Pengolahan Sampah Sirkular di Banyuwangi Raih Omzet Rp80 Juta
Pengolahan sampah berbasis sistem sirkular di Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, Banyuwangi mampu menghasilkan omzet puluhan juta rupiah setiap bulan. Penghasilan Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) Bio Mandiri Lestari ini berasal dari hasil penjualan sampah-sampah yang telah diolah. Bahkan, hasil pengolahan sampah plastik ini sudah menembus pasar ekspor.
“Sampah plastik yang kami kelola itu ada yang kami ekspor ke perusahaan EcoPlast Kunstsoff Recycling yang berbasis di Wildon, Austria,” jelas Manager TPS3R Bio Mandiri Lestari Nungky Rosalina, Minggu, 10 April 2022.
TPS3R ini dikembangkan sejak 2018. Dengan sistem sirkular, sampah dipilah langsung oleh mitra yang berasal dari rumah tangga. Sampah kemudian dikelola di TPS3R. Baik yang organik maupun non-organik. Setiap bulannya, rerata sampah yang dikelola mencapai 270 ton yang berasal dari 7.500 rumah tangga di empat desa di Kecamatan Muncar.
Nungky Rosalina menambahkan, produk pengelolaan sampah TPS3R berupa sampah organik dan non-organik. Sampah organik diolah menjadi pupuk organik dan ulat maggot. Sedangkan yang non organik dipilah berdasarkan jenisnya. Seperti botol, kresek, plastik keras dan sejenisnya.
“Pada 21 Maret 2022 lalu kami ekspor perdana sebanyak 6 ton. Sampahnya yang diekspor jenis plastik yang keras (PE),” jelasnya.
Ekspor sampah plastik ke Austria yang perdana dilakukan tersebut, imbuh Nungky, akan dilakukan secara reguler dengan jumlah sesuai dengan hasil sampah yang bisa dikelola oleh TPS3R itu sendiri. “Pengiriman berikutnya tidak ditentukan. Kami bisa mengirim berapa pun yang kami mampu. Tentu ini sangat menguntungkan bagi kami,” kata Nungky.
Nungky menjelaskan, selain diekspor, TPS3R secara rutin menyuplai perusahaan nasional. Sejak setahun terakhir, pihaknya telah mengirim botol plastik PET ke Tangerang. Hasil pengolahan sampah itu dikirim ke perusahaan printer untuk diolah jadi bahan cartridge. Biasanya sebulan sekali 1-1,6 ton sekali kirim.
“Dari kegiatan pengelolaan sampah ini, setiap bulannya kita mendapatkan omzet rerata hampir Rp80 juta/bulan,” bebernya.
Dijelaskannya, program ini telah menjangkau 7.500 KK dari empat desa di Kecamatan Muncar. Salah satu dampaknya, kata dia, di Desa tersebut tidak lagi terjadi banjir. Sebelumnya, setiap hujan pasti terjadi banjir karena muara sungai dan drainase tersumbat sampah. Tapi kini bebas banjir, karena tidak ada orang buang sampah ke sungai atau got.
“Aparat desa juga menunjang apa yang kami lakukan. Bahkan Pak Kades mewajibkan warga yang akan mengurus surat di Kantor Desa wajib punya Kartu Kuning (kartu iuran sampah desa),” kata Nungky.
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, menjelaskan saat ini program kerja sama pengelolaan sampah dengan Systemiq tersebut dikembangkan dengan skala yang lebih luas. Melalui program bertajuk Banyuwangi Hijau, skalanya akan menjangkau lima kecamatan. Rencananya, juga akan dibangun pusat pengolahan sampah di Desa Balak, Kecamatan Songgon.
"Dengan program yang kita kelola bersama Systemiq ini, kita berharap dapat berkontribusi sebesar 19,5 persen dari penanganan kebocoran sampah di Banyuwangi pada 2024," ujarnya.