Penjual Ayam Potong Bangun Masjid Senilai Milyaran Rupiah
Hj. Suciati Saliman Riyanto Raharjo, atau lebih dikenal dengan Ibu Saliman merintis usaha sejak masih duduk di bangku SMP di tahun 1966.
Semula ia hanyalah pedagang kecil di Pasar Terban, Yogya. Kini, wanita 66 tahun itu menjadi pengusaha sukses dan mampu mewujudkan mimpinya sejak kecil untuk membangun sebuah masjid megah di kampung halamannya.
Masjid Suciati Saliman namanya. Berlokasi di Jalan Gito Gati, Pandowoharjo, Sleman. Tangis Saliman pun pecah saat mendengar adzan pertama di masjid yang dibangun di atas lahan seluas 1.600 meter persegi.
Desain masjid memadukan desain khas Timur Tengah dan desain khas Jawa. Kultur Timur Tengah tampak dari desain pintu yang berlapis emas di sepanjang tepi pintu yang sama persis dengan pintu Masjid Nabawi di Madinah. Secara umum desain bangunan masjid memang hampir menyerupai Masjid Nabawi.
Pintu masjid berjumlah 9 yang menggambarkan jumlah Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.
Menara menjulang tinggi berjumlah 5 menggambarkan jumlah waktu salat wajib dalam sehari. Menara terdiri dari menara induk 1 buah, dan menara anak 4 buah.
Sedangkan kultur Jawa terlihat dari desain atap berbentuk limas. Masjid juga memiliki bedug yang ditabuh sebagai penanda waktu salat.
Bedug berukuran panjang 170 cm dan berdiameter 130 cm ini dibuat oleh perajin di Cirebon, terbuat dari kayu trembesi utuh berusia 127 tahun dari Majalengka. Kulit bedug terbuat dari kulit kerbau jantan.
Masjid terdiri dari 3 lantai dan satu basement. Lantai 1 dipakai sebagai gedung serbaguna (pertemuan), lantai 2 untuk salat jamaah laki-laki, sedangkan lantai 3 untuk jamaah perempuan.
Lantai basement semula direncakan untuk parkir, karena ada kemudahan sehingga pihaknya mendapat area parkir dengan luas 3500m. Kini, area tersebut dipakai untuk kegiatan prasmanan, menyimpan perlengkapan, dan hal lain yang menunjang kegiatan di masjid.
Demi memberikan kemudahan bagi lansia, jamaah yang sakit, dan difabel, masjid ini juga dilengkapi fasilitas lift.
Seluruh bahan baku membangun masjid berasal dari dalam negeri. Masjid juga dilengkapi dengan pendingin ruangan dan beroperasi 24 jam nonstop.
“Ini masih 80 persen pembangunan. Harapannya nanti bulan Agustus bisa selesai 100 persen,” ucap Saliman.
Saat disinggung berapa biaya untuk membangun masjid? “Tidak saya hitung, ada juga bantuan dari donatur lain, nominalnya tidak saya hitung habis berapa,” katanya.
Saliman menuturkan proses pembangunan masjid, yang berawal dari impian mendirikan tempat ibadah umat Islam itu sejak sekolah di tingkat SMP, dan untuk merealisasikan hal tersebut dirinya mulai menabung, hingga akhirnya cukup untuk mendirikan masjid.
“Pertama sejak dulu saya kepengin punya masjid, karena ingin punya masjid saya sering kali umroh bisa setahun itu dua, tiga kali. Akhirnya saya menabung dan menabung dari tahun 1995 sampai sekarang, yang alhamdulillah saya sudah merasa tabungan cukup membangun masjid ini, dengan ornamen Nabawi,” jelasnya tanpa mau menyebut nilai nominal bangunan masjid tersebut.
Saliman selama ini dikenal sebagai pengusaha potong ayam. Usaha dirintis dari pemotongan ayam manual di rumah, lalu berkembang hingga memiliki Rumah Potong Ayam (RPA) modern yang bernama RPA Saliman dengan brand ayam ‘SR’. usaha ini telah bersertifikasi Halal MUI dan NKV (Nomor Kontrol Veteriner) di kawasan Pandowoharjo, Sleman, Yogyakarta.
Tidak berhenti begitu saja, tahun 2009 didirikan RPA Suci Raharjo di Jombang, Jawa Timur. Selanjutnya tahun 2014 beliau mendirikan PT Sera Food Indonesia yang memproduksi makanan beku (frozen food) melalui brand Hato dan Oye yang telah tersertifikasi Halal MUI dan MD BPOM seperti naget, sosis, baso, patties dsb.
Kini baik produk ayam maupun frozen food telah terdistribusi di seluruh Indonesia baik modern maupun tradisional market.
Pesatnya perkembangan bisnis merupakan perwujudan dari falsafah atau pandangan hidup Saliman bahwa ‘urip iku urup’, yaitu dengan sebanyak-banyaknya memberi manfaat pada orang lain melalui membuka lapangan pekerjaan di Saliman Group.