Perahu Bermuatan Puluhan Pelajar Karam di Sungai Mentaya
Sebuah kapal bermotor atau kelotok bermuatan puluhan pelajar, karam di Sungai Mentaya Kecamatan Seranau Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, saat mengantar pelajar menuju ke sekolah, namun tidak korban dalam peristiwa itu.
"Kejadiannya saat di perjalanan menuju sekolah. Para pelajar itu berasal dari Desa Batuah atau dulu lebih dikenal dengan Kemapit dan Tamiyangan," kata Zeky Saputra, seorang guru SMA PGRI 2 Sampit, Selasa.
Kejadian itu terjadi sekitar pukul 06.00 WIB ketika kelotok menjemput pelajar dari Desa Batuah. Ada 32 orang pelajar dan beberapa sepeda motor yang diangkut kelotok tersebut.
Setiap hari, kelotok ini memang rutin menjemput pelajar setempat dan mengantarnya ke SMA PGRI 2 Sampit yang terletak di Desa Terantang di kecamatan yang sama. Transportasi sungai menjadi andalan karena akses jalan darat masih terbatas, bahkan kecamatan ini masih terisolasi jalan darat dari pusat Kota Sampit karena terpisah Sungai Mentaya.
Seperti biasa, kelotok menjemput pelajar dan berangkat menuju sekolah. Tidak berapa lama saat di perjalanan, kelotok tersebut bocor. Untungnya kejadian itu cepat diketahui sehingga motoris dengan cepat mengarahkan kelotok ke pinggir sungai.
Saat air makin banyak masuk ke dalam kelotok, para siswa dan siswi bergegas naik ke bantaran sungai. Mereka basah kuyup karena harus bercebur ke sungai untuk naik ke darat sambil menenteng tas dan buku mereka di atas kepala agar tidak basah.
"Alhamdulillah semua selamat dan tidak ada yang cedera. Tidak ada yang memerlukan perawatan medis," kata Kepala SMA PGRI 2 Sampit, Rohmad Widiyanto.
Kejadian itu membuat kaget pihak sekolah ketika mendapat kabar, namun pihak sekolah merasa lega karena semua anak didik mereka korban kelotok karam itu berhasil selamat. Setelah kejadian, pihak sekolah mengizinkan pelajar korban kelotok karam itu pulang ke rumah dan tidak ikut belajar karena seragam sekolah mereka basah.
Rohmad mengatakan, anak didiknya harus berjuang untuk mengenyam pendidikan karena terbatasnya infrastruktur. Dia berharap kejadian yang mengancam nyawa anak didiknya tersebut tidak terulang lagi.
"Kami berharap kejadian ini juga menjadi perhatian semua pemangku kepentingan. Keselamatan anak didik harus dijamin agar mereka bisa aman, nyaman dan fokus menempuh pendidikan," ujarnya. (ant)
Advertisement