Perayaan Maulid Nabi, Kaum Wahabi Kini Beda Pendapat dengan Imam Mereka
Umat Islam, terutama penganut aliran Ahlussunnah waljamaah melakukan perayaan Maulid Nabi. Sebagai penghormatan terhadap hari kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (SAW), umat Islam merasa berbahagia menyambut Rasulullah SAW.
Tapi, kalangan Salafi Wahabi atau Kaum Wahabi menganggap acara Maulid Nabi sebagai perbuatan mengada-ada yang tidak dilakukan Rasulullah SAW. Bahkan, mereka Membid-ahkan saudara sesama Islam yang gemar Maulid Nabi SAW.
Padahal bila dicermati ulama-ulama dari kalangan Wahabi berpendapat membolehkan perayaan Maulid Nabi. Benarkah demikian?
Mari kita cermati pandangan ulama-ulama Wahabi tentang masalah ini.
TENTANG PERAYAAN MAULID NABI
بسم الله الرحمن الرحيم
Disebutkan dalam Fatwa Ibnu Taimiyah (juz 23 hlm 134):
Terdapat pahala yang besar dalam memperingati maulid nabi dengan sebab kebaikan niat dan penghormatan mereka terhadap Rasulullah ﷺ.
Al-Dzahabi, murid Ibnu Taimiyah, memuji Raja Al-Muzhaffar yang membuat peringatan Maulid Nabi (secara besar2an pertama kali) dan memujinya dengan pujian yang sangat tinggi.
Al-Dzahabi berkata tentang keadilan, kebajikan, dan ilmu Raja Al-Muzhaffar: "Penguasa Irbil, Kukubri bin Ali At-Turkumani, Sultan yang Saleh, Raja yang Diagungkan, Muzhaffar Ad-Din, Abu Sa'id Kukubri bin Ali bin Baktakin bin Muhammad At-Turkumani..." Dan ia adalah orang yang mencintai sedekah, memiliki ratusan roti yang dibagikan setiap hari, memberi pakaian kepada orang-orang pada setiap tahun, dan memberikan mereka satu atau dua dinar. Ia juga membangun empat dapur umum untuk para janda dan orang-orang yang terkena musibah, dan ia datang kepada mereka setiap hari Senin dan Kamis, menanyakan kondisi masing-masing, memperhatikan mereka, dan bercanda dengan mereka. Ia juga rendah hati, baik, shalih, mencintai para fuqaha' dan ahli hadits, dan terkadang memberi para penyair. Dan tidak pernah tercatat bahwa ia kalah dalam peperanganpeperangan.
Ibnu Katsir, murid Ibnu Taimiyah (700 H - 774 H), adalah Imaduddin Ismail bin Umar bin Katsir, penulis kitab tafsir. Ibnu Katsir menulis sebuah kitab tentang Maulid Nabi yang baru-baru ini diterbitkan dengan tahqiq (penelitian) Dr. Shalahuddin Al-Munajjid.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, murid Ibnu Taimiyah, dalam kitabnya "Madarij As-Salikin": Halaman 498:
"Mendengarkan suara yang indah dalam perayaan Maulid Nabi atau ayat agama yang relevan lainnya dalam sejarah kita adalah hal yang memasukkan ketenangan ke dalam hati dan memberikan cahaya dari Nabi ﷺ ke dalam hatinya serta memberinya tambahan dari mata air Muhammad."
Keempat tokoh ini, yaitu Ibnu Taimiyah dan tiga muridnya, adalah para imam, rujukan, dan kekasih kaum Musyabbihah (Wahabiyah) yang mengharamkan perayaan Maulid dan mengkafirkan kaum Muslim karena hal itu.
Maka apa yang akan mereka katakan tentang mereka sekarang? Apakah mereka akan memerangi dan menyerang mereka, serta mengkafirkan mereka karena mereka memuji perayaan Maulid Nabi yang mulia dan memuliakan kedudukannya, sejalan dengan Ahlus Sunnah?
Atau apakah mereka akan diam, merasa malu dan membisu ?
Demikian wallahu a'lam. Semoga bermanfaat. Amiin.