Peran Ulama Nusantara di Masjidil Haram, Alasan Khotbah Bahasa Indonesia
Dalam sejarahnya, para ulama Nusantara banyak berperan dalam pengembangan dakwah di Masjidil Haram, Makkah. Mulai dari Syaikh Nawawi Al-Bantani, Syaikh Mahfudz Attarmasy, hingga Syaikh Yasin Al-Padani. Namun, di masa kini agaknya peran itu tidak seberapa muncul.
Namun, kini ada kebijakan baru dari Imam Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, Syekh Abdur-Rahman As-Sudais, yang mengakomodasi Bahasa Indonesia dalam khotbah di Baitullah itu.
“Bahasa Indonesia digunakan dalam kitab khotbah di Masjidil Haram atau masjid suci Haramain,” tuturnya.
Ia mengungkap alasan digunakannya bahasa Indonesia di Masjidil Haram.
"Bahasa Anda sangat penting di dunia ini, dan inilah tugas kami untuk menggunakannya dalam rangka mengirim pesan khotbah di Haramain ke umat," kata Syekh As-Sudais di Mekah, dikutip ngopibareng.id.
Syekh As-Sudais menambahkan, bahasa Indonesia termasuk bahasa yang digunakan dalam khotbah.
Menurutnya, Masjidil Haram menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana menyebarkan pesan Nabi Muhammad SAW yang bersifat universal. Keputusan tersebut juga sejalan dengan upaya pemerintah Arab Saudi menyosialisasikan pelaksanaan visi Arab Saudi 2030.
Syekh As-Sudais sadar, bahasa merupakan sarana penting menyampaikan kepada masyarakat, baik nasional maupun internasional.
"Ini adalah era media, dan oleh karena itu kita bergandengan tangan, terutama melalui media digital," kata As-Sudais kepada sejumlah media Indonesia.
Pria kelahiran Riyadh berusia 58 tahun itu mengatakan, ia memiliki sebuah situs dan akun media sosial yang mampu menerjemahkan bahasa Arab ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia.
Selain itu, ia juga meminta kepada tiga wartawan asal Indonesia tersebut, agar perusahaan mereka bekerja mau menandatangani nota kesepahaman tentang untuk menyampaikan pesan Raja Salman untuk menangani jemaah haji. (adi)