Penyebab Paris Prancis Diserang Wabah Kutu Busuk
Kota Paris di Prancis kini sedang diserang wabah kutu busuk. Kutu pengisap darah itu bersembunyi di rumah warga hingga di kursi transportasi umum. Ahli serangga menyebutkan penyebab Paris diserang wabah kutu busuk.
Arus Bepergian Manusia
Jean Michel Berenger, ahli serangga dari Marseille, menjelaskan dugaannya terkait sebab wabah kutu busuk di Paris.
"Setiap akhir musim panas, kita melihat adanya peningkatan populasi kutu busuk. Ini karena lebih banyak orang datang dan pergi pada Juli dan Agustus, membawa kutu busuk di dalam koper mereka," katanya dikutip dari BBC.
Ia menambahkan, aktivitas bepergian ini mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Temuan lain, satu dari 10 orang mengaku digigit kutu busuk sejak lima tahun terakhir.
Mereka bertemu dengan serangga ini di kursi bioskop hingga kursi transportasi umum. Pengakuan itu kini meluas di internet. Bahkan menyebabkan pengelola bioskop khawatir, penonton mereka akan menurun sebab takut pergi ke bioskop.
Tahan DDT
Michel menyebut fenomena itu termasuk bagus, sebab meningkatkan kesadaran penduduk. Meski ada juga yang terlalu berlebihan. Sebab faktanya kutu busuk sudah ada lebih dari 30 tahun terakhir. Tidak hanya di Prancis, tapi di manapun di dunia.
Tetapi jumlahnya menurun drastis pasca Perang Dunia. Saat itu penggunaan bahan kimia DDT meningkat pesat.
Ada banyak kutu busuk yang mati. Meski yang selamat kemudian memiliki resistensi cukup tinggi terhadap bahan kimia ini. Dan ini menyebabkan kutu busuk saat ini lebih tahan DDT serta lebih sulit dibasmi.
Penyebab lain munculnya wabah kutu busuk, adalah berkurangnya kecoa. Serangga pemakan kayu ini disebut sebagai predator utama dari kutu busuk.
Superspreader Kelompok Miskin
Ia melanjutkan, seharusnya warga tidak panik. Ia lantas menyebut pemberantasan wabah kutu busuk harus dimulai dari kelompok miskin yang disebutnya sebagai superspreader.
Mereka adalah kelompok manusia yang jumlahnya sedikit, namun banyak berdampak. Mereka adalah kelompok marjinal, miskin, memiliki gangguan mental dan memiliki akses yang sangat sedikit untuk menjangkau layanan kesehatan.
Ketika dipanggil ke hunian superspreader, ia dan timnya mengaku menemukan ratusan kutu busuk bertumpuk di atas satu dengan yang lain, bersembunyi di baju, papan lantai kayu, di balik lukisan, telur dan yang lain.
"Setiap saat salah satu orang ini keluar dan meninggalkan rumahnya, mereka menyebarkan kutu busuk. Mereka lah yang membutuhkan bantuan," katanya.
Advertisement