Perang Melawan Covid-19 (19): Kang Dadan Juga Positif
PENGANTAR REDAKSI: Fahd Pahdepie, peneliti yang juga penggerak politik anak muda berhasil sembuh melawan Covid-19. Alumni Monash University ini mulai dengan isolasi mandiri sampai dengan dirawat di Rumah Sakit. Bagaimana ia tahu terpapar Covid? Bagaimana ia melawan virus yang ganas itu? Berikut catatan pengalamannya yang ditulis secara bersambung.
---------------------
Kang Dadan. Saya belum lama mengenalnya. Ia adalah tenaga kesehatan yang di masa awal saya terkena Covid19 membantu dengan perawatan terbaiknya. Melakukan swab di rumah, memberi saya obat dan vitamin, memberi saya edukasi awal tentang virus ini dan segala penangannya. Kang Dadan, bersama Kang Gimbong, juga yang melakukan tes swab untuk keluarga saya di rumah. Keduanya sangat membantu saya.
Sehari-hari Kang Dadan bertugas di bagian ICU RSPP Extension Modular Simprug. Saat kondisi saya memburuk 24 Desember 2020 lalu, atas rekomendasi teman-teman di DPR RI dan Kementerian Kesehatan, Kang Dadan lah bersama Kang Gimbong yang mencarikan saya kamar di RSPP. Usaha dan pertolongan mereka berdua sangat berharga buat saya, sore harinya saya sudah bisa diantarkan ke IGD RSPP Extension Modular Simprug dengan hal-ihwal administratif yang sudah diuruskan Kang Dadan.
Saat saya dirawat, Kang Dadan menjenguk saya dua kali bersama rekannya, Teh Ida. Saya selalu ingat kalimatnya yang menyemangati saya, "Tenang Mas Fahd. Insya Allah pasti sembuh. Apalagi udah diterapi plasma konvalesen. Badan lebih enakan, kan?" Tanyanya penuh optimisme, masih di balik APD ketat khas tenaga medis yang berjuang di lini depan pandemi ini.
"Kalau ada perlu apa-apa kasih tahu saya aja, Mas." Katanya, "Saya kan di ICU, tapi ke sini mah deketlah. Kabari aja." Saya selalu terkesan dengan keramahannya.
Dalam kunjungannya yang terakhir, kami sempat foto bersama. Ia menyebut tulisan saya yang dibacanya, jurnal yang saya dedikasikan untuk para nakes. "Saya udah baca, Mas. Bagus banget. Makasih ya. Teman-teman di sini jadi pada nanya. Ternyata Mas Fahd penulis juga." Ceritanya. Penuh semangat.
Sesekali ia mengecek kabar lewat pesan WA. "Gimana kabarnya, Mas? Udah enakan? Si Teteh nanyain terus. Tapi tenang, udah saya beri pengertian. Insya Allah segera pulih." Katanya suatu hari.
Ya, itulah Kang Dadan. Sependek yang saya kenal, sebanyak yang bisa saya ceritakan. Saya menangkap kesan yang tak bisa dibohongi bahwa ia orang yang sangat baik. Perhatian dan penuh dedikasi pada pengabdiannya sebagai tenaga kesehatan.
Kang Dadan boleh jadi adalah potret para tenaga medis di Rumah Sakit ini, mereka yang selalu ramah, pengertian, penuh dedikasi, cekatan dan cerdas dengan tindakan-tindakan mereka yang tepat. Mereka ini bukan hanya para pekerja yang melaksanakan tugas, mereka adalah manusia-manusia mulia yang bahkan rela merisikokan hidupnya—untuk keselamatan dan kesembuhan orang lain.
Hari ini saya bersedih. Sore tadi Kang Dadan bertanya kabar saya, "Assalamualaikum Mas Fahd, gimana kondisinya sekarang? Lebih enakan?"
Saya segera jawab. "Alhamdulillah. Swab terakhir tanggal 2 masih positif. Tapi CT udah 38.9. Mudah2an sudah bisa dibolehkan pulang dalam waktu dekat." Jawab saya.
"Wiih... Alhamdulillah. Swab berikutnya negatif. Insya Allah. Selamat ya Mas." Ujarnya.
Saya baru saja membayangkan wajahnya yang ceria ketika teks berikutnya muncul. Tulisnya, "Doanya untuk saya. Qoddarulloh saya juga kena Covid19. Sedang di rawat di Wisma RSPP."
Saya tak bisa berkata-kata. Hidup kadang memberi kita terlalu banyak kejutan. Tetapi cara Allah selalu indah untuk menyayangi hambaNya. Mendengar Kang Dadan positif Covid19 di satu sisi saya terkejut, tetapi di sisi lain menghela nafas karena ia pasti tahu ini salah satu konsekuensi dari dedikasi dan perjuangan yang dilakukannya. Saya makin kagum dengan para tenaga kesehatan, seperti kekaguman saya membaca status WA Kang Dadan, "Isy karīman aw mut syahīdan," katanya, "Hidup mulia atau mati syahid."
Kang Dadan akan sehat. Doa terbaik saya dan teman-teman lain untuk Kang Dadan, juga para pejuang lainnya yang sedang melawan Covid19 ini. Di antara mereka ada teman-teman saya. Ada Taufan, Mas Helmy, Mbak Defi Pepi, Razi, dan lainnya. Kita semua akan sembuh. Percayalah ini hanya hari yang buruk, bukan hidup yang buruk. (Fahd Pahdepie/Bersambung)
Advertisement