Penulisan Sejarah Otentik Tentukan Masa Depan Bangsa
Terwujudnya kemerdekaan Indonesia tidak luput dari peran tokoh-tokoh Islam, baik dari kalangan pesantren khususnya Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Ironisnya pencatatan peran itu amat jarang ditemui dalam penulisan formal sejarah Indonesia.
Dalam pembelajaran dan pembentukan moral bangsa, sejarah memang penting. Kalangan sejarawan menyadari, pentingnya penulisan sejarah otentik akan menentukan masa depan bangsa.
"Dengan sejarah kita bisa menyadari masa lalu untuk menentukan masa depan kita bersama. Ulama dan kaum santri telah membuktikan perannya dalam perjuangan jauh sebelum Indonesia merdeka," tutur sejarawan Iip Dzulkipli Yahya dari Bandung.
Memang, sebagian belum memahami secara seksama proses momen-momen penting berdirinya NKRI, terutama dengan terbentuknya Pancasila sebagai dasar negara.
"Ya, di buku-buku sejarah, sangat sedikit yang mengaitkan dengan peran tokoh Muhammadiyah dan Muhammadiyah sebagai organisasi,” tutur Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti di Jakarta.
Abdul Mu’ti menilai kelangkaan penulisan sejarah yang otentik justru akan memutus masa depan bangsa dari akarnya, karena itu upaya menuliskan kembali secara jujur adalah upaya mewariskan perjuangan estafet yang berkesinamabungan dari para pendiri bangsa ke generasi masa datang.
Abdul Mu’ti menuturkan keterlibatan 4 tokoh Muhammadiyah di dalam perumusan dasar negara (UUD) dan Pancasila, yakni Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimedjo, Abdul Kahar Muzakir dan proklamator kemerdekaan RI Soekarno.
Ironisnya, menurut Mu’ti ketiga tokoh selain Soekarno baru mendapat gelar pahlawan nasional setelah PP Muhammadiyah sendiri yang turun langsung memperjuangkannya.
“Karena itu historical legacy (pewarisan sejarah) itu penting. Kita saling berebut sejarah,” tegasnya sembari menambahkan memori sejarah keterlibatan perempuan Muhammadiyah dalam sidang BPUPK.
Terakhir, Abdul Mu’ti berpesan agar warga Muhammadiyah bergerak secara aktif dan dinamis dalam keikutsertaan menentukan sejarah Indonesia ke depan.
“Agenda kita adalah kepeloporan, menciptakan gagasan dan terobosan dalam menentukan rancang bangun Indonesia di masa depan. Karena itu maka Muhammadiyah, Keislaman dan Keindonesiaan adalah satu kesatuan yang melekat dalam diri warga dan dinamika gerak organisasi Persyarikatan ini,” tuturnya.