Pengamatan terhadap Komunisme Dunia
Mari kita lupakan sejenak ganasnya wabah (pandemi) Covid-19 di tanah air. Kita berharap, vaksinasi 20 juta yang akan dilaksanakan akan memperkuat “Daya Immun kelompok”. Artinya sekitar 70 juta vaksin sudah akan terbagikan karena sebelumnya lebih 50 juta vaksin telah diinjeksikan.
Bagi ibu ibu rumah tangga, lupakan sejenak kenaikan harga kebutuhan pokok, kalau Perberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat sudah dilonggarkan dengan sendirinya harga akan turun, karena mata rantai distribusi akan lancar kembali. Para petani yang sedang panen juga harap bersabar, biasa setiap panen harga gabah selalu turun. Para buruh juga harap sabar dan tetap optimis menunggu kondisi ekonomi pulih kembali.
Kita tengok kenegara yang jauh lebih sengsara dari kita, sebentar lagi mendekati keruntuhan yaitu salah satu negara komunis yang masih tersisa, Kuba. Sudah sekitar seminggu berlangsung unjuk rasa besar, sebagai protes terhadap kegagalan pemerintah dalam mengatasi Covid-19 dan krisis ekonomi serta masalah klasik di negara komunis yaitu otoritarianisme. Kalau Partai Komunis Kuba runtuh, tinggal Partai Komunis Korea Utara yang masih tersisa dan cepat atau lambat akan mengalami nasib yang sama.
Antara Komunis Kuba dan Korea Utara
Partai Komunis di Kuba dan Korea Utara, keduanya digolongkan sebagai partai komunis konservatif yang secara ideologi merujuk kepada Marxisme - Leninisme. Masih ada partai komunis lain yang masih berkuasa yaitu Partai Komunis China, tetapi para ahli ideologi menganggap PKC termasuk revisionis. Secara ideologi tidak lagi merujuk kepada Marxisme - Leninisme - Maoisme, tetapi sejak Deng Hsiao Ping berkuasa sekitar tahun 1970-an PKC mengadopsi Marxisme plus nilai nilai budaya China.
Suatu bentuk metamorfosis komunisme yang secara formal tetap menyandang predikat partai komunis .Tetapi dalam praktek sehari hari, negara memberi beberapa kebebasan termasuk kebebasan beragama. Namun Partai Komunis China (PKC) tetap mengontrol warga negaranya, meskipun tidak ketat seperti era Mao, katakanlah sekarang “semi Represif". Warga negara bebas beragama karena agama dianggap bagian dari budaya China, jadi jangan heran sekarang ini terdapat 39 ribu masjid dan ribuan gereja serta vihara.
Loyalitas Partai Dikedepankan
Tetapi perlu dicatat bahwa kader Partai Komunis China, meliputi sekitar 5 sampai 8 persen penduduk, harus loyal pada doktrin komunisme. Artinya kalau pada suatu saat harus memilih taat pada agama atau partai, maka loyalitas kepada partai yang diutamakan. Dan kini RRC di bawah pimpinan PKC menjadi raksasa ekonomi dunia, meskipun secara militer masih dibelakang Amerika Serikat.
Secara ekonomi, Cina mempraktikkan ekonomi campuran sosialis dengan sistem ekonomi kapitalis , meskipun dalam hal ini BUMN mendominasi. Kepemilikan pribadi dan perdagangan diberikan keleluasaan termasuk perdagangan internasional dan penanaman modal asing. Menurut doktrin Marxisme hal ini dibenarkan sebagai “periode transisi” menuju Sosialisme.
Sistem politik berdasarkan Marxisme - Leninisme telah runtuh, tetapi marxisme sebagai ideologi tetap hidup dan bisa mengalami proses metamorfosa seperti di RRC. Adapun di Rusia yang dulu menjadi pemimpin Komunis Dunia, partai Komunis Rusia hanya menduduki urutan ke lima dalam pemilu alias partai gurem. Terserah Anda menyikapi perkembangan komunisme di RRC, Kuba dan Korea Utara, yang penting “kita belajar dari pengalaman sejarah nasional”. Tidak mendramatisasi suatu persoalan, tetapi tetap waspada dan tidak boleh “abai". Kuncinya negara harus kuat secara ideologi, politik, ekonomi dan militer. Bersatulah.
DR KH As'ad Said Ali
Pengamat Sosial Politik, tinggal di Jakarta.
Advertisement