Penyandang Disabilitas di Banyuwangi Tadarus Al Quran Braille
Tadarus Al Quran merupakan salah satu amalan yang dilakukan umat Islam di bulan Ramadan. Tidak hanya manusia sempurna yang bisa melakukan tadarus, para penyandang disabilitas juga bisa melakukan ibadah ini dengan menggunakan Al Quran Braille.
Seperti yang dilakukan para penyandang disabilitas di Pondok Pesantren Anak Berkebutuhan Khusus KH Ahmad Dahlan Banyuwangi. Setiap bulan Ramadan mereka selalu melakukan tadarus dengan menggunakan Al Quran Braille.
“Setahun sekali, setiap Ramadan anak-anak selalu melaksanakan tadarus dengan menggunakan Alquran Braille,” jelas Pimpinan Pondok Pesantren Anak Berkebutuhan Khusus Ahmad Dahlan, Atfal Fadholi, Jumat, 31 Maret 2023.
Atfal menjelaskan, sebelum fasih membaca Alquran, mereka telah melalui tahapan yang panjang agar bisa membaca Al Quran. Mereka juga harus belajar iqra’ lebih dulu sebelum akhirnya membaca Al Quran Braille. Sebelum iqro’ lebih dulu dilatih kepekaan jari untuk membaca Al Quran Braille.
“Ada proses tahapan yang dilalui dulu sebelum sampai Al Quran, latihan kepekaan jari, ada iqra’, ada juga buku tajwidnya, semuanya dalam huruf Braille,” bebernya.
Salah satu kesulitan dalam mengajari para penyandang disabilitas ini adalah tingkat kepekaan jari masing-masing dalam membaca huruf-huruf pada Alquran Braille. Menurutnya, ada beberapa anak yang kemampuan kepekaan jarinya ini berbeda-beda. Kalau jarinya peka, maka prosesnya akan lancar.
“Saat membaca mereka harus memakai dua tangan, satunya untuk membaca satunya lagi untuk mengetahui bacaan berikutnya,” terang pria yang sudah aktiv mengajar penyandang disabilitas sejak tahun 1984 ini.
Dia menambahkan, sebenarnya ada metode pembelajaran Al Quran dengan menggunakan Al Quran digital. Namun dia lebih memilih mengajarkan mereka dengan menggunakan Al Quran Braille. “Intinya Al Quran braille ini harus dipelajari terus, agar mereka bisa mengaji di rumah,” katanya.
Di pesantren yang terletak di Jl. Singsari, Banyuwangi ini, terdapat 27 santri anak berkebutuhan khusus. Terdiri dari 3 penyandang disabilitas netra, sedangkan sisanya penyandang autis, hyper aktif dan juga disabilitas grahita.
Meskipun dengan keterbatasan yang dimiliki, para penyandang disabilitas ini melafadzkan ayat suci Al Quran dengan fasih. Mereka melantunkan ayat demi ayat dengan suara yang merdu dan dengan tajwid yang baik.
Salah satu penyandang disabilitas yang sudah mahir membaca Al Quran Braille adalah Eko Prasetyo, 27 tahun. Dia sudah belajar Alquran Braille sejak umur 14 tahun. Sejak saat itu dia semakin gemar membaca Al Quran dan bahkan mempelajari qiroah dengan mengikuti ekstra kurikuler qiroah di sekolahnya. “Waktu itu ikut lomba terus menang,” jelasnya.
Kemampuan Eko dalam qiroah terus bertambah. Pada tahun 2022 lalu, Eko bahkan menjadi juara satu dalam Musabaqoh Tilawatil Quran tingkat Jawa Timur di Lamongan. “Alhamdulillah tahun lalu bisa dapat juara satu tingkat Jawa Timur,” katanya.
Advertisement