Perayaan Maulid Nabi Haram? Ini 21 Dalil dari Sayid Al-Maliki (1)
Seorang artis yang kerap berbusana seronok, setelah sadar dan berjilbab, tiba-tiba mengatakan "Peringatan Maulid Nabi itu bid'ah, Maulid Nabi itu haram". Tentu saja, publik secara umum boleh mendengarnya tapi bisa mengkritisinya.
Demikian pula, kerap juru dakwah dari kalangan Salafi dan Wahabi menyampaikan hal serupa disampaikan artis tersebut.
Benarkah demikian?
Perayaan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (Saw) telah menjadi bagian syiar Islam di Indonesia, bahkan di dunia. Umat Islam mengekspresikan kecintaannya pada Rasulullah, Nabi terakhir yang lahir pada 12 Rabiul Awwal empatbelas abad lalu.
Sayyid Muhammad bin Sayyid Alawi Al Maliki menjadi rujukan umat Islam di Indonesia, khususnya kalangan pesantren. Dalam Kitab Haulul Ihtifal Bidzikri Al-Maulid An-Nabawi As-Syarif; Sayyid Muhammad bin Sayyid Alawi Al Maliki Al Hasani menyampaikan Dalil-dalil legalitas perayaan maulid Nabi Saw.
Berikut 21 Dalil Perayaan Maulid Nabi menurut Sayyid Muhammad bin Sayyid Alawi Al Maliki (Dalil pertama hingga Dalil ke-7).
Pertama
Sesungguhnya perayaan maulid Nabi SAW adalah sebagai ekspresi atau ungkapan rasa bahagia dan senang kepada Nabi Al-Musthofa (nabi pilihan), dan kelahirannya dapat memberikan manfaat kepada orang kafir (Abu Lahab).
وسيأتي في الدليل التاسع مزيد بيان لهذه المسألة ، لأن أصل البرهان واحد وإن اختلفت كيفية الاستدلال وقد جرينا على هذا المنهج في هذا البحث وعليه فلا تكرار .
Dan akan ada penjelasan tambahan tentang masalah ini dalam dalil kesembilan, karena pada dasarnya dalilnya hanya satu meskipun cara pengambilan dalilnya berbeda, dan metode ini sudah kami terapkan dalam pembahasan ini, oleh sebab itu tidak perlu diulang.
فقد جاء في البخاري أنه يخفف عن أبي لهب كل يوم الاثنين بسبب عتقه لثويبة جاريته لما بشّرته بولادة المصطفى صلى الله عليه وسلّم .
Dalam kitab Al-Bukhari telah dijelaskan bahwa siksaan Abu Lahab diringankan setiap hari senin sebab memerdekakan Tsuwaibah (budaknya) ketika dia memberikan kabar gembira kepadanya atas kelahiran Nabi Al-Musthofa.
ويقول في ذلك الحافظ شمس الدين محمد بن ناصر الدين الدمشقي :
إذا كان هذا كافـراً جاء ذمـه # بتبّت يداه في الجحيم مخلّدا
أتى أنه في يوم الاثنين دائـمـا # يُخفّف عنه للسرور بأحمدا
فما الظن بالعبد الذي طول عمره # بأحمد مسرورا ومات موحّدا
Dan dalam masalah diatas Al-Hafidz Syamsuddin Muhammad bin Nasiruddin Ad-dimisyqi berkata:
Tatkala orang kafir ini (Abu Lahab), yang dicela
Dengan “binasa tangannya (jasadnya) di neraka jahim selamanya”
Pada hari senin selalu diringankan siksaannya
Sebab gembira dengan Nabi Ahmad (Muhammad SAW)
Maka bagaimana dengan seorang hamba yang sepanjang umurnya gembira dengan Nabi Ahmad dan mati dengan bertauhid.
