Percepat Atasi Stunting, Kemensos Ajak Tanoto Fondation
Penyebab stunting atau gagal tumbuh pada anak tidak hanya karena kurang asupan gizi. Lebih dari itu, faktor multidimensional, di antaranya, kemiskinan dan masalah perilaku, juga mendominasi.
Karena itu, program pengubahan perilaku untuk mencegah stunting memegang peran krusial dalam keberhasilan program penurunan angka stunting. Sebab, apabila anak sudah terlanjur stunting, tidak mudah untuk pemulihannya.
“Langkah pencegahan stunting lewat pengubahan perilaku masyarakat menjadi sangat penting,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial Harry Hikmat saat membuka acara Diseminasi Capaian Kemitraan dalam Upaya Percepatan Penurunan Stunting, dikutip Kamis 1 September 2022.
Permasalahan stunting atau gagal tumbuh pada anak masih menjadi permasalahan mendasar dalam pembangunan. Melalui Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, pemerintah berkomitmen mempercepat pencapaian target penurunan stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024.
Percepatan penurunan stunting merupakan program besar yang membutuhkan kontribusi banyak pihak. Karena itu, sejak tahun 2020, Kemensos menggandeng Tanoto Foundation melalui kerja sama dengan Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi (Pusdiklatbangprof) serta Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung.
Kerja sama dalam upaya percepatan penurunan stunting ini dijalankan melalui pendekatan multidimensional dan penguatan intervensi sensitif. Eddy Henry, Head of ECED Tanoto Foundation mengatakan, Tanoto Foundation bermitra dengan Poltekesos Bandung dalam peningkatan kapasitas melalui pelatihan untuk tim tenaga kesehatan.
“Tim inilah yang nanti akan melakukan pendampingan terhadap keluarga dalam program pencegahan stunting,” terangnya.
Organisasi filantropi independen yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto ini, sebelumnya juga sudah berkolaborasi intens dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Kolaborasi ini meliputi program pelatihan Tim Pendamping Keluarga (TPK) untuk percepatan penurunan stunting di berbagai daerah.
Direktur Poltekesos Bandung Marjuki menambahkan, hasil kajian oleh Poltekesos Bandung menunjukkan masih rendahnya pemahaman masyarakat tentang apa itu stunting, apa penyebabnya, dan apa bahayanya. “Untuk itu, kami telah mengintegrasikan pencegahan stunting dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat,” ucapnya.
Implementasinya mencakup pengkajian ilmiah tentang perilaku berisiko terhadap stunting, penyusunan modul tambahan materi pada kuliah Praktek Pekerjaan Sosial dengan anak, Pedoman Praktikum pencegahan stunting di masyarakat, serta menyusun Pedoman pengabdian Masyarakat dalam Pencegahan Stunting.
Selain itu, dijalankan pula Aksi Pengubahan Perilaku Cegah Stunting di 8 Desa Sejahtera Mandiri (DSM) dampingan Poltekesos Bandung di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Kegiatan ini melibatkan 32 dosen, 24 mahasiswa, 64 kader masyarakat dan 160 orang duta stunting di masyarakat yang terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui, pengasuh bayi, dan remaja putri