Penyebab Banjir Wonokromo, Tak Hanya PKL tapi juga Bemo Parkir
Pembongkaran Pedagang Kaki Lima (PKL) di Jalan Jetis Kulon arah Wonokromo disambut protes pemilik lapak karena tak terima lapak mereka dibongkar. Tiga orang pemilik lapak menolak barangnya dibawa oleh Satpol PP. Mereka ngotot tidak mau bekerjasama dengan Satpol PP.
“Gak gak atek, tak gowo dewe ae barangku. Lapo mbok gowo, kene barangku,” kata seorang pemilik kepada petugas Satpol PP.
Atas tindakan yang dianggap tak kooperatif tersebut, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja, Irvan Widyanto terpancing juga emosinya. Kata dia, dalam kondisi darurat seperti ini, pemberian surat peringatan untuk pedagang kaki lima dianggap terlalu memakan waktu. Apalagi Wonokromo sedang dilanda banjir.
Sedangkan lapak-lapak pedagang kaki lima itu tepat berdiri di atas saluran air. Keberadaan lapak-lapak di atas saluran air dituding ini dituding menjadi penyebab penyumbatan. Selain itu, petugas juga kesulitan melakukan normalisasi karena terhalang lapak.
“Heh, kene tak kandani. Iki warungmu di atas drainase. Wes ero banjir kok yo awakmu gak peka, gak mbongkar dewe. Kita nolong awakmu, kok gak gelem,” kata Irvan.
Meski Irvan sudah memberitahu bahwa Satpol PP membantu mereka bongkar warung agar banjir cepat selesai, namun para pemilik menghiraukannya. Mereka tetap ngotot untuk menata sendiri barang-barangnya, mengemasnya dan membawa pulang. Mereka bahkan meminta waktu untuk mengemas barang.
“Sek ta pak iki tak ringkesane, alon-alon ae. Tak tutupe dewe, tak gowo dewe. Omahku iki lho pak cedek, sek tak diluk,” kata pemilik warung yang dibongkar.
Irvan yang sudah emosi karena banjir disebabkan oleh mereka langsung mengatakan, dirinya disini mau membawakan barang mereka ke rumah mereka menggunakan truk Satpol. Agar penanganan drainase di titik tersebut bisa segera dilakukan.
“Wes minggiro, iki tak gowone, tak terno nang omahe sampeyan. Nggak tak gowo nang ndi-ndi. Ben iki lho cepet mari. Ojo protes ae, gak ngewangi malah ngalangi,” kata Irvan sambal memegang pundak pemilik warung.
Setelah hampir setengah jam tim Satpol PP membongkar warung-warung tersebut, akhirnya pinggir jalan Jetis Kulon bersih dari PKL. Sehingga alat berat Dinas PU bisa masuk untuk membongkar drainase, agar banjir RSI Wonokromo cepat surut.
Selain susah menangani pemilik PKL, dari Satpol PP juga kewalahan untuk memindahkan angkutan umum yang diparkir oleh sopirnya. Dua mobil angkutan umum ini jadi masalah karena diparkir tepat di atas drainase trotoar. Saat diparkir, dua mobil angkutan umum ini direm tangan. Akibatnya, mobil tak bisa bergerak untuk dipindahkan.
Mereka pun mencoba memaksa mendorong bemo tersebut meski bannya terkunci oleh rem tangan. Sepuluh orang anggota Satpol PP dibantu warga, berusaha mendorong terus. Namun usaha mereka tak berhasil. Bemo hanya maju sedikit. Tak sampai 1 meter.
Melihat anak buahnya kewalahan, Irvan yang sempat mendampingi Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, langsung kembali ke tempat bemo tersebut. Ia langsung memberi arahan untuk memanggil mobil derek milik Dinas Perhubungan Kota Surabaya. Kebetulan Kadishub Irvan Wahyudrajad sedang berada di TKP.
“Wes pakai dereknya Dishub aja. Ini mumpung ada Pak Kadishub, mohon izin derek disiagakan Pak,” kata Kasatpol PP kepada Kadishub yang kebetulan memiliki nama sama, yakni Irvan.
Alhasil, perintah Kadishub langsung direspon oleh anak buahnya. Derek Dishub akhirnya datang dua puluh menit kemudian. Benar saja, datangnya mobil derek membuat pekerjaan memindahkan bemo semakin mudah. Hanya diperlukan 20 menit untuk memindahkan dua bemo ke tempat yang lebih aman, yakni di Frontage Wonokromo.
Advertisement