Perangi Islamofobia, Langkah Sepakat RI dan Turki
Menteri Luar Negeri Turki, Mevlüt Çavuşoğlu, mengatakan, Indonesia yang dianggap sebagai negara Muslim terbesar. Bagi Turki, bersama Indonesia dapat bekerja sama erat dalam upaya melawan berkembangnya Islamophobia (Islamofobia) dan Xenophobia.
“Saat ini sayangnya umat dihadapkan dengan berkembangnya islamophobia dan xenophobia. Bersama Indonesia kami akan menghadapi tantangan-tantangan tersebut," kata Mevlüt Çavuşoğlu, dalam keterangan Rabu, 23 Desember 2020.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi dan Menlu Turki Mevlüt Çavuşoğlu, mengadakan pertemuan dalam menjalin kerja sama bilateral kedua negara, Selasa 22 Desember 2020 di Jakarta.
Dalam pertemuan bilateral Menlu RI dan Menlu Turki turut dirangkaikan dengan penandatanganan Nota Kesepahaman tentang Kerja Sama Peningkatan Kapasitas Diplomatik.
Adanya Nota Kesepahaman ini akan semakin memperkuat kemitraan kita dan membangun kapasitas diplomatik para diplomat kedua negara.
Selain, dalam pertemuan yang dihelat di tengah pandemi Covid-19 itu juga membahas mengenai perkembangan terakhir di Timur Tengah, penguatan kerja sama OKI serta penyelesaian isu Palestina berdasarkan berbagai Resolusi Dewan keamanan PBB dan parameter yang disepakati secara internasional, termasuk Solusi Dua Negara.
Hubungan diplomatik Indonesia-Turki memasuki usia 70 tahun pada 2020. Kedua negara sepakat untuk memperkuat kerja sama di berbagai bidang ke level selanjutnya, yang ditandai dengan rencana kunjungan kenegaraan Presiden Recep Tayyib Erdogan tahun depan.
Pada bagian lain, Mevlüt Çavuşoğlu menegaskan, Indonesia-Turki sepakat untuk meningkatkan target volume perdagangan hingga 10 miliar USD.
“Saat ini volume perdagangan kedua negara mencapai 1.5 miliar USD, dimana populasi total dari kedua negara sekitar 350 juta. Jadi, 1.5 miliar USD sangat jauh dari potensi yang ada sebenarnya. Kami sepakat untuk meraih tujuan bersama yaitu untuk mencapai 10 miliar USD,” ungkap Menlu Mevlüt Çavuşoğlu.
Çavuşoğlu memastikan investor Turki khususnya yang bergerak di sektor konstruksi, tertarik untuk menanamkan modal meski di tengah pandemi COVID-19.
“Perusahaan Turki sangat tertarik untuk berinvestasi di Indonesia meski di tengah pandemi. Kami juga berdiskusi mengenai PPP (Public Private Partnership), yang merupakan perusahaan-perusahaan bergerak di bidang konstruksi. PPP Turki itu adalah sebuah perusahaan modern saat ini. Perusahaan-perusahan konstruksi asal Turki adalah kedua terbesar di dunia setelah Tiongkok,” ujarnya.
Indonesia yang dianggap sebagai negara Muslim, diharapkan Turki dapat bekerja sama erat dalam upaya melawan berkembangnya Islamophobia dan Xenophobia.