Penutupan TikTok Shop Bikin Pedagang Tas di Mojokerto Kelimpungan
Setelah terbit larangan pemerintah tentang social commerce Tiktok Shop untuk melakukan transaksi jual beli, Aplikasi TikTok secara resmi mengumumkan penutupan TikTok Shop pada Rabu, 4 Oktober 2023 pukul 17.00 WIB.
Larangan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 31 Tahun 2023 tentang Perizinan Berusaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha Dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik yang diundangkan pada 26 September 2023.
Para pedagang atau seller di Mojokerto yang berjualan lewat marketplace tersebut cukup kelimpungan. Mereka bahkan terancam kehilangan pendapatan. Apalagi kebanyakan para seller ini mengantungkan usahanya di TikTok karena menjanjikan.
Salah satu pelaku usaha tas dan dompet wanita asal Mojokerto Regi Oktaviana misalnya. Ia mengaku kelimpungan. Sebab, 90 persen omzetnya berasal dari layanan TikTok Shop. Sehingga larangan tersebut berdampak pada turunnya produksi penjualan hingga omzet.
Selain itu, warga Lingkungan Prajurit Kulon Gang 9, Kelurahan/Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto mengatakan, turunnya omzet juga berpengaruh pada hasil produksinya.
"Rasanya seperti didorong ke dalam jurang. Karena memang 90 persen orderan dari TikTok Shop. Berkat TikTok shop juga usaha kami bisa bangkit waktu terpuruk karena pandemi," katanya, Kamis 05 Oktober 2023.
Oktaviana bergabung dengan TikTok Shop sejak tahun 2021. Awalnya ia masih menjalin kerja sama dengan satu pelaku usaha konveksi untuk membuat tas dan dompet wanita. Seiring berjalannya waktu, orderannya naik pesat semenjak bergabung dengan Tiktok Shop.
Perempuan berusia 29 tahun ini kemudian merangkul puluhan pelaku usaha konveksi dan menambah karyawan. Kini, sebanyak 35 pelaku usaha konveksi dari Mojokerto dan Sidoarjo telah ia berdayakan. Sementara, untuk karyawan ia memiliki sedikitnya 60 orang mulai dari admin, packing, dan tim kreatif atau konten kreator.
Di TikTok Shop, dalam sehari pesanannya bisa tembus 1.500 sampai 4.000 paket. Oleh karena itu, ia menyebut penutupan TikTok Shop sangat berdampak bagi usahanya.
"Dampaknya banyak, punya 60 karyawan dan 35 konveksi. 1 konveksi ada sekitar 20 pekerja yang semuanya kepala keluarga. Kita harus survive (bertahan) menopang seluruh karyawan dan juga konveksi yang setor," ungkapnya.
Melalui bergabung dengan TikTok Shop, usahanya memiliki omzet miliaran rupiah per bulannya. Namun, ia memprediksi dengan adanya penutupan TikTok Shop, omzetnya bakal turun hingga 80 persen.
"Kita bisa merasakan omzet meningkat 300 persen dalam sebulan mulai join dengan TikTok Shop pada 2021 sampai 2023. 90 persen orderan dari Tiktok, 10 persen offline. Per bulannya sekitar Rp 2,5 miliar. Tapi karena TikTok Shop ditutup, saya kira akan turun 80 persen," ungkapnya.
Dengan begitu, dia pun mengatur strategi lain agar usahanya tetap berjalan. Mulai dari tetap memasarkan produk di platform e-commerce, mengarahkan pembeli ke platform lain, menambah reseller hingga menarik pembeli agar datang langsung ke tokonya.
Meski begitu, ia tetap taati peraturan pemerintah. Dia juga berharap agar pemerintah dan TikTok Indonesia bisa saling bekerja sama agar para pelaku usaha seperti dirinya tetap bisa menggunakan TikTok.
"Kita nanti tetap berjalan, entah bagaimana caranya bisa survive di tengah keadaan yang sulit ini. Keadaan sulit ini bukan hanya saya, tapi juga untuk konveksi dan affiliator. Kita akan lebih meningkat penjualan offline, menambah reseller, dan jualan di marketplace lain," tandas Oktaviana.
Advertisement