Pentingnya Imunisasi Untuk Anak yang Perlu Diketahui Orang Tua
Pemerintah mewajibkan bagi setiap ibu yang baru melahirkan untuk mengimunisasi bayinya. Imunisasi anak merupakan upaya memperoleh kekebalan tubuh secara buatan melalui pemberian kuman hidup yang dilemahkan atau bagian tubuh dari kuman untuk membentuk antibodi.
Itulah mengapa imunisasi menjadi sangat penting. Bahkan bayi yang lahir prematur juga tetap diwajibkan untuk melakukan imunisasi secara lengkap. Berikut ulasan mengenai pentingnya imunisasi bagi bayi, serta jenisnya.
Tujuan dari Imunisasi bagi Anak
Imunisasi bertujuan untuk melindungi diri dari berbagai penyakit yang berbahaya atau berisiko menyebabkan kematian. Imunisasi juga bisa menjadi cara untuk membentuk kekebalan kelompok (herd immunity).
Hal ini penting untuk mencegah penyebaran penyakit pada orang yang tidak bisa menjalani imunisasi. Dengan kata lain, makin banyak orang yang mendapatkan imunisasi berarti makin sedikit pula orang yang terinfeksi penyakit.
Penting untuk diingat, seseorang yang pernah mengalami reaksi alergi parah pada imunisasi sebelumnya atau alergi terhadap bahan yang terkandung dalam vaksin, tidak boleh mendapatkan imunisasi. Penderita kanker atau penyakit autoimun yang memiliki daya tahan tubuh rendah juga tidak boleh menjalani imunisasi.
Pentingnya Melakukan Imunisasi bagi Anak
Berikut alasan yang perlu diketahui para orangtua tentang pentingnya imunisasi pada anak.
1. Imunisasi adalah hak anak
Di Indonesia upaya imunisasi sudah dilakukan sejak 1970 untuk memenuhi Konvensi Hak Anak yang diberlakukan PBB sejak 2 September 1990. Konvensi Hak Anak ini meliputi hak untuk keberlangsungan hidup, hak untuk berkembang, hak atas perlindungan, dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat. Dengan memberikan imunisasi pada anak, berarti orangtua sudah memenuhi hak anak.
2. Dampak penyakit infeksi lebih berbahaya dari dampak imunisasi
Penyakit-penyakit yang terjadi dari infeksi umumnya mempunyai dampak berat dan berbahaya, misalnya kecatatan atau bahkan kematian. Dampak tersebut bisa dicegah dengan cara anak selalu diberikan imunisasi. Sedangkan, dampak pemberian imunisasi biasanya hanya demam, tidak akan sebanding jika terkena penyakitnya.
3. Imunisasi diberikan secara teratur
Kementerian Kesehatan maupun Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDI) sudah menyusun jadwal pemberian imunisasi sedemikian rupa. Jadwal ini disesuaikan dengan kelompok usia yang paling banyak terkena penyakit tersebut.
Seperti, penyakit HIB (Haemophilus influenza Type B) yang menyebabkan pneumonia (radang paru) dan meningitis (radang selaput otak) ini banyak terjadi pada kelompok usia kurang dari 1 tahun. Maka itu pemberian imunisasi HIB harus diberikan sejak bayi berusia 2 bulan dan tidak ditunda sampai bayi berumur lebih dari 1 tahun.
4. Perlu imunisasi booster
Kadar kekebalan (antibodi) yang terbentuk pada bayi lebih baik daripada anak yang lebih besar. Karena itu sebagian besar vaksin diberikan saat bayi berumur 6 bulan. Kemudian beberapa jenis vaksin juga perlu diberikan ulang setelah anak berumur 1 tahun (booster) untuk mempertahankan kadar antibodi dalam jangka waktu lama.
5. Besarnya manfaat imunisasi
Kuman bersemayam di mana-mana dan kemungkinan anak terkena penyakit sangat besar terjadi. Jika anak sudah 80 persen diimunisasi maka dapat dicegah dari dampak penyakit infeksi yang berat hingga fatal. Selain itu juga bisa mencegah dari penyebaran meluasnya penyakit tertentu di lingkungan sekitar.
Perbedaan Antara Imunisasi dengan Vaksin
Banyak orang menyamakan arti istilah antara imunisasi dengan vaksin, padahal keduanya memiliki arti yang berbeda. Sebenarnya keduanya masuk ke dalam rangkaian proses pencegahan penyakit. Pemberian vaksinasi dan imunisasi terjadi secara bertahap untuk memperkuat antibodi perlahan.
Vaksin sendiri merupakan alat untuk membentuk antibodi terhadap suatu penyakit tertentu, dengan proses pemberian antibodi untuk menangkal penyakit. Sementara imunisasi adalah proses pembuatan antibodi dalam tubuh setelah pemberian vaksin agar sistem imun semakin kuat, sehingga kebal terhadap serangan penyakit.
Meski begitu, masyarakat lebih mengenal istilah imunisasi ketimbang vaksinasi. Secara tak langsung, hal ini membuat imunisasi dan vaksinasi memiliki arti yang sama padahal berbeda.
