Penguasa Tambah Masa Jabatan, Ini Cara Mengganti Kepala Negara
Pelbagai bangsa-bangsa di dunia ternyata gelisah soal cara mengganti kepala negara. Ya, memang ini bagian dari perjalanan sejarah manusia.
Tentu cara mengganti kepala negara, tak ada kaitannya dengan skenario tambah masa jabatan di Indonesia.
Dua skenario diduga disiapkan untuk tambah masa jabatan presiden 3 periode. Ini bukan desas-desus di negeri dongeng.
Orang-orang di lingkaran Presiden Joko Widodo ditengarai bermanuver menggolkan wacana masa jabatan presiden 3 periode. Beberapa skenario pun diduga disiapkan guna mewujudkan rencana ini. (Tempo edisi 19 Juni 2021).
Skenario pertama ialah membuka peluang periode ketiga selama lima tahun melalui pemilihan umum. Skenario kedua memperpanjang masa jabatan presiden maksimal tiga tahun.
Perpanjangan itu juga disertai dengan penambahan masa jabatan anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah. Namun masa jabatan kepala daerah mungkin tidak akan terpengaruh. Jika skenario tersebut berjalan, pada 2024 hanya akan ada pemilihan kepala daerah.
Kedudukan dan jabatan, seperti minum air samudera semakin lama makin haus. Ah, daripada dibikin putar otak karena soal harus masa jabatan, ingat ini masa pandemi. Kita harus bahagia. Nah, kisah humor yang bisa meredakan ketegangan pikiran agar kita tetap bahagia.
Cara Mengganti Kepala Negara
Orang Amerika dengan sombongnya berkata: "Kami pagi hari memberi suara, sore harinya sudah tahu siapa yang menjadi presiden kami."
Orang Cina dengan sikap dingin berkata: "Aduh, kalian ini bodoh enggak? Kami hari ini memberi suara, tahun yang lalu kami sudah tahu siapa presiden kami."
Dengan sikap meremehkan, orang Korea Utara berkata kepada orang Amerika dan orang Cina: "Kami tak usah memberi suara, sejak kecil sudah tahu pemimpin kita siapa."
Dengan sikap apatis, orang Jepang berkata: "Kami selalu memberi suara, tetapi kami tidak pernah mengetahui siapa nanti yang akan menjadi Perdana Menteri."
Orang Rusia dengan tersenyum dingin berkata: "Di negeri kami, bila sudah capek jadi presiden terpilih bisa diganti menjadi Perdana Menteri, dan sebaliknya bila sudah capek jadi Perdana Menteri juga bisa diganti menjadi presiden terpilih."
Setelah memandang mereka masing-masing dengan sikap ragu-ragu, orang Kuba menanya dengan suara lembut: "Bang, seorang pemimpin apa masih bisa diganti?"
Orang Irak menjawab dengan lantang: "Sudah tentu bisa, kenapa tidak! Kalau bukan diri kita yang menggantinya, orang Amerika-lah nanti yang akan menunjuk dan mengganti untuk kita."
Advertisement