Perbincangan WhatsApp Berbuntut Pemanggilan Polisi 2 Warga Blitar
Dua warga Blitar, IW dan AB, diperiksa penyidik Satreskrim Polres Blitar Kota, Rabu, 20 April 2022, terkait hoaks tentang maraknya aksi kekerasan oleh orang tak dikenal di wilayah Blitar.
Kepala Satreskrim Polres Blitar Kota AKP Momon Suwito Pratomo mengatakan informasi hoaks di sejumlah platform media sosial tentang maraknya penyerangan terhadap warga oleh orang tak dikenal itu bersumber dari percakapan antara IW dan AB di sebuah grup WhatsApp.
"Hoaks tentang maraknya aksi kekerasan klithih di Kota Blitar ini menjadi viral di media sosial dan meresahkan masyarakat," kata Momon saat dikonfirmasi Ngopibareng.id, Kamis, 21 April 2022.
Tim patroli cyber, kata Momon, segera melakukan pelacakan dan mendapati bahwa unggahan-unggahan di media sosial termasuk di grup komunitas warga Blitar di Facebook tentang aksi penyerangan itu bersumber dari tangkapan layar percakapan IW dan AB di grup WhatsApp "Supra Wafe Blitar".
"Kami lacak nomor telepon yang ada di grup WhatsApp itu dan akhirnya berhasil mengidentifikasi dua pelaku itu," kata dia.
Kronologi
Bagaimana percakapan di sebuah grup WhatsApp menyebar ke sejumlah platform media sosial dan menebar keresahan, berikut kronologi yang dipaparkan polisi:
Pada Senin, 18 April 2022, IW, pria 29 tahun warga Kecamatan Sutojayan bertemu temannya yang bernama Iqbal. Kepada IW, Iqbal bercerita tentang kejadian kecelakaan lalu lintas di utara Makam Presiden Soekarno.
Malam harinya, IW membuka WhatsApp di ponselnya dan masuk ke grup "Supra Wafe Blitar" lalu mengetikkan kalimat: "Infone tas enek wong dibacok nek lor makam blitar (Informasinya baru saja ada orang dibacok di utara Makam Blitar)".
Di grup tersebut, AB, pemuda 19 tahun warga Kecamatan Wlingi, merespons dengan kalimat yang mengesankan seolah-olah dirinya sudah mendengar informasi tersebut: "Wong lanang wedok to? (Orang laki-laki dan perempuan kan?).
Percakapan terkait informasi adanya pembacokan itu sebenarnya tidak berlangsung lama tapi AB bahkan sempat mengunggah tangkapan layar video berupa gambar perempuan tergeletak di pinggir jalan yang dia katakan sebagai korban pembacokan yang dimaksud IW.
"Jadi IW bercerita informasi palsu yang ditanggapi dan diperkuat AB. Meskipun mereka tidak bersekongkol," ujar Momon.
Viral Aksi Klithih
Keesokan harinya, Selasa, 19 April 2022, viral di sejumlah grup komunitas warga Blitar di Facebook tentang mulai merebaknya aksi klithih seperti yang terjadi di Yogyakarta.
"Setelah kami lacak, perbincangan viral di Facebook itu berawal dari unggahan screenshot percakapan WhatsApp antara IW dan AB," kata Momon.
Munculnya istilah klithih, kata Momon, berawal dari pengunggah tangkapan layar percakapan IW dan AB yang disertai narasi bahwa aksi klithih mulai merebak di Blitar. Istilah klithih juga disebut-sebut warganet yang mengomentari unggahan di platform Facebook tersebut.
Polisi turun tangan dan menyimpulkan keresahan terkait aksi klithih di Blitar bersumber dari percakapan WhatsApp antara IW dan AB di grup komunitas penggemar sepeda motor Blitar, Supra Wafe Blitar.
Tidak Diproses Hukum
Di hadapan penyidik kepolisian, IW dan AB mengaku tidak menyangka perbincangan mereka menyebar di Facebook dan memicu keresahan.
Mereka mengaku tidak bersekongkol untuk membuat cerita palsu yang sebenarnya tidak terjadi dan menyatakan penyesalan mereka.
Momon mengatakan, polisi tidak memproses hukum kedua warga pedesaan yang sehari-hari bekerja sebagai petani itu.
"Keduanya mengaku menyesal dan bersedia membuat pernyataan untuk tidak mengulangi perbuatan yang sama," kata Momon.
Selain itu, ujarnya, IW dan AB juga harus menjalani wajib lapor sebagai bagian dari mekanisme pengawasan dan pembinaan oleh kepolisian.
Advertisement