Penyakit Mulut dan Kuku Kembali Merebak, Pedagang Sapi Merugi
Kasus penyakit mulut dan kuku atau PMK sapi di Blora, Jawa Tengah, merebak 2022 lalu. Ternyata penanganannya belum tuntas. Terbukti, capaian vaksinasi Penyakit Mulut dan Kuku masih rendah. Baru tercapai 22 persen dari jumlah populasi sapi. Atau baru 53.000 ekor sapi divaksin.
Padahal, untuk terhindar dari PMK, capaian vaksinasi harus 80 persen. Sementara, sekarang ini, telah diterima 7.000 dosis vaksin dari pemerintah pusat.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pangan, Pertanian, Peternakan dan Perikanan (DP4) Blora, Tejo Yuwono menjelaskan, kondisi itu menyebabkan banyak sapi yang terkena PMK.
"Rata-rata sapi yang mati karena penyakit mulut dan kuku belum menerima vaksin," jelasnya, Kamis 12 Januari 2023.
Seharusnya, kata Tejo Yuwono, jumlah capaian vaksin sebanyak 70 persen sampai 80 persen. Untuk mengendalikan PMK.
Jumlah itu belum bisa tercapai. Sebab, droping vaksin dari pemerintah pusat terbatas. Sekali melakukan pengambilan, sekira 10.000 sampai 15.000 dosis.
"Kami ambil sesuaikan dengan keadaan lapangan. Kalau di lapangan sudah habis kami baru bisa mengambil lagi," jelas Tejo Yuwono.
Sementara itu, persediaan vaksin masih terbatas, pihaknya saat ini mengajukan kembali ke pemerintah pusat. Untuk vaksin yang diterima saat ini diprioritaskan untuk sapi yang masih sehat. Sedangkan sapi yang sudah terindikasi Penyakit Mulut dan Kuku diberikan pengobatan dan vitamin secara intensif.
Syarat vaksin, sapi harus sehat. Kalau sudah terlanjur terkena PMK, fokus pengobatan dan memberikan vitamin.
"Yang paling penting adalah menjaga sapi yang sudah terkena agar tetap bisa makan, agar perutnya tidak kembung kemudian mati," ungkapnya.
Hingga Rabu 11 Januari 2023, masih banyak sapi yang berjatuhan. Ada sekira 11 laporan sapi mati karena PMK.
Ia mengimbau agar masyarakat tetap tenang, dan menjaga kebersihan kandang dan membatasi warga yang tidak berkepentingan masuk dalam kandang.
Karena ada kasus merebak lagi, saat ini satgas kabupaten digerakkan. Di 16 kecamatan sudah disosialisasikan.
Satu diantara peternak sapi di Desa Jepangrejo Kecamatan Blora, Karyono mengaku ketiga sapinya sudah menerima vaksin. Sebelum divaksin, satu sapinya sempat mengalami gejala PMK, mulut dan gusinya sakit.
Dia bersyukur, sapi miliknya tidak sampai mati. "Ya harapan saya virus PMK segera bisa ditangani, agar sapi-sapi yang lain tidak mati," jelasnya.
Sementara itu, seorang pedagang sapi di Blora, Supranto, mengungkapkan, pada Desember 2022 hingga Januari 2023 kasus PMK ini lebih parah.
"Kebanyakan saat di pasar itu ada satu sampai dua yang mati. Ya di pasar pon ataupun pasar Wirosari. Setiap masuk pasar ada sapi yang ngiler gitu," ungkap Supranto.
Menurutnya, hal ini berpengaruh pada penurunan harga sapi.
"Harga menurun bisa 30-40 persen dari harga normal," ujar Supranto.
Dia berharap meningkatnya kasus PMK ini bisa segera ditangani. Sebab, pekerjaan pedagang sapi merupakan pekerjaan sehari-harinya.
Advertisement