Penyebab Tak Harmonisnya Bupati dan Wabub Trenggalek
Ketidakharmonisan hubungan Bupati dan Wakil Bupati Trenggalek Emil Dardak dan M Nur Arifin diduga berkaitan dengan suksesi kepemimpinan Trenggalek setelah Emil kelak dilantik menjadi Wakil Gubernur Jatim.
Hubungan tidak harmonis ini bermula ketika tiba-tiba media lokal Trenggalek menduga Nur Arifin tidak pernah ngantor. Saat itu, media ini lantas mewawancarai Emil dan ternyata Emil membenarkan bahwa Arifin sudah tak ngantor lama.
Tak hanya ngomong di media, Emil bahkan melaporkan ke Gubernur Jatim Soekarwo. “Kami mendapat laporan dari Bupati Trenggalek, ada suratnya nomor 94 tahun 2019 tertanggal 19 Januari 2019, hari Sabtu sore. Kami menerima dan mendapatkan laporan tentang Wakil Bupati Trenggalek yang tidak ada di tempat dan tidak melaksanakan tugas sebagai pejabat negara, tanggal 9 Januari sampai 19 Januari 2019,” kata Soekarwo kepada wartawan usai menghadiri sidang paripurna di DPRD Jatim, Senin 21 Januari 2019.
Soekarwo yang juga ketua DPD Demokrat Jatim ini mengatakan, surat dari Emil akan diteruskan kepada Menteri Dalam Negeri. Emil sendiri maju sebagai Bupati Trenggalek serta menjadi Wagub Jatim juga diusung Demokrat.
Sementara itu, Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP PDI Perjuangan, Bambang Dwi Hartono ikut bicara mengenai polemik ini. Apalagi Nur Arifin adalah kader PDI Perjuangan.
Bambang menduga, kisruh di Trenggalek tak lepas dari suksesi pemilihan wakil bupati setelah Arifin kelak menjadi bupati menggantikan Emil. "Sopo sing menyuarakan, sopo sing wis kebelet (siapa yang berteriak-teriak, siapa yang sudah tidak tahan)," kata Bambang DH.
Hal yang sama diungkapkan Kholiq, Ketua DPC PKB Kabupaten Trenggalek. "Saat ini masih tarik ulur penentuan wakil bupati. Belum ada kesepakatan antar parpol pengusung," ujarnya.
Orang dekat Arifin menuturkan, ada upaya dari Emil dan Soekarwo untuk memajukan kadernya serta seorang PNS yang saat ini menjabat di Dinas Pendidikan.
Saat pilbub Trenggalek, Emil-Arifin diusung enam parpol salah satunya Demokrat. Namun Demokrat di Trenggalek sebenarnya sangat kecil sehingga memaksakan nama harus dari Demokrat tidaklah bijak.
"Ada dua orang calon yang nelpon saya minta ketemu Mas Arifin. Mereka mau ngeloby, tapi tidak pernah ditemui hingga akhirnya muncul berita seolah-olah Mas Arifin bolos kerja. Padahal faktanya ya di Trenggalek, setiap hari keliling sambang desa. Memang untuk malam ini Mas Arifin di Surabaya," ujarnya. (man)