Peranan Galeri Nasional, Apa Tawarannya Buat Seniman Lukis?
Arena Pasar Seni Lukis Indonesia XI hari ke tujuh di JX Internasional Surabaya diwarnai agenda mengesankan. Yaitu, seminar dan apresiasi. Temanya adalah apresiasi seni rupa dan peranan galeri nasional bagi dunia seni lukis.
Kursi pun penuh. Tiga ratus kursi yang disiapkan panitia tak ada yang lowong. Antusias itu terus berlanjut. Alhasil peserta seminar yang tak dapat kursi rela berjajar-jajar berdiri di belakang. Sebagian lagi rela lesehan di karpet.
Seminar digelar selepas salat Jumat. Dua orang narasumber dihadirkan. Pustanto, Kepala Galeri Nasional, sebagai pembicara dan Wahyudin, Kurator seni rupa, sebagai pembanding. Masing-masing dari Jakarta. Sementara untuk moderator adalah Agus Kucing, perupa, dan dari Surabaya.
Galeri Nasional, kata Pustanto, bisa dipakai siapa saja. Seniman lukis Indonesia siapa saja bisa memakainya. Memanfaatkannya. Hanya saja, ada beberapa, yang wajib diusung ketika berpameran di sana. Apa itu? Karya yang dipamerkan harus layak.
Ini yang cukup sering jadi pertanyaan. Sebab layak itu adalah subyektif. Karena itu, kata Pustanto, Galeri Nasional bekerjasama dengan banyak para kurator. Ini yang harus bekerja keras untuk melakukan seleksi dan sebagainya. Bertanggung jawab atas karya artistik.
Seleksi inilah yang memungkinkan sebuah galeri bisa hidup. Proyeksi dan capaian dari semua itu adalah imbal balik yang positif antara galeri dan seniman itu sendiri. "Konkritnya, seniman yang bisa berpameran di Galeri Nasional pastilah bukan seniman main-main. Sebaliknya, peristiwa seni atau seni lukis yang dipamerkan di Galeri Nasional pasti sebuah karya yang juga bukan main-main."
Lalu, Pasar Seni Lukis Indonesia?
Ini adalah pasar. Senyatanya pasar. Komplit dengan Kepala Pasar-nya. Digelar periodik. Tahun 2018 ini adalah ke-11. Seniman bisa langsung berjualan. Kolektor bisa langsung menawar, lalu membeli, dan dibawa pulang. Masing-masing diuntungkan. Ekonomi juga bisa berjalan.
Pasar Seni Lukis Indonesia jelas bukan galeri. Apalagi Galeri Nasional. Misi dan visinya berbeda. Namun satu benang merahnya, dan ini amat penting. Apa itu?
Setiap seniman yang "berkompetisi" market di Pasar Seni Lukis Indonesia bisa memanfaatkan performa Galeri Nasional. Tentu saja harus ada perlibatan kurator untuk memilih karya yang benar-benar layak. (idi)