Pensil Warna dari Cangkang Telur, Karya Siswa SMAN 16
Sebanyak 19 siswa SMAN 16 Surabaya berhasil membuat pensil warna yang grafitnya (isi pensil) berbahan dasar cangkang telur dan kaolin atau white clay. Inovasi ini diberi nama MOLF PEN.
Inovasi pensil warna yang ramah lingkungan ini merupakan produk dari perusahaan Rasendriya yang didirikan siswa SMAN 16 Surabaya sendiri.
Salah satu perwakilan siswa, Aderina Naomi selaku Sales Manager Rasendriya mengatakan, awalnya ia bersama teman-temannya ingin membuat pensil warna yang ramah lingkungan.
"Dari ide ini, kami mencari lireratur tentang bahan membuat pensil warna. Setelah dapat, kami coba mengganti bahan-bahan tersebut dengan bahan yang ramah lingkungan, lalu di literatur yang ada, kami menemukan bahwa cangkang telur bisa digunakan sebagai bahan dasar grafit (isi pensil)," ujar Naomi, ditemui di SMAN 16 Surabaya, Rabu 26 Februari 2020.
Siswa yang saat ini duduk di kelas 10 IPA SMAN 16 ini mengungkapkan, diperlukan waktu dua minggu untuk menemukan formula yang pas untuk pensil warna ramah lingkungan ini. Satu minggu digunakan untuk riset, sedangkan satu minggu lainnya digunakan untuk uji coba formula yang pas.
Saat ini, ujar Naomi, satu produk MOLF PEN masih terdiri dari lima warna, yakni, hitam, hijau, kuning, biru, dan merah.
"Proses pembuatannya sendiri dimulai dengan membersihkan semua bagian cangkang telur, lalu dikeringkan dan diblender hingga menjadi bubur. Setelahnya cangkang yang sudah menjadi bubur ini dicampur dengan bahan lainnya seperti cuka, tepung maizena, baking soda dan pewarna alami," kata Naomi.
Lanjutnya, pewarna yang digunakan berasal dari bahan sayur dan buah. Untuk warna merah menggunakan buah naga, warna hitam menggunakan arang, warna biru menggunakan kubis ungu, warna kuning dari kunyit, dan warna hijau menggunakan pandan.
Setelah dicampur dengan pewarna alami, grafit yang sudah jadi kemudian dicetak dan dikeringkan selama tiga hari. Untuk finishing selanjutnya, grafit tersebut dikirim ke vendor untuk dilapisi kayu.
Tak hanya isi pensil yang ramah lingkungan, Naomi memaparkan bahwa ketika pensil sudah menjadi kecil karena sering digunakan. Pensil tersebut bisa ditanam karena di ujung pensil dilengkapi benih tanaman yang bisa langsung ditanam.
"Di ujung belakang pensilnya ada benih tanaman yang dimasukkan di dalam kapsul, jadi kalau sudah kecil pensilnya gak dibuang, tapi bisa ditanam," imbuh siswa berusia 15 tahun tersebut.
Menurut Naomi, hasil inovasi dirinya bersama rekan-rekannya itu masih memerlukan penyempurnaan lagi agar mendapatkan hasil terbaik.
"Teksturnya memang agak kasar kalau digunakan, warnanya sudah bagus dan keluar. Tapi mungkin kalau dibandingkan pensil warna konvensional masih kurang menyala warnanya," tutup Naomi.