وهذا الخبر رواه البخاري في الصحيح في كتاب النكاح معلقا ونقله الحافظ ابن حجر في الفتح ورواه الإمام عبدالرزاق الصنعاني في المصنف ج٧ ص ٤٧٨والحافظ البيهقي في الدلائل وابن كثير في السيرة النبوية من البداية ج١ ص ٢٢٤ ابن الديبع الشيباني في حدائق الأنوار ج١ ص ١٣٤ والحافظ البغوي في شرح السنة ج ٩ ص ٧٦ وابن هشام والسهيلي في الروض الأنف ج ٥ ص ١٩٢ والعامري في بهجة المحافل ج ١ ص ٤١، وهذه الرواية وإنْ كانت مرسلة إلا أنها مقبولة لأجل نقل البخاري لها واعتماد العلماء من الحفاظ لذلك ولكونها في المناقب والخصائص لا في الحلال والحرام، وطلاب العلم يعرفون الفرق في الاستدلال بالحديث بين المناقب والأحكام، وأما انتفاع الكفار بأعمالهم ففيه كلام بين العلماء ليس هذا محل بسطه ، والأصل فيه ما جاء في الصحيح من التخفيف عن أبي طالب بطلب رسول الله صلّى لله عليه وسلّم .
Dan Hadist ini diriwayatkan oleh Al-Bukhori dalam As-Shohih dalam kitab An-Nikah sebagai hadist ta’liq (muallaq), dinukil oleh Al Hafidz Ibnu Hajar dalam kitab Al-Fath, diriwayatkan oleh Imam Abd Rozak As-Shon’ani dalam kitab Al-Mushonnaf jilid 7 halaman 478, diriwayatkan oleh Al-Hafidz Al-Baihaqi dalam kitab Ad-Dala’il, Ibnu Katsir didalam As-Siroh An-Nabawiyah minal bidayah Jilid 1 halaman 224, Ibnu Ad-Diba’ As-Syaibani dalam Hadaiqul Anwar jilid 1 halaman 134, Al-Hafidz Al-Baghowi dalam Syarh As-Sunnah jilid 9 halaman 76, Ibnu Hisyam dan As-Suhaili dalam Ar-Roudl Al-Anf الروض الأُنُف jilid 5 halaman 192 dan Al-Amiri dalam Bahjatul Mahafil jilid 1 halaman 41, Riwayat-Riwayat diatas meskipun Mursal, akan tetapi Maqbul karena dikutip oleh Al-Bukhori dan ada I’timadul Ulama (komitmen para Ulama ahli hadits) dan karena riwayat-riwayat tersebut terdapat dalam Al-Manaqib dan Al-Khoshoish bukan dalam Al-Halal dan Al-Harom, sedangkan para pelajar (santri) mengetahui perbedaan dalam pengambilan dalil menggunakan hadits antara Al-Manaqib dan Al-Ahkam. Adapun pengambilan manfaat bagi orang kafir dengan amal-amal mereka terdapat pembahasan di kalangan para Ulama yang tidak akan dibahas dalam kitab ini, sedangkan dasar dalam hal ini adalah hadits yang terdapat dalam kitab As-Shohih tentang keringanan siksa Abi Tholib sebab permohonan Rasululloh SAW.
الثاني : أنه صلى الله عليه وسلّم كان يعظّم يوم مولده ، ويشكر الله تعالى فيه على نعمته الكبرى عليه ، وتفضّله عليه بالجود لهذا الوجود، إذ سعد به كل موجود، وكان يعبّر عن ذلك التعظيم بالصيام كما جاء في الحديث عن أبي قتادة : أن رسول الله صلّى الله عليه وسلّم سُئل عن صوم يوم الإثنين ؟ فقال " فيه وُلدتُ وفيه أُنزل عليَّ " رواه الإمام مسلم في الصحيح في كتاب الصيام .
Kedua
Sesungguhnya nabi Muhammad SAW memuliakan hari kelahirannya dan bersyukur kepada Allah di hari tersebut atas nikmat yang sangat besar dan keutamaan yang dianugerahkan oleh Allah kepadanya sebab sayangnya Allah kepada mahluk, karena dengan perantara Nabi semua mahluk bisa beruntung, dan Nabi mengungkapkan penghormatannya dengan berpuasa, sebagaimana diterangkan dalam hadits dari Abi Qotadah: “Sesungguhnya Rasululloh SAW pernah ditanya tentang puasa hari senin. Maka Nabi Menjawab: Pada hari tersebut saya dilahirkan dan pada hari itu pula Al-Qur’an diturunkan kepadaku”, HR. Imam Muslim dalam As-Shohih di kitab As-Shiyam.
وهذا في معنى الاحتفال به ، إلاّ أن الصورة مختلفة ولكن المعنى موجود سواء كان ذلك بصيام أو إطعام طعام أو إجتماع على ذكر أو صلاة على النبي صلّى الله عليه وسلّم أو سماع شمائله الشريفة .
