Pengelola Kolam Ikan Koi Berbasis IOT di Blitar Siap Berbagi Ilmu
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Abdul Halim Iskandar, meresmikan kolam ikan koi berbasis Internate Of Thing (IOT) berukuran 11 m x 23 m di Desa Kemloko, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Kolam koi milik Nisikigoi Farm berbeda dengan kolam koi kebanyakan di Blitar. Koicom Nisikigoi Farm yang diketuai Andik Setiawan dan didampingi Naning Suprawati, kandidat Petani Mileneal tahun 2021, dan koordinator Aliansi Petani Indonesia Provinsi Jawa Timur. Bekerja dengan menggunakan teknologi internet.
"Kami siap untuk berbagi ilmu terhadap siapa saja yang membutuhkan," jelas Andik Setiawan kepada Ngopibareng.id di Kafe Joglo, Kelurahan Jati Malang, Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota Blitar.
Kolam yang terletak di tepi jalan Desa Kemloko, terlihat dibenami dengan piranti komputer di dalam kotak yang dipasang tiga meter dari bangunan kolam. Ada pula pipa jaringan sirkulasi air kolam yang tertata rapi di sisi pinggir kolam, tersambung kabel yang menghubungkan beberapa komponen alat yang melekat di dalam kotak tersebut.
Teknologi itu digunakan untuk mengukur suhu air, pemupukan, pemberian pakan, bahkan sampai kepada manajemen risiko terhadap tanda bahaya, secara terukur dan otomatis.
"Teknologi ini bisa jadi percontohan tentang keberhasilan pembangunan di desa dalam mengurangi tingkat kemiskinan," jelas Andik Setiawan.
Desa Kemloko Sentra Budidaya Ikan Koi
Desa Kemloko merupakan sentra ikan koi, kebanyakan petani dalam mengelola lahan sawah yang tadinya berbudidaya tanaman pangan, sekarang sudah banyak yang berubah menjadi kolam ikan koi. Bahkan hampir di setiap rumah warga mempunyai kolam ikan. "Kolam ikan ada yang diletakkan di depan rumah ada yang di belakang rumah karena budidaya ikan hias koi sangat menjanjikan," ujar Andik Setiawan.
Pembangunan kolam ikan koi seluas 11 x 23 meter ditambah komponen aplikasi IOT, menelan biaya hingga Rp 200 juta. Kolam smart IOT System ini di inisiasi oleh 5 pokmas farms koi yang terdiri dari NisigikoiCom, Sinisukakoifarm, Sandi Yahya Koi Farm, Rifky Koi Farm, Kuwut Koi Farm serta API dan Bumdes dalam satu manajemen Kemloko Bumi Koi.
Perubahan Air dalam Kolam Tidak Melebihi 4 Digit
Andik Setiawan menerangkan prinsip kolam ikan koi berbasis IOT di mana pengaturan pengelolaan air sebagai media hidup budidaya ikan agar perubahannya tidak boleh melebihi dari 4 digit.
"Pengelolaan perubahan air yang sifatnya bisa mempengaruhi perkembangan kehidupan ikan didalam kolam seperti PH air, kadar amoniak, dan disolf oksigen," jelasnya.
Untuk mengetahui dan mengatur sistem andik merakit instalasi komponen Hardware didalam kolam dan memasang beberapa Chip yang dibutuhkan di Print Circuit Board (PCB) sebagai pengatur perintah didalam sistem IOT.
Andik Setiawan menyebut salah satu contoh software yang dipasang platform aplikasi Arduino untuk menyimpan memori dan menggerakkan sistem perintah dalam merekam dan memerintah sistem.
"Untuk merekam dan mengatur perintah setiap perubahan air dalam kolam agar tidak melebihi 4 digit, andik memasang 3 sensor untuk merekam setiap perubahan air kolam yaitu sensor suhu, sensor udara, sensor kecepatan angin," terang dia.
Kadar Ph 8-9 Warna Ikan Koi Lebih Bagus
Berbeda padangan dengan para pembudidaya yang lainnya, kadar Ph yang tinggi justru membuat warna ikan koi lebih bagus. "Ada pandangan yang berbeda di mana air di dalam kolam tidak boleh melebihi angka 8 tetapi saya membuatnya ke angka 9 agar warnanya ikan hias koi bisa lebih bagus," tambahnya.
Di tempat yang sama, Atiek Oktoberiyantiningsih, salah satu pengurus pengelola kolam, menyebut kolam seukuran 13x23 meter sekali tebar sebanyak 500 ekor. "Panen setelah dibudidayakan pembesaran selama 5 bulan, dalam 18 bulan modal akan kembali," jelasnya.
Sebulan yang lalu, pihaknya telah menebar bibit kolam ikannya sejumlah 165 ekor. "Melihat perkembangannya, pertumbuha ikan koi sudah ada yang panjangnya 35 cm,' tambah Atiek.
Tebar Bibit Tak Ada Ikan yang Mati
Selama sebulan setelah tebar bibit ikan koi di kolam berbasis IOT, tidak ada benih ikan. Berbeda dengan kolam biasa yang ditemukan ada benih ikan yang mati. Atiek bercerita, selama sebulan setelah tebar bibit pembesaran ikan koi banyak hal kejadian di luar ekspetasi selain percepatan pertumbuhan pembesaran. Selain itu muncul potensi ekonomi baru.
"Jumlah planton dikolam semakin banyak. Ketika sisa planton untuk makanan koi di kolam dijual 1 botol Rp 10.000.
"Hasil inovasinya akan dijadikan pilot project untuk pembangunan perekonomian di desa. Pengelola ikan Koi siap untuk berbagi ilmu, hanya saja bagaimana advokasi tentang hak paten dari hasil penemuannya bisa dihargai oleh pemerintah," tutur dia.
Advertisement