Penggunaan Ferizy untuk Pembelian Tiket Penyeberangan Dikritisi
PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) telah memberlakukan pembelian tiket penyeberangan melalui aplikasi Ferizy. Namun penggunaan aplikasi Ferizy ini dianggap memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya akses masuk ke aplikasi yang dianggap cukup menyulitkan mereka. Selain itu, banyak pengguna jasa tidak bisa mengoperasikan aplikasi ini sehingga memilih membeli di konter yang berada di sekitar pelabuhan. Akibatnya harga tiket menjadi lebih mahal.
Salah seorang pengguna jasa penyeberangan di pelabuhan Ketapang, Ahmad Taufik, menyatakan, dirinya lebih suka dengan sistem pembelian tiket yang lama, yakni di loket ASDP. Pria asal Jember ini menyebut, dengan cara ini memakan waktu lebih lama.
“Lebih enak beli tiket langsung di loket (ASDP), langsung bayar di loket,” ujarnya, Senin, 23 Mei 2022.
Pria yang mengaku belum memiliki aplikasi Ferizy mengaku, dirinya akhirnya membeli tiket di konter yang ada di dekat Pelabuhan Ketapang.
“Lebih enak yang beli tiket langsung, kan tidak lama,” ujar pria yang hendak menyeberang ke Bali ini.
Sementara itu, Ketua DPD Gapasdap Provinsi Jawa Timur, Sunaryo, menyatakan bahwa aplikasi Ferizy ini dibuat dengan tujuan supaya pembelian tiket lebih mudah, lebih murah dan lebih cepat. Namun menurutnya, saat ini banyak pemakai jasa mengeluh pada Gapasdap terkait penggunaan aplikasi Ferizy ini.
“Pertama, orang untuk membuka aplikasi Ferizy dengan HP itu agak susah. Orang lebih cenderung untuk membeli tiket di konter-konter yang berada di sepanjang jalan,” jelasnya.
Rata-rata, lanjutnya, pemakai jasa yang membeli tiket di konter-konter selain karena kesulitan mengakses aplikasi Ferizy, juga karena mereka belum melek teknologi. Sehingga mau tidak mau harus membeli tiket di konter-konter penjualan tiket tersebut.
Padahal, penjualan harga tiket di konter-konter yang ada di pinggir jalan atau di sekitar pelabuhan lebih mahal dari yang ditetapkan pemerintah. Karena konter-konter tersebut mematok biaya administrasi untuk pembelian tiket.
“Sehingga tujuannya aplikasi untuk lebih murah ini tidak masuk. sehingga pengguna jasa membayar lebih mahal dari harga tiket yang ada,” tegasnya.
Sunaryo menambahkan, sebagai Ketua Gapasdap, dirinya menyarankan ASDP kembali menggunakan sistem pembelian tiket dengan menggunakan e-money atau semacam e-tol. Sehingga masyarakat tidak perlu menggunakan aplikasi lagi.
“Pakai e-money bisa langsung bayar. Dulu pernah diterapkan sebelum Ferizy ada. Supaya masyarakat ada pilihan. Bolehlah ada Ferizy, tapi masyarakat jangan dipaksa pakai Ferizy, ada pilihan,” ujarnya.
Informasi di lapangan, penjualan tiket di konter-konter mematok biaya administrasi bervariasi. Mulai Rp2.500 hingga Rp5.000. Seperti di salah satu konter penjualan tak jauh dari Pelabuhan Ketapang. Harga tiket sepeda motor sebesar Rp27.000 ditambah Rp5.000 biaya administrasi. Sehingga pengguna jasa harus mengeluarkan kocek sebesar Rp32.000.
Dikonfirmasi terpisah, General Manager PT. ASPD Indonesia Ferry Cabang Ketapang, Hasan Lessy, menyatakan, pada musim mudik kemarin aplikasi Ferizy memang agak sulit diakses. Kondisi ini menurutnya akibat banyaknya pengguna yang secara bersamaan mengakses aplkasi ini.
“Dua tahun tidak ada mudik. Saat kemarin diizinkan mudik, pengguna aplikasi membeludak. Sehingga sistem sibuk. Seperti saat kita beli pulsa, sudah transaksi tidak juga masuk, masuknya lambat,” jelasnya.
Dia menjelaskan, penggunaan aplikasi Ferizy ini untuk mempermudah pengguna jasa membeli tiket. Dengan penggunaan aplikasi ini juga menghilangkan praktik percaloan karena masyarakat bisa membeli sendiri melalui aplikasi. Menurutnya, dengan aplikasi ini juga tidak ada lagi penjualan tiket di dalam pelabuhan.
“Seperti di bandara, tidak ada lagi penjualan tiket di pelabuhan,” tegasnya.
Dengan aplikasi ini, kendaraan yang masuk ke Pelabuhan juga bisa tertib. Pengguna jasa, kata dia, baru bisa check in ke Pelabuhan paling cepat dua jam sebelum keberangkatan. Sehingga tidak terjadi penumpukan kendaraan di pelabuhan. Karena pada saat masuk pelabuhan semua sudah siap, mulai tiket dan persyaratan perjalanan.
“Untuk pengguna jasa yang tidak memiliki HP android disarankan beli di konter-konter resmi agar harganya tidak mahal,” ujarnya.
Untuk penggunaan e-money, menurut Hasan Lessy masih memungkinkan terjadinya antrean kendaraan. Ini bisa terjadi saat saldo e-money habis. Sehingga pengguna jasa harus top up lebih dahulu.
“Selain itu, untuk penggunaan e-money terbentur pada limit yang hanya dua juta. Kalau harga tiketnya di atas dua juta harus nambah lagi,” pungkasnya.