Perayaan Maulid Nabi Haram? Ini 21 Dalil dari Sayid Al-Maliki (3)
Seorang artis yang kerap berbusana seronok, setelah sadar dan berjilbab, tiba-tiba mengatakan "Peringatan Maulid Nabi itu bid'ah, Maulid Nabi itu haram". Tentu saja, publik secara umum boleh mendengarnya tapi bisa mengkritisinya.
Demikian pula, kerap juru dakwah dari kalangan Salafi dan Wahabi menyampaikan hal serupa disampaikan artis tersebut.
Benarkah demikian?
Perayaan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (Saw) telah menjadi bagian syiar Islam di Indonesia, bahkan di dunia. Umat Islam mengekspresikan kecintaannya pada Rasulullah, Nabi terakhir yang lahir pada 12 Rabiul Awwal empatbelas abad lalu.
Sayyid Muhammad bin Sayyid Alawi Al Maliki menjadi rujukan umat Islam di Indonesia, khususnya kalangan pesantren. Dalam Kitab Haulul Ihtifal Bidzikri Al-Maulid An-Nabawi As-Syarif; Sayyid Muhammad bin Sayyid Alawi Al Maliki Al Hasani menyampaikan Dalil-dalil legalitas perayaan maulid Nabi Saw.
Berikut 21 Dalil Perayaan Maulid Nabi menurut Sayyid Muhammad bin Sayyid Alawi Al Maliki. (Dalil ke-15 hingga ke-21)
Kelimabelas
Tidak semua Bid’ah diharamkan, dan seandainya kenyataannya demikian, maka niscaya pengumpulan dan penulisan Al-Qur’an kedalam mushaf oleh sahabat Abu Bakar, Umar dan Zaid RA. karena khawatir terabaikan sebab wafatnya para sahabat yang pandai membaca (hafal) Al-Qur’an adalah haram, begitu pula pengumpulan sayyidina umar terhadap satu imam dalam sholat malam juga di haramkan, padahal beliau berkata: “Sebaik-baiknya Bid’ah adalah ini”, dan penyusunan dalam semua disiplin ilmu yang bermanfaat adalah haram, dan wajib bagi kita memerangi orang kafir dengan anak panah dan busur, padahal mereka memerangi kita dengan peluru, meriam, tank baja, kapal terbang, kapal selam dan armada (laut dan udara), dan niscaya haram pula adzan diatas menara, membuat pondok, madrasah (sekolah), rumah sakit, ambulan, panti asuhan dan penjara. Oleh sebab itu, Ulama membatasi Hadist “كل بدعة ضلالة” dengan bid’ah sayyi’ah, dan batasan ini diperjelas dengan beberapa peristiwa (hal baru) yang terjadi dari para pembesar sahabat dan tabi’in (generasi setelah sahabat) yang tidak ada pada zaman Nabi Muhammad SAW sementara kita -sekarang- melakukan banyak hal yang tidak pernah dilakukan oleh orang-orang terdahulu seperti berjama’ah pada satu imam di akhir malam untuk melaksanakan sholat tahajjud setelah sholat tarawih, menghatamkan Al-Qur’an dalam sholat tahajjud, membaca do’a Khotmil Qur’an, khotbah Imam pada malam kedua puluh tujuh dalam sholat tahajjud dan Nida’ (panggilan shalat sunnah) dengan ucapan: “صلاة القيام اثابكم الله”. Semua ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan orang-orang terdahulu. Apakah semua perbuatan kita itu Bid’ah?
السادس عشر : فالاحتفال بالمولد وإن لم يكن في عهده صلّى الله عليه وسلّم فهو بدعة ، ولكنها حسنة لاندراجها تحت الأدلة الشرعية ، والقواعد الكلية ، فهي بدعة باعتبار هيئتها الاجتماعية لا باعتبار أفرادها لوجود أفرادها في العهد النبوي, عُلم ذلك في الدليل الثاني عشر .
Keenambelas
Perayaan maulid nabi meskipun tidak terjadi pada zaman Rasulullah SAW adalah bid’ah. akan tetapi tergolong Bid’ah Hasanah, karena masih sesuai dengan dalil syar’i dan kaidah-kaidah umum. Perayaan Maulid Nabi termasuk bid’ah jika dipandang dari bentuknya secara umum, dan tidak termasuk bid’ah jika dipandang dari segi satuannya, karena terdapat pada zaman Rasulullah, hal tersebut bisa diketahui pada dalil kedua belas.
السابع عشر : وكل ما لم يكن في الصدر الأول بهيئته الاجتماعية لكن أفراده موجودة يكون مطلوباً شرعاً ، لأن ما تركّب من المشروع فهو مشروع كما لا يخفى .
Ketujuhbelas
Segala sesuatu yang tidak terdapat pada kurun waktu pertama dengan bentuk secara umum, tetapi yang terdapat satuannya, maka hal ini dianjurkan dalam syari’at, karena sesuatu yang tersusun dari yang disyari’atkan, maka juga disyari’atkan seperti yang kita ketahui.
الثامن عشر : قال الإمام الشافعي رضي الله عنه : ما أحدث وخالف كتاباً أو سنة أو إجماعاً أو أثراً فهو البدعة الضالة ، وما أحدث من الخير ولم يخالف شيئاً من ذلك فهو المحمود ، اهـ .
Kedelapanbelas
Imam Syafi’i RA berkata: Perkara baru yang bertentangan dengan Al-Qur’an, Hadist, Ijma’ ataupun Atsar, adalah bid’ah yang sesat (menyesatkan), sedangkan perkara baru yang baik dan tidak bertentangan dengan salah satunya, maka termasuk hal yang terpuji.
وجرى الإمام العز بن عبد السلام والنووي كذلك وابن الأثير على تقسيم البدعة إلى ما أشرنا إليه سابقا .