Jenis Imunisasi Untuk Bayi
Berikut daftar imunisasi dasar lengkap yang wajib untuk bayi beserta jadwal imunisasi bayi dan anak terbaru rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia tahun 2020:
- Hepatitis B (usia 12 jam setelah lahir, 2, 3, 4 bulan)
- Polio (usia bayi 0, 2, 3, 4 bulan)
- BCG (sebelum usia bayi 3 bulan)
- MR/MMR (6 bulan dan 18 bulan)
- vaksin DPT, HiB, HB (usia bayi 2, 3, 4 bulan)
Vaksin pentavalen merupakan vaksin kombinasi dari vaksin HB, dan vaksin HiB (haemophilus influenza tipe B).
Jadwal Pemberian Imunisasi pada Anak
Imunisasi juga memiliki persyaratan dalam pemberiannya, di antaranya:
1. Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B paling baik diberikan dalam waktu 12 jam sesudah kelahiran si kecil, oleh karena itu, selalu tanyakan pada dokter atau bidan yang membantu persalinan, apakah si Kecil telah mendapatkan suntikan vaksin ini. Pastikan juga si kecil telah mendapatkan vaksin polio oral, yang selanjutnya diberikan ulang pada usia 2, 4 , dan 6 bulan.2, 3, 4
2. Vaksin BCG
Vaksin BCG hanya diberikan sekali dan optimal diberikan pada usia 2 bulan. Pada pemberian vaksin ini, obat akan disuntikkan di bawah kulit dan meninggalkan lentingan di tempat bekas suntikan. Bekas tersebut akan hilang dengan sendirinya dan meninggalkan tanda di lengan kanan si kecil.
Bila si kecil belum mendapat vaksin BCG hingga usia tiga bulan, maka akan dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu sebelum diberikan vaksin. Uji tuberkulin tersebut untuk mengetahui apakah si kecil sudah terinfeksi, namun si kecil akan diobservasi dan diberikan pengobatan tuberculosis (TBC) sesuai indikasi
3. Vaksin DTP
Vaksin DTP pertama dapat diberikan bila si Kecil telah mencapai usia 6 minggu. Setelah pemberian vaksin ini, si kecil mungkin akan mengalami demam, namun tidak perlu khawatir. Bila terjadi demam, yang harus dikonfirmasi terlebih dahulu melalui pengukuran dengan termometer (suhu > 37.5oC), berikan si kecil parasetamol dengan dosis sesuai berat badan.
4. Vaksin campak
Vaksin campak diberikan pada usia 9 bulan dan diulang saat usia 24 bulan. Vaksin morbili-mumps-rubella (MMR) dapat diberikan saat si kecil berusia 15 bulan dan diulang saat usia 6 tahun. Vaksin pneumokokus dapat diberikan pada usia 2, 4, 6 bulan dan 12-15 bulan (4 kali) untuk mencegah terjadinya infeksi paru, telinga, maupun infeksi yang disebabkan kuman pneumokokus.
5. Vaksin rotavirus
Vaksin rotavirus dapat diberikan untuk mencegah diare pada si kecil dan diberikan 2 dosis (monovalen) dan 3 dosis (multivalen) secara oral dengan jarak 4-8 minggu saat si kecil berusia 8-32 minggu.
6. Vaksin influenza
Vaksin influenza dapat diberikan saat usia 6 bulan-2 tahun, terutama diperuntukan bagi si kecil dengan kekebalan tubuh yang lemah, atau yang tinggal bersama di asrama. Dosis pertama baiknya diberikan pada usia > 6 bulan dan diberi 2 dosis dengan jarak minimal 4 minggu. Vaksin varisela atau cacar air dapat diberikan di atas usia 1 tahun sebelum si kecil masuk sekolah. 2, 3, 4.
Bahaya Anak Tidak Di Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi juga dapat memberikan dampak negatif.
1. Berisiko mengalami komplikasi penyakit
Anak yang tidak diimunisasi memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena komplikasi yang dapat menyebabkan kecacatan pada bayi bahkan kematian. Karena tubuhnya tidak mendapatkan kekuatan dari sistem pertahanan khusus yang bisa mendeteksi jenis-jenis penyakit berbahaya tertentu, tubuh tidak mengenali virus penyakit yang masuk sehingga tidak bisa melawannya.
Hal ini akan membuat kuman penyakit semakin mudah berkembang biak dan menginfeksi tubuh anak. Jika tidak menerima imunisasi sama sekali, anak akan berisiko terkena penyakit-penyakit. Parahnya lagi, penyakit tersebut bisa menyebabkan kematian pada bayi dan anak.
2. Sistem kekebalan tubuh tidak kuat
Sistem kekebalan tubuh pada bayi dan anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin tidak akan sekuat anak yang menerima imunisasi, karena tubuh anak tidak mampu mengenali virus penyakit yang masuk ke tubuh sehingga tidak bisa melawannya.
Terlebih jika bayi tidak menerima vaksin dan kemudian jatuh sakit, ia dapat menularkannya ke orang lain sehingga membahayakan lingkungan sekitarnya.
3. Membahayakan anak lain
Imunisasi tidak hanya berfungsi sebagai benteng pertahanan bayi, tetapi juga berperan untuk mencegah penularan penyakit dari orang ke orang.
Perlu orangtua catat bahwa dampak dari tidak diimunisasi bukan memengaruhi kesehatan bayi saja. Tetapi berefek kepada anak-anak lain dan orang lain juga akan merugi jika program imunisasi tidak merata, bahkan bisa mengalami gangguan kesehatan pada bayi baru lahir.