Perangi Teori Konspirasi Covid, Dosen ITS Kembangan Gim Menantang
Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan sebuah gim edukasi guna meningkatkan kualitas baca dan kesadaran masyarakat akan bahayanya berita hoaks. Diketahui, data American Journal of Tropical Medicine and Hygiene tahun 2020 menyebutkan bahwa Indonesia menempati ranking lima dunia dalam penyebaran rumor, stigma dan teori konspirasi terkait Covid-19.
Game edukasi ini digagas oleh tujuh dosen Departemen Desain Komunikasi Visual (DKV) ITS dan Departemen Sistem Informasi (SI) ITS. Mereka adalah Nugrahardi Ramadhani, Rabendra Yudistira Alamin, Putri Dwitasari, Nurina Orta Darmawati, Didit Prasetyo, Naufan Noordyanto yang berasal dari Departemen DKV ITS, dan Renny Pradina Kusumawardani dari Departemen SI ITS.
"Proyek ini memiliki konsep dengan mekanika permainan, seperti achievement, motivation, learning, dan challenge. Dibandingkan konsep gim yang menghibur, gamifikasi kami mengombinasikannya dengan proses pembelajaran,” terang Ketua tim Abmas Nugrahardi Ramadhani.
Berawal dari ide tersebut, tim ini merasa tergerak terlebih sebagai departemen yang kompetensinya berbeda dari departemen lainnya hingga harus melakukan inovasi sesuai bidangnya.
Di sisi lain, dalam mengedukasi masyarakat terpikirkan memerlukan media kreatif yang tidak biasa dan masyarakat harus diberikan edukasi. "Maka dari itu, terbitlah gim dengan nama Pramana Sahwahita yang dikemas dengan genre visual novel," ungkapnya.
Lelaki yang akrab disapa Dhani ini memaparkan, nama Pramana Sahwahita sendiri berarti mencari pengetahuan untuk kebenaran yang manfaatnya untuk kemaslahatan umat manusia.
"Tujuan utama dalam gim ini adalah permainan peran (role play), di mana masyarakat akan dilibatkan secara aktif dalam proses pembuatan dan penyebaran berita hoaks. Sehingga diharapkan nantinya dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam bersikap," bebernya.
Ia menjelaskan, dalam gim yang bersifat menantang (challenging) ini, masyarakat akan disajikan sebuah berita bertemakan Covid-19 serta diajak menebak dan pembuktian berita hoaks.
Selain itu, pemain juga akan diarahkan pada aksi berikutnya, yaitu memberitakan kepalsuan beritanya, tidak bersikap apa-apa, atau justru turut menyebarkan kembali berita tersebut kepada orang lain.
Meski gim ini masih dalam bentuk prototipe, tim ini berhasil menyajikan visual yang menarik dan terdiri dari 15 level, di mana tiap level mempunyai dialog-dialog atau info tentang berita hoaks atau bukan.
Masing-masing tindakan ini akan mendapatkan akumulasi poin dan akan dikategorikan apakah layak menjadi netizen produsen hoaks, user pasif atau layak menjadi agen pemberantas hoaks.
Dengan adanya gim ini, Dhani berharap penyebaran berita hoaks dapat diminimalisasi dimulai dari lingkup yang kecil. Dengan demikian, diharapkan pula masyarakat dapat lebih sadar untuk mengenali kebenaran berita yang beredar melalui cek fakta sebelum bereaksi.
“Ini adalah salah satu upaya nyata kita bersama pemerintah untuk menanggulangi penyebaran berita dan penanganan Covid-19 dapat berjalan lancar,” tegasnya.
Advertisement