Imam Izzuddin bin Abdussalam, Imam An-nawawi dan Ibnu al-Atsir mengklasifikasikan (membagi) bid’ah menjadi lima bagian seperti yang telah kami sebutkan diatas.
التاسع عشر : فكل خير تشمله الأدلة الشرعية ولم يقصد بإحداثه مخالفة الشريعة ولم يشتمل على منكر فهو من الدين
Kesembilanbelas
Segala kebaikan yang terkandung dalam dalil-dalil syari’at, yang diadakan tidak bertujuan menentang Syari’at serta tidak mengandung kemungkaran, maka termasuk bagian dari agama.
وقول المتعصب : " إن هذا لم يفعله السلف " ليس هو دليلاً له بل هو عدم دليل كما لا يخفى على مَن مارس علم الأصول ، فقد سمى الشارع بدعة الهدى سنة ووعد فاعلها أجراً فقال عليه الصلاة والسلام : ( مَنْ سنّ في الإسلام سنة حسنة فعمل بها بعده كُتب له مثل أجر مَن عمل بها ولا ينقص من أجورهم شيء)
Adapun pernyataan orang yang fanatik (penentang Maulid Nabi): “Sesungguhnya perayaan ini belum pernah dilaksanakan oleh orang-orang terdahulu”, itu bukanlah sebuah dalil bahkan hal itu menunjukkan bahwa mereka tidak punya dalil, sebagaimana yang sudah maklum di kalangan orang yang menekuni ilmu Ushul, maka sesungguhnya pembawa syari’at (Nabi Muhammad SAW) menyebut Bid’ah Al-Huda dengan sunnah (perbuatan baik) dan menjanjikan pahala bagi pelakunya. Nabi bersabda: Barang siapa melakukan kebaikan dalam Islam lalu diamalkan orang-orang setelahnya, maka orang itu mendapat pahala seperti pahala orang yang mengamalkannya dan tanpa dikurangi sedikitpun.
العشرون : أن الاحتفال بالمولد إحياء لذكرى المصطفى صلّى الله عليه وسلّم وذلك مشروع عندنا في الإسلام ، فأنت ترى أن أكثر أعمال الحج إنما هي إحياء لذكريات مشهودة ومواقف محمودة فالسعي بين الصفا والمروة ورمي الجمار والذبح بمنى كلها حوادث ماضية سابقة ، يحيي المسلمون ذكراها بتجديد صُوَرِها في الواقع والدليل على ذلك قوله تعالى : ( وأذِّن في الناس بالحج ) وقوله تعالى حكاية عن إبراهيم وإسماعيل عليهما السلام ( وأرنا مناسكنا )
Keduapuluh
Sesungguhnya perayaan maulid Nabi adalah pelestarian terhadap peringatan Nabi besar Muhammad SAW yang disyari’atkan -menurut kita- dalam islam, maka anda telah melihat bahwa sesungguhnya kebanyakan amalan Haji itu merupakan pelestarian peringatan-peringatan dan tempat perkumpulan yang terpuji, pelaksanaan sa’i (lari-lari kecil) antara bukit shofa dan bukit marwa, melontar jumrah dan menyembelih hewan kurban di Mina, itu semua adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang di lestarikan kembali (diperingati) oleh orang islam dengan memperbaharui bentuk pelaksanaannya, sedangkan dalilnya adalah firman Allah SWT: "وأذن فى الناس بالحج" dan firman Allah SWT yang menceritakan tentang Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail As: " وأرنا مناسكنا "
الحادي والعشرون : كل ما ذكرناه سابقا من الوجوه في مشروعية احتفالات المولد الشريف إنما هو احتفالاته التي خلت من المنكرات المذمومة التي يجب الإنكار عليها ، أما إذا اشتمل المولد على شئ مما يجب الإنكار عليه كاختلاط الرجال بالنساء وارتكاب المحرمات وكثرة الإسراف مما لا يرضى به صاحب المولد الشريف صلّى الله عليه وسلّم فهذا لاشك في تحريمه ومنعه لما اشتمل عليه من المحرمات لكن تحريمه حينئذ يكون عارضيا لا ذاتيا كما لايخفى على مَن تأمّل ذلك.
Keduapuluhsatu
Semua yang telah kami sebutkan diatas tentang legalitas (disyari’atkannya) perayaan-perayaan Maulid Nabi itu hanya perayaan-perayaan yang tidak ada unsur kemungkaran-kemungkaran yang tercela yang wajib diingkari. Adapun perayaan-perayaan maulid nabi yang mengandung sesuatu yang wajib diingkari seperti bercampurnya laki-laki dan perempuan, melakukan hal-hal yang diharamkan dan terlalu berlebihan, dari sesuatu yang tidak diridhoi oleh shahibul maulid (Nabi Muhammad SAW), maka ini tidak diragukan lagi keharaman serta terlarangnya, karena mengandung sesuatu yang diharamkan, akan tetapi dalam hal ini keharamannya bersifat ‘Aridliy (eksternal) bukan bersifat Dzatiyah (internal). Seperti keterangan yang sudah jelas bagi orang yang berfikir tentang hal ini.
*) Disarikan dari:
- Kitab Haulul Ihtifal Bidzikri Al-Maulid An-Nabawi As-Syarif; Sayyid Muhammad bin Sayyid Alawi Al Maliki Al Hasani
- Buku Diya’ut Thullab; Mengurai kekusutan pemikiran para pengingkar maulid Nabi sallallahu’alaihi wasallam (Buku Karya Ilmiyah Santri PP. Nurul Cholil, Bangkalan, kelas III Aliyah Priode 2011-2012) dari situs Ponpes Nurul Cholil.
Advertisement