Pengusaha Sawit Gandeng NU, Gus Yahya: Upaya Jaga Petani dan Alam
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) bersama dengan Nahdhatul Ulama (NU) menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) pendampingan kemitraan petani kelapa sawit warga Nahdatul Ulama, pada Jumat 4 Maret 2022.
“GAPKI bersama NU akan bekerja sama dalam pelaksanaan Peremajaan Sawit Rakyat bagi petani NU melalui kemitraan dengan perusahaan sawit dalam bentuk pembinaan dan pendidikan,” ungkap Joko Supriyono, Ketua Umum GAPKI, dalam siaran pers yang diterima Ngopibareng.id, Sabtu 5 Maret 2022.
Menurut Joko, MoU ini penting agar petani kelapa sawit NU dapat terus meningkatkan produktivitas dalam budidaya kelapa sawit. “Dengan produktivitas yang lebih baik, diharapkan petani kelapa sawit lebih sejahtera,” tambahnya.
Produktivitas dan kesejahteraan petani, menurut Joko, sangat penting bagi perkembangan sebuah wilayah. Ia menjelaskan bahwa semakin sejahtera petani, maka roda perekonomian di sebuah daerah akan lebih cepat berputar. “Dengan demikian, akan terjadi multiplier effect yang menyebabkan sektor-sektor lain yang mendukung industri sawit dan juga kebutuhan petani ikut berputar,” terang Joko.
Joko menyebutkan bahwa kelapa sawit telah membangun ekonomi daerah. “Wilayah yang memiliki kelapa sawit mengalami peningkatan perekonomian yang signifikan,” ungkapnya.
Oleh karenanya, wilayah tersebut berkembang baik secara ekonomi maupun sosialnya. “Sawit mampu membangun peradaban di daerah-daerah yang dahulu dalam kondisi terpencil,” tegasnya.
Selain itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama, Yahya Chalil Staquf juga mengingatkan agar upaya peremajaan kelapa sawit berjalan seiring dengan upaya menjaga kelestarian alam. “Peradaban tidak akan bisa bertahan jika tidak bisa menjaga alam,” kata Yahya Chalil Staquf.
Pria yang biasa dipanggil Gus Yahya ini mengatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya yang besar selama 700 tahun harus kehilangan kejayaannya karena gagal mengelola alam. “Sriwijaya kalah karena gagal merawat sungai Musi sehingga terjadi pendangkalan,” ungkapnya. Karenanya, akses Sriwijaya terhadap dunia luar menjadi terputus.
Hal inilah yang mendasari NU untuk terus menjaga jagat (alam). “Kita semua, tidak hanya di Indonesia tapi seluruh dunia, tidak akan mampu bertahan jika tidak mampu merawat alam,” ungkap Gus Yahya.
“Ini adalah wujud formulasi gagasan NU bersama dengan pemerintah, dan pengusaha-swasta untuk berupaya mengikhtiarkan kemakmuran sekaligus merawat alam,” tegasnya.