Pensiunan Polri di Sidoarjo Jadi Pelestari Seni Tradisional Reog
Di tengah gempuran kecanggihan teknologi yang semakin cepat, peminat kesenian tradisional Reog Ponorogo semakin jarang dijumpai di kota besar seperti Sidoarjo. Menanggapi hal itu, Samsul Hadi, seorang pensiun Polri tahun 2023 ini berniat untuk melestarikan kesenian tradisional reog di Sidoarjo.
Samsul menceritakan dengan singkat, dirinya mulai tertarik dengan kesenian reog saat duduk di bangku kelas 3 SD. Ia mengenal reog dari ayahnya yang waktu itu menjadi salah satu pemain di kesenian tradisional khas Ponorogo ini.
Kecintaannya kepada reog kemudian dibawa hingga menjadi seorang polisi di Sidoarjo, Jawa Timur. Pada tahun 2010, pria kelahiran Ponorogo ini pertama kali mendirikan padepokan Singo Menggolo dan menjadi pembimbing.
Di padepokan itu, Samsul tidak hanya membimbing reog saja, tapi juga kesenian tradisional lainnya seperti campur sari dan tarian tradisional. "Waktu itu tahun 2010 saya menjabat jadi Kapolsek Krian," ucap Samsul saat ditemui Ngopibareng.id di padepokan Singo Menggolo, Jumat, 21 Juli 2023.
Perjalanan Samsul melestarikan reog di Sidoarjo, bisa dikatakan penuh perjuangan. Waktu itu, Samsul belum menemukan tempat untuk dijadikan sebagai padepokan atau sanggar latihan. Mereka seringkali berpindah-pindah tempat jika hendak latihan.
"Kita belum punya tempat. Kita mendirikan nama, mendirikan bendera dulu Singo Menggolo yang artinya singo itu singa, kekuatan kita, Menggolo itu prajurit. Jadi filosofinya kekuatan prajurit," jelas Samsul.
Sebagai seorang anggota Polri, Samsul ingin pertunjukan reog ditampilkan dalam momen sertijab Kapolresta Sidoarjo tahun 2010. Niat itu akhirnya disetujui oleh pimpinannya. Samsul menggandeng anggota Polri yang juga mempunyai kegemaran yang sama.
"Waktu itu ada kesempatan, acara Serah Terima Kapolres, saya berikan ide ke anggota polres yang suka seni tradisional. Akhirnya ide saya untuk menampilkan reog disetujui atasan," imbuhnya.
Dulu, lanjut Samsul, hampir 80 persen anggota Padepokan Singo Menggolo adalah polisi. Namun lambat laun anggota polisi itu mengundurkan diri dari padepokan. "Akhirnya tinggal saya sendiri. Keluhanya ya ini, orang yang betul-betul ingin melestarikan budaya ya harus punya tekad, harus ikhlas. Apalagi sekarang banyak budaya asing masuk Indonesia melalui media sosial," tutur Samsul.
Pada tahun 2011, Padepokan Singo Menggolo akhirnya mempunyai tempat yang layak dijadikan sanggar latihan. Berlokasi di komplek perumahan Kahuripan Nirwana Village, Sidoarjo.
Ketika pandemi Covid-19 kemarin, kegiatan di padepokan Samsul sempat vakum hampir 3 tahun. Tidak ada latihan maupun pementasan. Hal tersebut membuat anggota padepokan harus memutar otak untuk mencari penghasilan.
"Mereka nekat menjadi pengamen reog keliling, tapi kasihan sering diusir warga karena PSBB. Maklum lah, mayoritas anggota disini menggantungkan pendapatan dari tanggapan," beber bapak tiga anak ini.
Saat ini, Padepokan Singo Menggolo memiliki kurang lebih 40 anggota yang terdiri dari bermacam usia. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Mereka rajin latihan setiap hari Rabu sore. "Dulu waktu ada tanggapan alatnya harus sewa. Sekarang Alhamdulillah susah punya alat sendiri, bahkan lengkap," ucapnya bersyukur.
Hobi Samsul melestarikan reog di Sidoarjo kini diwariskan kepada tiga anaknya. Nando, Digo, dan Raras. Samsul Hadi menandatangani SK Pensiun Polri pada 12 Juli 2023 kemarin. Jabatan terakhir sebagai Kapolsek Gedangan.
"Alhamdulillah sekarang mulai bangkit lagi. Bulan suro hingga Agustusan besok ini sudah full job," tutupnya.
Advertisement