Perairan Indonesia Masih Sangar, Sebaiknya Ojo Melaut Disik
BMKG segera merilis peringatan dini kondisi perairan Indonesia yang sedang sangar hingga Sabtu 21 Juli 2018 mendatang. Paska Joko Berek tenggelam di perairan Pelawangan, Puger, Jember, masyarakat nelayan dan perahu-perahu kecil juga diimbau agar tidak memaksakan diri melaut. Sebab gelombang laut di sejumlah perairan di Indonesia bisa mencapai 2,5 hingga 4 meter.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika itu Selat Bali dan Lombok sudah menunjukkan fenomena itu. Kecepatan angin timuran bahkan mencapai kecepatan 37 kilometer per jam. Ini juga akan terjadi hingga Sabtu 21 Juli 2018.
Taufik Gunawan, Kepala BMKG Wilayah III Denpasar, menyebutkan, peringatan dini itu bisa diakses masyarakat di laman peringatan gelombang tinggi di maritim.bmkg.go.id. Di laman itu masyarakat pelaku usaha perairan juga diimbau untuk memperhatikan resiko tinggi keselamatan pelayaran.
Di laman itu BMKG juga menyebut, untuk kapal tongkang diimbau untuk waspada dengan angin berkecepatan lebih dari 16 knot serta ketinggian gelombang yang mencapai lebih dari 1,5 meter. Sedangkan untuk kapal feri diminta waspada dengan kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang lebih dari 2,5 meter.
Untuk kapal besar ukuran kargo hingga kapal pesiar harus mewaspadai kecepatan angin di atas 27 knot serta ketinggian gelombang lebih dari 4 meter. Khusus para nelayan di wilayah Selatan Jawa, Bali, NTB, NTT, dan daerah Barat Sumatra, juga daerah lainnya yang rawan perairannya diharapkan mempertimbangan kondisi kecepatan angin dan ketinggian gelombang sebelum melaut demi keselamatan.
Sementara itu, hingga sejauh ini, pencarian terhadap Kapal Joko Berek yang tenggelam di perairan Pelawangan, Puger, Jember masih terus dilakukan. Tim SAR gabungan masih terus mengupayakan pencarian. Tiga nelayan yang masih belum ditemukan masih menjadi fokus pencarian. Penyisiran kemungkinan akan diperlebar lebih dari radius 3 km dari tenggelamnya Kapal Joko Berek. (ant/bmkg/idi)