Perayaan Maulid Nabi di Makkah, Rumah Kelahiran dan Fakta Sejarah
Kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (SAW) diperingati setiap 12 Rabiul Awal. Bagi umat Islam di Indonesia dan bagian lain di Bumi Nusantara, Maulid Nabi (Perayaan Kelahiran Rasulullah SAW) kerap diperingati sepanjang bulan ini. Bahkan, bagi pengamal tarekat diperingati sepanjang tahun.
Bagaimana fakta sejarah soal Maulid Nabi di tanah kelahiran Rasulullah SAW sendiri, di Makkah? Ust Muhammad Ma'ruf Khozin, Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur memberikan catatan penting berikut:
Ada saja dari Salafi yang menjadikan Kota Makkah sebagai hujah mereka yang tidak menjalankan Maulid Nabi, padahal Makkah adalah tempat kelahiran Nabi shalallahu alaihi wasallam. Begitu cara nalar mereka.
Mari buka kitab-kitab sejarah ketika negeri Hijaz masih menjadi tempat bagi pengikut Empat Mazhab. Ada seorang ulama penjelejah negeri, Syekh Ibni Jubair 614 H, yang mendokumentasikan perjalanannya:
اﺑﺘﺪﺉ ﺑﺘﻘﻴﻴﺪﻫﺎ ﻳﻮﻡ اﻟﺠﻤﻌﺔ ﺛﻼﺛﻴﻦ ﻟﺸﻬﺮ ﺷﻮاﻝ ﺳﻨﺔ ﺛﻤﺎﻥ ﻭﺳﺒﻌﻴﻦ ﻭﺧﺴﻤﺎﺋﺔ ﻋﻠﻰ ﻣﺘﻦ اﻟﺒﺤﺮ
"Aku mulai menulisnya di hari Jumat, 30 Syawal 578 H, di atas lautan"
Terkait catatan perayaan Maulid Nabi di Makah beliau mengabadikan:
ﻳﻔﺘﺢ ﻫﺬا اﻟﻤﻮﺿﻊ اﻟﻤﺒﺎﺭﻙ ﻓﻴﺪﺧﻠﻪ اﻟﻨﺎﺱ ﻛﺎﻓﺔ ﻣﺘﺒﺮﻛﻴﻦ ﺑﻪ ﻓﻲ ﺷﻬﺮ ﺭﺑﻴﻊ اﻷﻭﻝ ﻭﻳﻮﻡ اﻹﺛﻨﻴﻦ ﻣﻨﻪ ﻷﻧﻪ ﻛﺎﻥ ﺷﻬﺮ ﻣﻮﻟﺪ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻓﻲ اﻟﻴﻮﻡ اﻟﻤﺬﻛﻮﺭ ﻭﻟﺪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺗﻔﺘﺢ اﻟﻤﻮاﺿﻊ اﻟﻤﻘﺪﺳﺔ اﻟﻤﺬﻛﻮﺭﺓ ﻛﻠﻬﺎ ﻭﻫﻮ ﻳﻮﻡ ﻣﺸﻬﻮﺭ ﺑﻤﻜﺔ ﺩاﺋﻤﺎ.
Tempat yang berkah ini (kelahiran Nabi) dibuka kemudian orang-orang memasukinya seraya mengharap berkah di bulan Rabiul Awal dan hari Senin di bulan tersebut. Di bulan dan hari inilah kelahiran Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Tempat-tempat yang suci tersebut dibuka semuanya. Ini adalah hari yang populer di Makah selamanya (Rihlah Ibni Jubair, hal.96)
Demikian catatan Ust Ma'ruf Khozin, yang juga Direktur Aswaja NU Center Jawa Timur.
Sejarah Maulid Nabi
Kelahiran Nabi Muhammad telah dirayakan oleh bangsa Arab sejak abad kedua Hijriah atau abad ke-8 Masehi. Pendapat ini didasarkan pada Nuruddin Ali dalam kitab Wafa'ul Wafa bi Akhbar Darul Mustafa, yang menjelaskan bahwa seseorang bernama Khaizuran (170H/786 M) datang ke Madinah dan memerintahkan masyarakatnya merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad di Masjid Nabawi.
Khaizuran, yang merupakan salah satu sosok berpengaruh dari masa Dinasti Abbasiyah, juga mengunjungi Mekkah dan memerintahkan hal yang sama. Karena pengaruhnya, anjuran Khaizuran pun didengarkan oleh masyarakat Muslim Arab.
Menurut Khaizuran, tujuan Maulid Nabi adalah agar teladan, ajaran, dan kepemimpinan mulia Nabi Muhammad bisa terus menginspirasi umat Islam.
Pendapat kedua menyatakan bahwa Maulid Nabi pertama kali diadakan oleh Dinasti Fatimiyah, yang berkuasa antara abad ke-4 hingga abad ke-6 Hijriah, atau abad ke-10 hingga abad ke-12 Masehi. Perayaan Maulid Nabi dipelopori oleh Abu Tamim, khalifah keempat Dinasti Fatimiyah.
Selain Maulid Nabi, dinasti ini juga merayakan Hari Asyura, Maulid Ali, Maulid Hasan, dan lainnya. Versi ketiga berdasarkan pendapat Ibnu Katsir, yang menyatakan bahwa Sultan Muzhaffar mengadakan peringatan Maulid Nabi pada Rabiul Awwal secara besar-besaran.
Sultan Abu Said Muzhaffar Kukabri (549-630 H) adalah Gubernur Ibril di Irak, yang merayakan Maulid Nabi dengan mengundang para ulama, ahli tasawuf, dan seluruh rakyatnya. Ia menjamu para undangan dengan makanan, meberi hadiah, dan bersedekah kepada fakir miskin.
