Perampok Masuk Kantor, Merujuk Teori Patterson
Oleh: Djono W. Oesman
Ketika perampok masuk rumah, jangan dilawan. Itu dilakukan tiga karyawan Disdik Tasikmalaya, saat disekap empat perampok bergolok, Senin, 20 Juni 2022 dini hari. "Saya pasrah diikat," ujar Haryandi, 43 tahun, salah satu korban.
------------
Kepala Satreskrim Polres Tasikmalaya, AKP Dian Pornomo, kepada wartawan, Senin 20 Juni 2022, membenarkan perampokan tersebut.
"Kami penyidik sedang olah TKP. Korban tiga orang disekap. Dua di lantai satu, dan seorang di lantai dua. Tapi semuanya selamat."
Minggu, 19 Juni 2022 malam, tiga orang di kantor Disdik Tasikmalaya, Jabar. Lokasinya tak sampai 100 meter dari Mapolres Tasikmalaya.
Tiga orang itu, Haryadi, 43 tahun, petugas kebersihan. Iin, 47 tahun, petugas kebersihan. Sandi, 43 tahun, security.
Haryadi orang pertama yang disekap perampok. Menceritakan kronologi kejadian kepada wartawan:
Sekitar pukul 01.15, Senin, 20 Juni 2022. Ia sedang jalan di dalam kantor di lantai satu. Mendadak, dari belakang ia dibekap orang, diancam golok. "Dia tidak pakai sandal atau sepatu, sehingga saya tidak dengar langkahnya," ceritanya.
Ternyata, ada dua perampok bergolok, mengancam Haryadi. Pertanyaan perampok: "Ada berapa orang di sini? Saya terpaksa jawab, tiga orang termasuk saya," katanya.
Dari keterangan Haryadi, perampok menyekap security Sandi. Maka, Haryadi dan Sandi diikat tangan-kaki, dan dibekap lakban, dikumpulkan di lantai satu.
Iin berada di lantai dua, hendak turun karena mendengar ada suara orang mengancam di bawah. Tapi, belum sempat ia turun tangga, ditodong golok oleh penjahat. Dibekap juga.
Kemudian perampok, diduga empat orang, membongkar brankas. Uang diperkirakan puluhan juta, diambil. Kerugian masih dihitung penyidik.
Empat perampok diduga masuk dari pintu depan, meloncat pagar, membobol pintu. Haryadi yang paling banyak berkomunikasi dengan perampok, mengatakan: "Logatnya seperti orang Jawa. Tapi wajah mereka tertutup masker semua."
Orang pertama yang lepas dari ikatan perampok, Iin di lantai dua. "Saya karena dekat dapur, akhirnya saya bisa meraih gunting dengan kaki. Lalu saya gesek-gesekkan dengan ikatan lakban di tangan," katanya.
Iin lepas sekitar pukul 04.00 WIB. Atau lebih dari dua jam dalam kondisi terikat. Sebab, ia takut karena perampoknya masih di situ, proses membobol brankas di lantai satu. Setelah Iin bebas, ia menolong dua temannya di bawah.
Semua korban tidak melawan, sehingga tidak terluka. Ini pelajaran buat masyarakat, jika suatu saat mengalami hal serupa. Tapi, secara instinktif, orang yang takut dalam ancaman senjata perampok, pasti tidak melawan.
Emily Patterson, pakar keamanan rumah ASecureLife di Amerika Serikat, dalam wawancara dengan Reader's Digest mengatakan, setelah perampok bersenjata sudah masuk rumah, jangan pernah melawan. Kecuali Anda sudah siap senjata api dan sudah ahli menggunakannya.
Sebab, perampok yang sudah masuk rumah sudah siap gambling nyawa. Meski mereka juga takut mati. Tujuannya mengambil harta. Mereka juga menghindari pertarungan. Itu sebab, mereka mengikat pemilik rumah agar tidak melawan.
Patterson: "Waktu kritis berada di lima detik pertama saat pelaku bertemu muka dengan korban di dalam rumah. Saat itu keduanya sama-sama kaget. Kalau korban berteriak, bisa jadi korban fatal, karena perampok panik. Tapi kalau korban sudah diikat, keselamatan korban sudah aman. Hanya barang yang dirampok. Bukan nyawa."
Patterson melakukan riset perampokan di AS, 2021. Dari 400 responden korban perampokan rumah, diketahui, tidak ada perampok yang masuk rumah dengan cara mendobrak. Karena bisa menimbulkan suara berisik.
Patterson: "Mayoritas responden mengatakan, perampok mengenakan sepatu bertelapak karet. Sehingga ketika berjalan, nyaris tidak terdengar ada langkah orang."
Kalau di Amerika mengenakan sepatu karet, perampok di kantor Disdik Tasik, nyeker alias tanpa alas kaki. Tujuannya sama: Mereka bergerak dalam senyap.
Hasil riset Patterson, jalan masuk perampok rumah di Amerika, mayoritas dari pintu depan. Karena itulah paling gampang. Dan, sebagian besar rumah di sana (juga di Indonesia) samping kiri dan kanan, juga belakang, berdempetan dengan orang lain.
Rincian pintu masuk perampok: 34 persen melalui pintu depan. 22 persen pintu belakang. 23 persen lewat jendela lantai pertama.
Perampok lebih suka masuk lewat garasi mobil. Sebab, pintu garasi lebih gampang dibobol dibanding pintu utama. Dan, setelah perampok berada di dalam garasi, maka mereka leluasa membobol pintu penghubung ke dalam rumah. Karena, gerakan mereka tak terlihat dari arah depan rumah.
Setelah proses perampokan berakhir, kata Patterson, jangan sentuh apa pun barang atau lokasi yang sudah disentuh perampok. Karena polisi akan melacak jejak sidik jari, atau berbagai benda, di sekitar titik perampokan.
Perampokan di kantor Disdik Tasikmalaya kini masih disidik polisi. AKP Dian mengatakan: "Percayakan kepada Polri melacak ini. Beri kesempatan kami bekerja."