Pengelola PKBM Diajak Berpendidikan Politik Kewargaan
Pengelola dan tutor pendidikan non-formal /kesetaraan di Kota Probolinggo diajak untuk mengenal pendidikan politik kewargaan. Sebab selama ini mereka berhadapan dengan wajib belajar di tengah-tengah masyarakat yang beragam.
“Saya tidak mengajak bapak dan ibu pengelola dan tutor pendidikan non-formal/kesetaraan untuk berpolitik praktis tetapi saya ingin mengenalkan pendidikan politik kewargaan,” ujar Wawan Edi Kuswandoro, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) Malang.
Hal itu disampaikan Pak Weka, panggilan Wawan Edi Kuswandoro di kalangan mahasiswa UB, saat pelatihan pendidikan integritas bagi pengelola dan tutor pendidikan non-formal /kesetaraan di aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Probolinggo, Sabtu, 17 September 2022. Sekitar 20 pengelola dan tutor yang selama ini mengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di Kota Probolinggo mengikuti pelatihan tersebut.
PKBM, kata pria kelahiran Lumajang ini, punya fleksibilitas untuk menyelenggarakan pendidikan masyarakat. Selain itu PKBM juga memiliki tradisi belajar yang sangat fleksibel bagi wajib belajar.
“Pendidikan non-formal/kesetaraan juga menyentuh budaya lokal, sehingga tinggal dititipi nilai-nilai integritas yang bersifat universal,” kata Wawan.
Kabid Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non Formal (PAUD dan PNF) Disdikbud, Heri Wijayani yang mendampingi Wawan mengatakan, pelatihan kali ini merupakan yang kedua. “Awalnya, Maret lalu, kami membekali pengelola dan tutor pendidikan non-formal/kesetaraan dengan Kurikulum Merdeka yang dicanangkan Mas Menteri (Nadiem Makarim). Narasumbernya Pak Wawan dari FISIP UB,” katanya.
Ternyata, pelatihan perdana itu belum tuntas sehingga perlu ada kelanjutan. “Syukurlah, Pak Wawan ada program pengabdian kepada masyarakat sehingga bisa dilanjutkan pelatihan tahap kedua,” ujar Heri.
Dalam forum diskusi yang dipandu Pak Weka, para pengelola dan tutor PKBM berbagai pengalaman dalam membina wajib belajar. “Memang benar, belajar di PKBM sangat fleksibel, wajib belajar bisa belajar di rumahnya masing-masing. Sudah kami siapkan video pembelajaran. Mereka hanya hadir saat ujian,” ujar Adin dari PKBM Hidayah.
“Kami menangani anak usia dini, mereka lebih banyak belajar di rumah, bisa belajar di sawah, di dekat rel kereta api,” ujar Bayu dari PKBM Telaga Ilmu.
Sementara itu Fauzi Iskandar dari PKBM Maktuba mengatakan, tempat belajarnya menitikberatkan pada tahfidz (hafalan) Al Quran. “Kami juga menggunakan multimedia. Usai zuhur ada modul pendidikan agama,” katanya.
Nur Hayati dari PKBM Cordoba menjelaskan, model sekolah alam yang diterapkan lembaga pendidikan non-formalnya. “Sekolah alam itu sebenarnya mirip kurikulum sekarang ini,” ujarnya. (Adv)
Advertisement