Perbedaan, Ujian Menjadi Umat Mulia dan Terbaik
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengungkapkan perbedaan di Indonesia adalah berkah sekaligus tantangan. Mu’ti berharap agar perbedaan baik yang bersifat diniyyah (agama), manhajiyyah (sudut pandang), dan syu’ubiyah (fanatisme kelompok) tak menjadi sumber perpecahan di Tanah Air melainkan jadi sumber kekuatan.
“Perbedaan kadang menjadi sumber perpecahan. Tapi juga kekayaan yang justru akan membuat kita semakin kuat. Perbedaan baik yang bersifat diniyyah, manhajiyyah, atau pun syu’ubiyyah adalah sunnatullah, suatu yang terjadi atas kehendak Allah dan sesuai dengan hukum-hukum Allah Swt,” tutur Mu’ti dalam keterangan Kamis, 25 November 2021.
Menurut Mu’ti, manusia bisa berbeda karena tiga hal, yaitu sebab alamiah, ilmiah, dan amaliah. Di tengah kehidupan masyarakat yang majemuk, Islam mengajarkan untuk saling menjaga dan menghargai. Dalam salah satu ayat Al-Qur’an QS. Al-Maidah ayat 48, Allah tidak berkehendak untuk menjadikan semua tata aturan hidup manusia semuanya sama dan seragam. Tujuannya agar menguji orang-orang beriman untuk saling berlomba-lomba menjadi umat yang terbaik (fastabiq al-khairat).
Dasar Al-Quran soal Perbedaan
“Ayat (QS. Al Maidah ayat 48) ini memberikan gambaran kepada kita bahwa perbedaan itu sunnatullah. Artinya tidak akan terjadi semuanya beragama Islam dan tidak akan semuanya akan jadi taat beragama. Karena itu perbedaan agama harus kita sikapi sebagai fenomena alamiah yang memang itu tidak bisa kita hindari,” kata Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah ini.
Di Madinah saat era Nabi Saw sekalipun, kata Mu’ti, terdapat beberapa realitas yang tidak bisa dipungkiri yakni fakta bahwa tidak seluruh penduduknya adalah Muslim. Selain Islam, semua agama lain diakui eksistensinya, termasuk mayoritas agama kedua yaitu agama Yahudi. Dan menariknya, masyarakat Madinah bersatu dalam Piagam Madinah yang dibuat oleh Nabi.
“Kalau kita maknai dakwah itu bisa mengislamkan orang lain, maka Rasulullah telah gagal dalam berdakwah. Tapi kita harus memaknai dakwah itu menyampaikan risalah Islam sebaik-baiknya dan mengajak masyarakat supaya hidup islami sesuai tuntunan Islam di situlah bisa kita maknai bahwa dakwah Rasulullah Saw sangat berhasil,” ujar Mu’ti, dalam kajian yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Selasa.
Advertisement