Penyanyi Sia Idap Sindrom Ehlers-Danlos
Penyanyi asal Australia, Sia, membuat pengakuan yang mengejutkan penggemarnya.
Dilansir dari LA Times, Sia mengaku mengidap gangguan neurologis berupa sindrom Ehlers-Danlos (EDS).
Sindrom yang diderita pelantun lagu hit Cheap Thrills itu sudah memasuki kondisi kronis.
"Hei, aku menderita sakit kronis, penyakit neurologis, ehlers danlos dan aku hanya ingin mengatakan kepada kalian yang menderita sakit, baik fisik maupun emosional, aku mencintaimu, lanjutkanlah," ungkapnya.
Sakit yang Sia rasakan memengaruhi karier bermusiknya. Namun ia tidak ingin patah semangat dan terus menularkan keoptimisan ke penggemarnya.
"Hidup ini begitu sulit. Rasa sakit itu melemahkan semangat, dan kamu tidak sendirian," ungkapnya.
Penyakit itu juga yang menjadi alasan Sia sering menggunakan rambut palsu. Cara itu diharapkan bisa mengalihkan raut wajah sedihnya di depan penggemar.
EDS seperti yang diderita Sia merupakan gangguan langka yang mempengaruhi jaringan ikat. Jaringan ikat yaitu jaringan yang berfungsi mengikat dan menyokong jaringan lain seperti kulit, tendon, ligamen, pembuluh darah, organ dalam, dan tulang.
EDS disebabkan oleh kesalahan pada gen tertentu yang membuat jaringan ikat melemah. Gen ini dapat diwarisi oleh satu atau kedua orangtua dan dapat pula terjadi pada orang tersebut tanpa diwarisi sebelumnya.
Efek EDS ini berbeda pada tiap orang. Untuk beberapa orang, kondisi EDS relatif ringan, sebagian lain gejala tersebut justru bisa dapat melumpuhkan dan mengancam jiwa.
Terdapat 13 tipe EDS dengan gejala yang berbeda-beda. Namun, pada umumnya gangguan EDS ini menyebabkan jaringan di dalam tubuh menimbulkan gejala pada sendi dan kulit.
Gejala pada sendi ditandai dengan peningkatan regangan sendi, dislokasi, nyeri, bergerak di luar batas sendi, dan osteoartritis dini.
Gejala pada kulit ditandai dengan kulit seperti beludru, kulit rapuh, kulit mudah memar atau luka, penyembuhan luka lama, dan muncul lesi berdaging dekat bekas luka.
Pada tingkat yang kronis gejala yang timbul dapat menyerang organ lain seperti pembuluh darah, usus, uterus, tulang, hingga gusi.
Meskipun EDS tak bisa disembuhkan, gangguan neurologis ini bisa diobati dengan menghambat dan meringankan gejala. Umumnya, penyakit ini ditangani ahli neurologi dan ahli genetika untuk menegakkan diagnosis yang tepat.
Advertisement