Penistaan Al-Quran Berlanjut di Belanda, Muslim pun Protes
Pemimpin gerakan anti-Islam Pegida cabang Belanda, Edwin Wagensveld merobek salinan Al-Quran sebagai bagian dari demonstrasi gerakan Pegida di depan kedutaan Turki, di Den Haag, Belanda, Jumat 18 Agustus 2023.
Sebelumnya, aksi serupa terjadi Swedia dan Denmark. Kini, kedua negera di Eropa itu sama-sama mendapat tekanan dalam beberapa pekan terakhir, menyusul pembakaran kitab suci umat Islam, yang memicu ketegangan diplomatik dengan beberapa negara mayoritas Muslim.
Bagi umat Islam di Belanda, hal itu tak bisa diterima begitu saja. Karenanya, sejumlah organisasi Islam di Den Haag, menggelar aksi unjuk rasa untuk menyuarakan penentangan atas berulangnya aksi penistaan dan pembakaran Al-Quran, termasuk di negara tersebut, Sabtu (26 Agustus 2023).
Mereka pun memutuskan turut menyampaikan protes di depan gedung kedutaan besar (Kedubes) Swedia dan Denmark.
Al-Quran Memberi Kami Cahaya
Dalam aksinya, sejumlah Muslim yang berpartisipasi dalam unjuk rasa mengusung poster bertuliskan “Al-Quran memberi kami cahaya untuk membimbing kami, api tidak bisa membakar Matahari” dan “Saya cinta Al-Quran”.
Saat bergerak ke kedubes Denmark dan Swedia, mereka berteriak “Aib bagi pemerintah Denmark dan Swedia” serta “Stop membakar kitab suci kami”.
Saat tiba di depan Kedubes Denmark, seorang pengunjuk rasa bernama Serdar Isik, membacakan sebuah pernyataan. Dia mengatakan, aksi penistaan Al-Quran yang terjadi di Denmark, Swedia, dan Belanda sangat menyakiti umat Islam.
Isik pun menyayangkan bahwa aksi semacam itu mendapat pengawalan atau perlindungan polisi.
Isik turut mengecam Wali Kota Den Haag Jan van Zanen yang dipandangnya melakukan pembiaran atas aksi pembakaran Alquran di kota tersebut.
“Sangat menyakitkan bagi kami bahwa kaum rasialis dan fasis dibiarkan menyerang nilai-nilai lebih dari 1 juta Muslim di Belanda secara terang-terangan,” ujarnya, dikutip Anadolu Agency.
Dia mengatakan para demonstran menuntut Pemerintah Belanda menyiapkan rancangan undang-undang (RUU) yang menekankan perlindungan perdamaian beragama serta menjamin hidup berdampingan secara damai antara kelompok dan individu beragama, termasuk kalangan non-agama.
Sama seperti di Swedia dan Denmark, aksi penistaan Alquran juga sempat berlangsung di Belanda. Pelaku penistaan di Negeri Kincir Angin adalah Edwin Wagensveld. Dia adalah pemimpin organsisasi Patriotic Europeans Against the Islamization of the West (PEGIDA) yang dipandang Islamofobia.
Pada 22 Januari 2023 lalu, Wagensveld sempat merobek-robek Al-Quran di Den Haag. Aksinya mendapat pengawalan dari polisi. Wagensveld kembali mengulangi aksinya pada di kota Utrecht pada 13 Februari 2023.
Pada 18 Agustus 2023, Wagensveld melakukan aksi perobekan Alquran di depan Kedubes Turki di Den Haag. Sementara itu PEGIDA sudah membuat pengumuman bahwa anggota mereka akan melakukan aksi pembakaran Al-Quran.
Ajukan RUU untuk Larang Bakar Al-Quran
Pada Jumat (25 Agustus 2023) lalu, Menteri Kehakiman Denmark Peter Hummelgaard mengatakan, Pemerintah Denmark akan mengajukan RUU yang bertujuan melarang aksi pembakaran Al-Quran di negara tersebut. Aksi pembakaran Al-Quran diketahui telah berulang kali terjadi di Denmark dan memicu kecaman dari negara-negara Muslim.
Hummelgaard menjelaskan, dalam RUU terkait diatur mengenai larangan perlakuan tak pantas terhadap objek-objek keagamaan yang penting bagi komunitas beragama. Artinya, selain Alquran, lewat RUU tersebut, Swedia bakal melarang aksi penistaan terhadap kitab-kitab suci keagamaan lainnya, termasuk Alkitab dan Taurat.
Hummelgaard mengatakan, RUU tersebut ditujukan terutama pada aksi penistaan dan pembakaran kitab suci di tempat-tempat umum. RUU, jika disahkan, akan dimasukkan dalam bab 12 kitab undang-undang hukum pidana Denmark, yang mencakup keamanan nasional. Dalam RUU diatur, pelaku pelanggaran bakal diganjar denda dan dua tahun penjara.
Menurut Hummelgaard, keamanan nasional merupakan motivasi utama diajukannya RUU tersebut.
“Kami tidak bisa terus berpangku tangan sementara beberapa orang melakukan apa saja untuk memicu reaksi kekerasan,” katanya, dikutip laman Al Arabiya.
Terkait pembakaran Al-Quran yang berulang kali terjadi di negaranya, Hummelgaard mengatakan aksi itu pada dasarnya menghina dan tidak simpatik. Dia menilai, berulangnya aksi pembakaran dan penistaan Al-Quran merugikan Denmark dan kepentingannya.
Advertisement