Dan ini adalah bentuk perayaan atas kelahiran nabi, hanya saja caranya berbeda, akan tetapi esensinya (intinya) sama, baik perayaan tersebut dengan berpuasa, memberi makan, berkumpul untuk berzikir, membaca sholawat kepada nabi atau mendengarkan kisah tentang akhlak mulia Nabi.
الثالث : أن الفرح به صلّى الله عليه وسلّم مطلوب بأمرالقرآن من قوله تعالى(قل بفضل الله وبرحمته فبذلك فليفرحوا) فالله تعالى أمرنا أن نفرح بالرحمة ، والنبي صلّى الله عليه وسلّم أعظم رحمة ، قال الله تعالى (وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين).
Ketiga
Sesungguhnya gembira kepada Nabi adalah tuntutan Al-Qur’an, yang berupa: “Katakanlah (Muhammad) dengan anugerah dan rahmat Allah, maka hendaklah mereka bergembira”. Maka Allah SWT memerintahkan kita agar gembira dengan datangnya rahmat, sedangkan Nabi Muhammad adalah rahmat Allah yang paling besar, Allah SWT berfirman: “Dan kami tidak mengutusmu (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam”.
ويؤيد هذا تفسير حبر الأمة وترجمان القرآن الإمام ابن عباس رضي الله عنهما ، فقد روى أبو الشيخ عن ابن عباس رضي الله عنهما في الآية قال : فضل الله العلم ، ورحمته محمد صلى الله عليه وسلم . قال الله تعالى : ( وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين )
Dan hal ini dikuatkan oleh penjelasan Habru Al-Ummah (orang yang sangat Alim) dan penerjemah Al-Qur’an yaitu Imam Ibnu Abbas Ra, maka sesungguhnya Abu Syaikh telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas Ra tentang ayat diatas, Ibnu Abbas berkata: Anugerah Allah adalah ilmu, Adapun Rahmatnya adalah Nabi Muhammad SAW. Allah SWT berfirman: “Kami tidak mengutusmu (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam”.
فالفرح به صلى الله عليه وسلم مطلوب في كل وقت وفي كل نعمة وعند كل فضل ولكنه يتأكد في كل يوم الإثنين وفي كل شهر الربيع لقوة المناسبة وملاحظة الوقت ، ومعلوم أنه لا يغفل عن المناسبة ويعرض عنها في وقتها إلا مغفل أحمق .
Adapun bergembira dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah tuntutan di setiap waktu, di setiap mendapatkan nikmat dan anugerah, terlebih setiap hari Senin dan bulan Robi’ul Awal, karena merupakan waktu yang sangat sesuai dan tepat, dan sudah maklum bahwa tidak akan lupa dan berpaling dari sesuatu yang layak diperhatikan (diperingati), kecuali orang lalai yang bodoh.
الرابع : أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يلاحظ ارتباط الزمان بالحوادث الدينية العظمى التي مضت وانقضت ، فإذا جاء الزمان الذي وقعت فيه كان فرصة لتذكرها ، وتعظيم يومها لأجلها ولأنه ظرف لها .
Keempat
Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW memperingati berbagai peristiwa besar keagamaan yang sudah lampau disetiap tahun, jika datang suatu masa yang didalamnya terjadi berbagai peristiwa tersebut, maka saat itu dijadikan kesempatan (momentum) untuk mengenang dan memuliakan hari berbagai peristiwa itu, karena hari itu adalah saat terjadinya berbagai peristiwa tersebut.
وقد أصل صلى الله عليه وسلم هذه القاعدة بنفسه كما صرح في الحديث الصحيح أنه صلى الله عليه وسلم لما وصل إلى المدينة ورأى اليهود يصومون يوم عاشوراء سأل عن ذلك فقيل له : إنهم يصومون لأن الله نجّى نبيهم وأغرق عدوهم فهم يصومون شكرا لله على هذه النعمة فقال صلى الله عليه وسلم : (نحن أولى بموسى منكم) فصامه وأمر بصيامه .