Pendapat lain menyatakan bahwa Maulid Nabi pertama kali diperingati oleh Salahuddin Al Ayyubi, pediri Dinasti Ayyubiyah yang hidup pada abad ke-12.
Salahuddin Al Ayyubi juga dikenal sebagai jenderal hebat yang memerangi tentara Salib dan berhasil merebut Yerusalem dari Kerajaan Yerusalem. Konon, Salahuddin membuat perayaan Maulid untuk membangkitkan semangat umat Islam yang sedang padam dalam memerangi tentara Salib.
Meski perayaan Maulid Nabi bukan berasal dari anjuran Rasulullah dan terdapat perbedaan pendapat terkait awal mulanya, tetapi kegiatannya mampu membawa umat Islam selalu mengingat Nabi Muhammad dan menambah ketakwaan serta keimanan. Itulah mengapa, perayaan Maulid Nabi akhirnya berkembang ke wilayah Islam yang lain, termasuk Indonesia, dan tetap diperingati hingga sekarang.
Demikian berdasar buku karya Waskito, AM. (2014). Pro dan Kontra Maulid Nabi. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Mengenal Rumah Keluarga Nabi
Rumah Nabi Muhammad saw ketika membina rumah tangga bersama Khadijah. Terlihat dari kejauhan sekira 200-an meter pintu akses menuju Bukit Marwah ke arah terminal Syib Amir di sisi kanan, tampak bangunan bercat paduan coklat-kuning pastel dikunjungi puluhan orang.
Saat ini (konon) berada di bawah tiang lampu. Banyak orang membaca Al-Qur’an di sini untuk menghormat dan tabaruk kepada baginda Nabi saw. Tetapi rumah yang berukuran sekitar 10X18 meter ini merupakan bangunan yang tampak tidak terawat yang ada di sekitar Masjidil Haram. Rumah yang diceritakan sebagai tempat Rasulullah SAW dilahirkan ini tidak dirawat layaknya situs bersejarah yang ada di Indonesia. Konon, pemerintah Arab Saudi sengaja membiarkan rumah ini dan tetap menjadi perpustakaan yang selalu terkunci karena pemerintah Arab khawatir jika rumah ini dibangun rapi akan dijadikan tempat syirik oleh jamaah haji yang tidak mengerti masalah tauhid.
Terlihat spanduk di sisi kanan pintu masuk yang bertuliskan ‘Foto dari dalam Perpustakaan Makkah’. Sementara, di sisi kirinya terdapat spanduk yang bertuliskan sejumlah larangan. Mulai dari: dilarang shalat di depan Rumah Maulid, dilarang berdoa di depan Rumah.
Namun rumah tempat lahir Nabi Muhammad itu tidak lagi bisa kita nikmati aslinya, karena sudah berbentuk bangunan tahun 1900 an Maulid dan dilarang meratap di temboknya.
Rumah Kelahiran Nabi Muhammad saw (Maulid Nabi) yang terletak berdekatan dengan tempat mengerjakan Sa’i, arah timur Masjidil Haram. Kawasan ini dikenali sebagai Suq al-Layl atau Shib Ali. Kini, dibangun sebuah perpustakaan dengan nama “Maktabah Makkah Al-Mukarramah”. Namun tak semua orang bebas masuk.
Pada tahun lalu juga diberlakukan larangan serupa. Hal ini untuk menghindari kemungkinan adanya kerusakan pada koleksi buku yang tersimpan di dalamnya.
Bangunan sebelah kiri dari rumah ini dijadikan gudang untuk menyimpan barang-barang yang tak terpakai. Sementara batas bagian kanan langsung berhadapan dengan tempat pengambilan air zam-zam yang disediakan pemerintah Arab.
Sementara bagian belakang rumah ini berbatasan dengan trotoar jalan yang dilalui masyarakat yang akan berjamaah ke Masjidil Haram dan mengambil air zam-zam dari keran yang disediakan.
Suasana ramai ditambah lagi dari desingan alat-alat berat yang sedang membuldoser daerah yang dulunya disebut pasar seng untuk perluasan halaman Masjidil Haram. Akibatnya debu-debu pun sering mewarnai areal ini jika alat-alat berat itu beroperasi.
Jika kita ingin menuju Maulid Nabi ini maka dari Masjidil Haram dapat mengambil jalan keluar lewat pintu Ajyad, lalu pergi ke arah kiri. Dengan jarak kurang lebih 650 meter, kita akan tiba di terminal transit bus Mina.
Tempat kelahiran Nabi SAW dulu dikenal dengan lembah Abu Thalib. Ketika Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, rumah ini ditinggali oleh Aqil bin Abi Thalib ra. Kemudian dilanjutkan didiami oleh anak cucu Aqil.
Selanjutnya rumah itu dibeli oleh Khizran, istri Raja Bani Abbasiyah yang terkenal sukses dan ahli ibadah Harun Al Rasyid. Setelah dibeli, tempat itu lalu dibangun sebuah masjid Al-Khaizuran. Namun, karena berdekatan dengan Masjidil Haram, masjid itu lalu dihancurkan dan akhirnya dijadikan perpustakaan umum oleh Syaikh Abbas Qatthan, wali kota Makkah pada tahun 1370 H atau 1950 M.
Ketika Rasulullah SAW hijrah bersama bani Hasyim yang masuk islam, tanah warisan bani Hasyim dikuasai oleh Aqil dan Thalib, keduanya adalah anak Abi Thalib yang masih kafir. Sementara Ali dan Ja’far yang juga putra Abu Thalib, sama sekali tidak mendapatkannya. Termasuk Nabi Muhammad SAW.
Demikian semoga bermanfaat.
Advertisement