesia.
Seperti dikutip dari Aljazeera, Selasa, 25 Agustus 2020 yang dilansir ABS-CBN, serangan pertama terjadi ketika bom yang dipasang di sebuah sepeda motor meledak di dekat dua truk tentara yang diparkir di depan di sebuah toko kelontong dan komputer.
"Bom rakitan yang dipasang di kendaraan itu meledak saat pasukan kami sedang melakukan pemasaran," kata Komandan Daerah Militer Filipina, Letnan Jenderal Corleto Vinluan.
Kemudian, Bom kedua yang tampaknya bom bunuh diri yang dilakukan seorang perempuan, meledak satu jam kemudian.
Dalam laporannya, militer Filipina mengatakan, pelaku berjalan keluar dari toko makanan ringan dan mendekati tentara yang sedang menjaga Katedral Katolik Roma.
Sobejana juga mengatakan, dua perempuan pelaku bom bunuh diri Senin kemarin mungkin tersangka yang juga sedang dicari intelijen militer, dimana operasi pengejaran tersebut memicu konfrontasi antara pasukan militer dengan petugas polisi Provinsi Julu.
Militer Filipina yakin komandan kelompok milisi Abu Sayyaf, Mundi Sawadjaan bertanggung jawab atas serangan itu.
Operasi Rahasia 'Digagalkan' Polisi
Pada pekan lalu, perwira militer mengatakan, Sawadjaan merencanakan serangan bom bunuh diri yang dilaksankan oleh dua orang perempuan.
Bulan Juni lalu, pasukan militer Filipina menggelar operasi rahasia untuk menemukan dan menangkap Sawadjaan dan para pelaku bom bunuh diri.
Tapi kemudian empat orang personel mereka dihentikan di pos perbatasan dan ditembak mati oleh sekelompok petugas polisi Provinsi Julu.
Peristiwa itu menjadi polemik saat rapat Senat di Manila, tidak lama setelah ledakan terjadi.
Saat itu, Mayor Jenderal Corleto Vinluan mengatakan, ada kemungkinan para polisi yang terlibat dalam insiden itu memiliki hubungan dengan kelompok Abu Sayyaf.