Penuntut Ilmu versus Pemburu Harta, Ini Pesan Ulama
“Ustadz, selama ini banyak orang gemuruh untuk mencari harta. Sementara itu, ada juga seseorang yang cukup agresif dalam mencari ilmu. Sesungguhnya, di antara ilmu dan harta itu, mana yang harus didahulukan? Mohon penjelasannya!”
Demikian soalan yang diajukan Arisandi Ahmad, warga Dharmahusada Indah Surabaya pada ngopibareng.id.
Untuk menjawab masalah ini, berikut taushiyah KH Luthfi Bashori, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Malang. Berikut uraian lengkapnya:
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Ada dua orang yang selalu merasa kelaparan dan tidak pernah merasa kenyang. Mereka adalah ‘penuntut ilmu’ dan ‘pemburu harta’. Namun, usaha pemburu harta tidak lain untuk merusakkan dan menjual dirinya. Sebaliknya, penuntut ilmu berupaya mendapatkan hal-hal yang dapat memberikan petunjuk untuk memperbaiki dirinya.” (HR. At-Tirmidzi).
Hadits ini mengingatkan orang, bahwa dalam menjalankan hidup di dunia yang hanya sekali ini, sebaiknya seorang muslim itu lebih mendahulukan menuntut dan mengejar ilmu agama, daripada mendahulukan kegemarannya dalam berburu kekayaan.
Mengejar ilmu agama demi menyelamatkan diri dan keluarganya dari kehancuran di akhirat kelak, adalah sesuatu yang sangat mulia, baik di saat hidup di dunia lebih-lebih di akhirat nanti. Perlu diingat, bahwa tiada kata terlambat dan tiada kata ‘usia tua’ dalam upanya menuntut ilmu agama, bagi yang menghendakinya.
Sedangkan, pada umumnya seseorang yang memiliki mindset dalam hidupnya selalu berburu harta, harta dan harta, maka jarang sekali yang mengenal kamus halal maupun haram di saat menumpuk harta dan mengejar kekayaan. Maksudnya, dalam mencapai keinginannya itu, umumnya ia akan melakukannya dengan segala macam cara, baik dengan cara halal maka ia merasa nyaman atau dengan cara yang haram pun ia akan merasa oke-oke saja, yang penting happy.
Tentang kemuliaan mencari ilmu agama, Sy. Abu Dzar RA menceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Wahai Abu Dzar, jika engkau pergi lalu mempelajari satu ayat dari Alquran, itu adalah lebih baik bagimu daripada kamu shalat seratus rakaat. Jika engkau pergi lalu mempelajari satu bab ilmu yang dapat diamalkan adalah lebih baik bagimu dibandingkan kamu shalat seribu rakaat.” (HR. Ibnu Majah).
Disebutkan pula tentang kemuliaan mencari ilmu agama oleh Sy. Ibnu Abbas RA yang menuturkan, bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda, “Barang siapa yang kedatangan maut saat menuntut ilmu, maka ia akan bertemu dengan Allah, dan tiada batas antara dia dengan para nabi, melainkan hanya derajat kenabian.” (HR. Ath-Thabarani).
Di sisi lain, Nabi Muhammad SAW juga mengingatkan umatnya agar selalu berhati-hati dalam mengamalkan ilmu yang telah dimilikinya, hingga tidak salah dalam melangkah, sebagaiman beliau SAW menyatakan, “Barang siapa mempelajari suatu ilmu namun bertujuan untuk memperoleh kekayaan dunia, padahal seharusnya dengan ilmu itu mencari keridhaan Allah, maka pada hari Kiamat kelak ia tidak akan mencium baunya surga.” (HR. Abu dawud, Ibnu Majah, Ahmad, dan Ibnu Hibban).
Walaupun demikian, bahwa mencari harta yang halal demi memenuhi keperluan hidup sehari-hari itu hukumnya boleh bahkan tetap dianjurkan, namun ada batasan-batasan tertentu yang tidak boleh dilanggar oleh setiap Muslim.
Jadi, Nabi Muhammad SAW juga mengajari umatnya agar selalu berhati-hati dalam menjalani kehidupan di dunia yang hanya sekali, sehinga jika salah dalam melangkah, maka akan menyesal selama-lamanya kelak di akhirat. Na’udzubillahi min dzalik. (adi)
Advertisement