Penjual Eceran Mengeluh Tak Bisa Beli Pertalite dengan Jeriken
Para penjual Pertalite eceran di Kabupaten Bojonegoro mengeluh tak bisa kulakan lagi dengan jeriken. Penyebabnya, usai ada kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) 1 April 2022 lalu, pihak Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) tidak melayani pembelian Pertalite dengan jeriken.
Akibatnya sejumlah pedagang eceran Pertalite di Bojonegoro banyak yang tutup. Para pedagang ukuran botol literan mengaku mulai tidak jualan awal April lalu.
"Sudah tidak jualan bensin (Pertalite) lagi," ujar Muntik penjual Pertalite eceran di Kelurahan Ledok Kulon, Kecamatan Kota Bojonegoro, Sabtu 9 April 2022.
Dia menyebut aturan pembelian Pertalite dengan jeriken diubah. "ini kita gak bisa jualan lagi," tandasnya.
Selama ini, Pertalite eceran dijual dengan harga antara Rp 9.000 hingga Rp 10.000 per botol. Sedangkan harga pertalite Rp 7.600 per liternya. Rata-rata penjual eceran mendapat selisih sekitar Rp 1.500 per liternya. Sedangkan untuk eceran Pertamax dijual Rp 14.000 per botol dari harga terbaru Rp 12.500 per liternya.
Keluhan serupa diungkapkan Gendut, warga Desa Sukorejo. Selain jual eceran Pertalite, pria 57 tahun ini juga buka jasa tambal ban di sekitar terminal lama Kota Bojonegoro. "Untuk sementara gak jualan Pertalite dulu," ujarnya.
Yang menarik, larangan membeli jeriken di SPBU disiasati sejumlah pihak. Misalnya sepeda motor didesain tangkinya hingga ukuran besar. Terutama jenis sepeda motor pria, yang ukuran tangki 11 liter, diubah tangkinya jadi 15 liter ke atas. Tujuannya bisa membeli pertalite dengan jumlah banyak.
Sepeda motor dengan desain itu kerap ditemukan di Kecamatan Parengan, Kabupaten Tuban. "Tangki modifikasi sudah banyak bermunculan," ujar seorang warga Banjarsari, Bojonegoro.
Pihak pengelola SPBU sendiri tidak mempermasalahkan pembeli BBM yang kendaraan dimodifikasi. Larangannya yaitu tidak boleh beli BBM dengan jeriken. "Ya larangan jeriken aja," ujar Putri, seorang petugas SPBU di kawasan Jetak, Bojonegoro.
Advertisement