Pendidikan Vokasi Seharusnya Bukan Sekedar Tandatangan MOU Saja
Pola pikir dan karakter yang ada di semua lini pendidikan vokasi, terutama guru dan dosen, kepala sekolah dan juga pengelola pendidikan tinggi vokasi harus berubah. Inovasi di semua bidang juga harus dilakukan jika ingin maju dan tercapai semua program yang telah digariskan. Dua hal itu sangat penting dan mendasar di tengah situasi pandemi dan upaya mensinergikan pendidikan vokasi dan dunia usaha dan dunia industri (DUDI)
Pandangan ini disampaikan Dirjen Pendidikan Vokasi Wikan Sukarinto di Jakarta, 9 Januari 2021.
Dalam konteks perubahan mindset ini, Wikan Sakarinto mengakui, terjadi perubahan mindset dan kapasitas leadership pada pengelola institusi pendidikan vokasi yang lebih terbuka dan lebih berani melakukan terobosan terobosan dan inovasi untuk mewujudkan link and match yang benar.
“Kami baru saja memberikan penghargaan atau award, seperti kepada Astra, sejumlah BUMN, karena mereka di tahun 2020 telah membina puluhan bahkan ratusan siswa SMK dan mahasiswa vokasi. Mereka melakukan itu karena lulusannya sesuai dengan harapan mereka,” ujar mantan Dekan Sekolah Vokasi UGM Yogyakarta ini.
Dalam wawancara satu jam yang sangat menarik ini, muncul pertanyaan bagaimana respons dunia industri dan masyarakat terhadap proses link and match selama ini. Meski hitungan belum satu tahun Direktorat Jenderal Vokasi bekerja, terbentuk Desember 2019, dan mulai bekerja di tengah tahun (Mei 2020), artinya baru tujuh bulan serta beberapa eselon baru bergabung di Juni 2020, namun, Wikan mengungkapkan, dalam enam bulan terakhir terjadi peningkatan dan gairah pihak SMK PT Vokasi, lembaga kursus dan pelatihan (LKP), dan dunia usaha, dunia industri dan dunia kerja atau Dudika, untuk melakukan link and match yang diikuti aktivitas yang komprehensif, nyata dan untas.
“Terus terang target kita link and match yang sesungguhnya saling menguntungkan semua pihak, tidak hanya tandatangan MoU. Kalo hanya tandatangan MoU saja, itu namnya bukan link and match tapi itu baru mau nge-link aja. Link and match 8 plus 1 yang kita inginkan, sudah semakin terwujud di ribuan SMK, ratusan PT Vokasi, dan ratusan LKP,” ujar Wikan.
Menurut Wikan mengenai apa yang disebutnya “Link and Match 8+1” dan menggambarkannya dalam bagan yang sangat jelas.
“Link and Match 8+1” itu terdiri atas kurikulum, soft skill, guru tamu DUDI, magang, sertifikasi kompetensi (guru dan dosen), training guru dan dosen oleh industri (leadership dan mindset), riset terapan, menghasilkan produk dilahirkan ke industri/pasar, komitmen serapan lulusan oleh DUDI (akan lebih baik disertai beasiswa/donasi DUDI-ini namanya plus 1)
Lebih lanjut Dirjen Vokasi Wikan Sakarinto menjelaskan, untuk melakukan perubahan mindset leadership di kalangana pengelola vokasi, pertama butuh tanah yang subur (mindset karakter guru dan dosen, pengelola/kepsek), harus melakukan inovasi dan perubahan.
“Istilahnya tanah dibajak dan disuburkan dahulu, lalu di tanami sehingga subur dan berbuah lulusan yang kompeten,” katanya membuat istilah.
Advertisement