Penguatan Ideologi Pancasila, As'ad Said: Kembali pada Tauhid
Kekacauan di tengah masyarakat, terutama di sekitar pesta demokrasi 2019, menjadi bukti betapa karakter bangsa Indonesia secara pelahan mengalami luntur. Tata krama dan moralitas, misalnya, telah tergeser oleh keinginan atau ambisi yang dipaksakan.
Sebuah jajak pendapat Litbang Kompas menunjukkan perlunya penguatan Ideologi Pancasila. Sebanyak 79,1 responden berpendapat penguatan ideologi sudah “mendesak dilakukan”.
"Tentunya hasil survei itu menggembirakan. Saya sangat mendukung penguatan itu terutama untuk mencegah berlanjutnya polarisasi politik yang terjadi selama pilpres," tutur KH Dr As'ad Said Ali, Rabu 3 Juli 2019.
Menurut mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) ini, dalam periode Pilpres 2019 lalu, ada yang mengaku Pancasilais, tetapi memperjuangkan penghalalan kawin sejenis. Sebaliknya, ada yang pura-pura Pancasilais tapi yang diperjuangkan “faham teokrasi”.
"Keduanya adalah pembajak Pancasila. Yang mendukung kawin sesama jenis adalah mereka yang ingin mengerdilkan agama hanya menjadi urusan privat dan membonsai negara agar sedikit mungkin mengurus rakyat dan menyerahkan kepada 'pasar'," tutur Wakil Ketua Umum PBNU (2010-2015).
Menurutnya, yang satunya lagi ingin 'menggemukkan agama sekaligus atas nama agama' berbuat semena mena menindas kemanusiaan. Pertentangan dua kutup itu disebut polarisasi.
"Kita lupakan Pilpres karena Presiden dan Wapres sudah sah terpilih dan lupakan polarisasi serta kembali kepada sila Ketuhanan yang kita maknai sebagai “Tauhid”. (adi)
"Keduanya adalah pembajak Pancasila. Yang mendukung kawin sesama jenis adalah mereka yang ingin mengerdilkan agama hanya menjadi urusan privat dan membonsai negara agar sedikit mungkin mengurus rakyat dan menyerahkan kepada 'pasar'," tutur Wakil Ketua Umum PBNU (2010-2015).
Advertisement