Perang Melawan Covid-19 (14): Covid Bukan Aib
PENGANTAR REDAKSI: Fahd Pahdepie, peneliti yang juga penggerak politik anak muda berhasil sembuh melawan Covid-19. Alumni Monash University ini mulai dengan isolasi mandiri sampai dengan dirawat di Rumah Sakit. Bagaimana ia tahu terpapar Covid? Bagaimana ia melawan virus yang ganas itu? Berikut catatan pengalamannya yang ditulis secara bersambung.
---------------------------
"Mas, saya juga kena,'' chat seorang teman.
"Aku juga kena Bro. Udah seminggu." Kisah teman lain.
"Mas Fahd semoga segera pulih, ya. Kita sedang sama-sama berjuang." Ujar yang lain. Saya baru tahu ia juga terpapar Covid19.
Ternyata banyak yang memilih tidak terbuka dengan keadaannya saat terkena Covid19. Tentu banyak pertimbangannya. Ada yang karena tak ingin merepotkan orang lain. Ada yang belum tahu bahwa itu Covid19 dan tidak mau test swab. Tapi ada juga yang sebenarnya tahu namun memilih merahasiakan. Karena malu.
Malu kenapa? Malu karena takut nggak disangka menerapkan protokol kesehatan dengan baik. Malu karena takut dikucilkan. Takut karena tak mau kehilangan pekerjaan. Dan alasan-alasan lainnya. Sayangnya alasan itu kadang tidak cukup kuat, bahkan cenderung membahayakan yang lain karena kita jadi tak tahu di mana pangkal penyebarannya.
Yang harus kita katakan kepada masyarakat, termasuk teman-teman dan kolega kita, terkena Covid19 sama sekali bukan aib. Ini tidak serta menunjukkan kita tidak patuh protokol kesehatan, virus ini bisa menimpa siapa saja. Lihatlah para menteri dan pejabat yang terkena virus ini. Kalau dipikir-pikir, mereka kurang ketat apa menerapkan protokol kesehatan? Tapi ya itu dia, banyak faktor yang menyebabkan seseorang terkena virus ini. Apalagi jika dekat dengan kalster area penyebaran virusnya.
Jika kita terkena virus Covid19, menurut saya penting memberi tahu orang-orang yang berkontak dengan kita dalam beberapa waktu terakhir. Terlebih jika itu kontak erat. Definisi kontak erat adalah berdekatan dengan orang yang terindikasi positif Covid15 selama 15 menit tanpa masker. Jika ada kontak erat, wajib melakukan test rapid atau swab. Bukan hanya untuk mengetahui kondisi kita, tetapi juga memutus mata rantainya.
Hal yang perlu kita ketahui saat terkena Covid19 adalah SOP tanggap darurat Covid. Jika kita bergejala, segera ke dokter atau puskesmas terdekat. Jika kita tidak bergejala atau OTG, segera isolasi mandiri. Sarankan orang rumah juga untuk mengawasi keadaannya masing-masing, takut-takut bergejala, syukur-syukur bisa test untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
"Bro, bagaimana caranya agar bisa dirujuk ke Rumah Sakit?"
Jika keadaan memburuk, yang yang harus dilakukan adalah segera menghubungi puskesmas atau IGD Rumah Sakit. Nanti mereka yang akan merujuk jika memerlukan penanganan segera. Tetapi penting juga untuk melapor ke pejabat berwenang setempat, RT atau RW, tetanggamu perlu tahu kondisimu agar mereka bisa membantu dengan penanganan yang tepat. Mininal membantu menghubungkan ke puskesmas, RS atau fasilitas rumah lawan Covid19.
Pandemi ini sudah menjadi musuh kita bersama. Tak ada yang akan ditinggalkan dalam perjuangan ini. Kita harus lawan dan hadapi bersama-sama. Konon ini baru permulaan di Indonesia, tingkan prevalensinya baru baru 4-5%, padahal untuk mencapai herd immunity kita perlu 70%. Sambil menunggu semua mendapatkan vaksin yang konon butuh waktu 3,5 tahun untuk bisa mengakses seluruh penduduk Indonesia, semoga kita semua tetap patuh pada 3M dan pemerintah terus melakukan 3T (testing, tracing, treatment).
Sekali lagi, Covid19 bukan aib. Ini saatnya kita bergotong royong melawan pandemi ini. Jangan lengah, jangan anggap sepele, jangan main-main dengan risikonya. Muhammadiyah sudah memulai contoh yang baik, selain terus menyerukan taat protokol kesehatan dan menghindari kerumunan, organisasi ini juga menawarkan shelter gratis untuk dipakai masyarakat melakukan isolasi mandiri—terbuka baik untuk muslim dan non-muslim. Puluhan RS Muhammadiyah juga siap sedia merawat pasien Covid19.
Coba lihat data, ada 751.000an kasus aktif hari ini (2/1), bertambah sekitar 8.072 orang. Di antaranya ada 618.000 orang yang sembuh, termasuk hari ini sekitar 6.839 orang. Harapan untuk sembuh besar, kawan-kawan. Kita semua bisa melewati pandemi ini dan semua orang pada saatnya menjadi lebih sehat dan lebih kuat. Namun, kita juga berduka ada 22.329 orang meninggal akibat Covid19 ini, termasuk 191 yang gugur hari ini. Bisa jadi di antara mereka ada yang dokter atau perawat medis.
Akhirnya, selain upaya, kita juga berdoa. Hanya doa yang bisa menguatkan kita dalam situasi-situasi berat seperti ini. Berdoa tidak menunjukkan kita lemah, tetapi justru kuat. Kita kuat karena kita dipilih untuk bisa menanggung beban ini, beban yang mungkin orang lain tidak bisa menanggungnya.
Covid19 bukan aib, kawan. Kita anak-anak zaman. Dipilih takdir untuk memberi peringatan kepada yang lain. Semoga kita lulus. Semoga kita lulus. Semoga kita memang insan-insan yang terbaik, berhasil membawa hikmah dan pelajaran dari musibah ini. (Fahd Pahdepie/bersambung)
Advertisement