Pengurus Perhimpunan RS Mata Undaan Raih Gelar Doktor
Pengurus Perhimpunan Perawatan Penderita Penyakit Mata (P4M) Ontot Murwato Suwondo meraih gelar doktor di bidang ekonomi. Ini setelah ia berhasil mempertahankan disertasinya dalam sidang terbuka di Univeristas 17 Agustus (Untag) Surabaya.
Ontot yang akuntan itu meneliti tentang Rumah Sakit. Judul disertasinya Dimensi Sosial, Fleksibilitas Keuangan dan Lingkungan (Triple Bottom Line) Terhadap Kinerja Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Daerah Jawa Timur dengan Management Accounting Information System sebagai Variabel Intervening.
Ia mempertahankan disertasi di depan tim penguji yang diketuai Dr H Mulyanto Nugroho MM, CMA, CPA. Ikut juga menguji Dr Widodo J Pudjirahardjo dari Unair, Dr H Slamet Riyadi, MSi, AK, CA, dan Prof Dr Hj Tri Ratnawati, Ak, MS, CA, CPA. Ada empat penguji lainnya. Ontot mengambil program doktor di Untag karena dia juga dosen Fakuktas Ekonomi dan Bisnis universitas tersebut.
Pria kelahiran Wonosobo, Jawa Tengah, ini memang akuntan yang banyak berkecimpung di dalam pembenahan manajamen keuangan rumah sakit. Selain menjadi Dewan Pengawas RS Mata Undaan, ia juga anggota dewan pengawas di sejumlah rumah sakit milik pemerintah seperti RS Haji.
Ontot yang menyelami kinerja manajemen rumah sakit ini menyoroti tentang RS yang sudah menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). RS yang sudah BLUD mempunyai otonomi untuk mengelola uang hasil kinerjanya sendiri. Tidak harus melalui mekanisme Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah (APBD).
Apakah RS milik pemerintah yang sudah menjadi BLUD atau yang dalam disertasinya disebut fleksibilitas keuangan punya kinerja yang baik? Menurut Ontot tidak mesti. Itu sangat tergantung pada dimensi sosial yang melingkupi lingkungan RS. Juga dipengaruhi sistem informasi manajemennya.
Dari sisi keuangan, fleksibilitas keuangan akibat BLUD menyebabkan likuiditas yang berlebih (over liquid). "Saya menyarankan agar BLUD RSUD memanfaatkan fleksibilitas dengan mengelola kas yang idle (tidak produktif) tersebut antara lain dalam bentuk investasi jangka pendek (deposito)," katanya.
Ontot juga menemukan perlunya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) BLUD RSUD. Pengembangan diri karyawan masih menjadi masalah. Karena itu, ia menyarankan perlunya pengembangan SDM melalui pelatihan minimum 20 jam per tahun sesuai dengan bidang keahliannya.
Yang menarik, ia menemukan bahwa BLUD RSUD di Jatim belum secara optimal menciptakan kemudahan membayar bagi pasien atau keluarga pasien. "Karena itu, saya menyarankan agar RSUD bersangkutan bisa memanfaatkan pembayaran EDC (Electronic Data Capture) atau fasilitas perbankan serupa lainnya untuk meningkatkan kualitas pelayanan," jelasnya.
Setelah hampir dua jam mempertahankan disertasinya di depan tim penguji, Ontot Murwoto Suwondo dinyatakan lulus dengan sangat memuaskan. Pengajar Untag yang juga pengurus Ikatan Akutansi Indonesia (IAI) Jatim ini sejak saat itu berhak menggunakan gelar Doktor.
Prof Dr Hj Tri Ratnawati, Ak, MS, CA, CPA sebagai promotornya menilai Ontot sebagai promovendus yang istimewa. Sebab, Ontot bukanlah orang yang mempunyai latar belakang hospital maupun dokter. Ia adalah seorang akuntan. Tapi bisa melakukan penelitian tentang rumah sakit secara baik.
Guru besar Untag ini berharap bimbingannya berharap bisa terus membantu BLUD RSUD di Jatim agar tidak hanya berorientasi sosial, tapi juga berorientasi profit. "Ini sangat penting agar mereka mampu mandiri dan tidak hanya mengandalkan APBD," tegasnya. (rif)