Nabi Muhammad SAW mendasari sendiri kaidah ini sebagaimana dijelaskan dalam sebuah Hadist Shohih bahwa Nabi Muhammad SAW ketika sampai di Madinah beliau melihat orang yahudi berpuasa pada hari Asyuro’[1], kemudian Nabi menanyakan prihal puasa tersebut, maka mereka menjawab “Bahwa mereka berpuasa karena Allah telah menyelamatkan Nabi mereka dan menenggelamkan musuh mereka”, oleh sebab itu mereka berpuasa sebagai rasa syukur kepada Allah atas nikmat tersebut, lalu Nabi Muhammad SAW bersabda: “Saya lebih utama terhadap Nabi Musa dibandingkan kalian”, kemudian Nabi Muhammad berpuasa dan memerintahkannya pada hari Asyuro’.
الخامس : أن المولد الشريف يبعث على الصلاة والسلام المطلوبين بقوله تعالى : ( إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين أمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما)
Kelima
Sesungguhnya (perayaan) maulid yang mulia bisa membangkitkan gairah untuk membaca sholawat dan salam yang diperintahkan oleh Allah dalam firmannya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat atas Nabi, Wahai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kalian semua kepadanya dan ucapkan salam penghormatan atas Nabi SAW”.
وما كان يبعث على المطلوب شرعا فهو مطلوب شرعا ، فكم للصلاة عليه من فوائد نبوية ، وإمدادات محمدية ، يسجد القلم فى محراب البيان عاجزا عن تعداد آثارها ومظاهر أنوارها .
Sesuatu yang dapat membangkitkan tuntutan menurut syari’at maka hal itu menjadi tuntutan menurut syari’at, betapa banyak faedah dan manfaat yang diperoleh sebab membaca sholawat kepada Nabi, Al-Qolam (pena) bersujud di mihrab penjelasan, tidak mampu menghitung berbagai pengaruh dan cahayanya yang tampak.
السادس : ان المولد الشريف يشتمل على ذكر مولده الشريف ومعجزاته وسيرته والتعريف به، أولسنا مأمورين بمعرفته ومطالبين بالإقتداء به ، والتأسّى بأعماله، والإيمان بمعجزاته والتصديق بآياته؟ وكتب المولد تؤدي هذا المعنى تماما .
Keenam
Sesungguhnya Maulid Nabi memuat tentang peringatan kelahiran Nabi, Mukjizat, Sejarah dan pemberitaannya, tidakkah kita diperintah untuk mengenalnya, mengikuti jejak dan mencontoh amal perbuatannya, iman dengan semua mukjizat dan membenarkan semua ayat-ayatnya? sedangkan kitab-kitab Maulid Nabi menjelaskan hal ini secara sempurna.
السابع : التعرّض لمكافأته بأداء بعض ما يجب له علينا ببيان أوصافه الكاملة ، وأخلاقه الفاضلة ، وقد كان الشعراء يفدون إليه صلى الله عليه وسلم بالقصائد ويرضى عملهم ويجزيهم على ذلك بالطيبات والصلاة ، فإذا كان يرضى عمن مدحه ، فكيف لايرضى عمن جمع شمائله الشريفة ، ففي ذلك التقرب له عليه السلام باستجلاب محبته ورضاه .
Ketujuh
Melaksanakan sebagian kewajiban kita kepada beliau secara terbuka untuk membalas jasa beliau Nabi Muhammad SAW yaitu dengan menjelaskan sifat-sifat sempurna dan akhlaknya yang mulia, ada beberapa penya’ir menembangkan beberapa Qosidah (pujian-pujian) kepada beliau dan beliau ridho dan membalas perbuatan mereka dengan beberapa kebaikan dan do’a, maka ketika Nabi ridho dengan orang yang memujinya, lalu bagaimana mungkin Nabi tidak ridho dengan orang yang mengumpulkan tabiat/perangai-perangai mulia beliau, maka didalam hal tersebut tersimpan pendekatan kepada Nabi SAW dengan mendatangkan cinta dan ridhonya.
الثامن : أن معرفة شمائله ومعجزاته وإرهاصاته تستدعي كمال الإيمان به عليه الصلاة والسلام ، وزيادة المحبة إذ الإنسان مطبوع على حب الجميل ، خَلقا وخُلقا ، علما وعملا ، حالا واعتقادا ، ولا أجمل ولاأكمال ولا أفضل من أخلاقه وشمائله صلى الله عليه وسلم ،وزيادة المحبة وكمال الإيمان مطلوبان شرعا فما كان يستدعيهما فهو مطلوب كذلك .
(bersambung)