Pengamat: Tokoh Lokal Penentu Kemenangan Pilwali Surabaya
Memasuki masa transisi new normal, atmosfir politik jelang Pilwali Kota Surabaya kembaliĀ memanas. Mesin partai politik sempat vakum sejak bencana wabah virus corona Covid-19 menghantam Kota Pahlawan ini.
Banyak pengamat politik di Surabaya menilai, denyut nadi politik jelang Pilwali Kota Surabaya kembali berdetak, seiring diperbolehkannya masyarakat beraktifitas meski tetap disiplin dan patuh terhadap protokol kesehatan.
Pengamat politik Edward Dewaruci mengatakan, saat ini banyak calon Walikota Surabaya mengklaim banyak memiliki dukungan masyarakat.
"Itu sih bisa aja tapi coba dilihat hasil Pemilu 2019 tiap TPS pasti kelihatan mana jaringannya yang bekerja dan menghasilkan suara, karena simpul tiap wilayah pasti ada recordnya," kata Edward, Jumat 19 Juni 2020.
Mantan Komisioner KPU Kota Surabaya itu menambahkan, pemilik suara sudah cerdas, tidak bisa ditipu oleh para calon Pilwali Surabaya. Bahkan menurutnya, si calon bisa-bisa yang tertipu oleh warganya.
Dia menganalisa, konstetasi politik jelang Pilwali Surabaya berubah. Hasil pemilu 2019 tidak bisa jadi patokan hasil suara untuk pilwali nanti.
Menurutnya, pada pilwali nanti kantong-kantong suara dikampung itu tidak harus dipegang oleh para ketua RT/RW. Namun tokoh-tokoh panutan dalam politik itu sendiri.
Menurut Edward Dewaruci, Pilwali Surabaya tahun ini rentang usia pemilih paling banyak antara 17-45 tahun. Mereka mesti didekati dengan cara mengenal apa yang mereka mau. Bukan dengan iming-iming duit.
"Merebut hati mereka atau pemilih itu yang sulit, karena akan ada prinsip, ambil uangnya jangan pilih calonnya," sindir dia.
Menurut analisa Edward Dewaruci, ada ribuan tokoh lokal yang sangat berpengaruh di wilayah-wilayah perkampungan akan menentukan siapa memenangkan pertarungan Pilwali Surabaya.
"Tidak ada partai yang punya massa jelas jika ukurannya hanya Kartu Tanda Anggota. Karena terkadang, jumlah KTA tak selaras dengan perolehan hasil di tiap-tiap TPS. Dari pengalaman beberapa kali Pilpres dan Pilgub sebelum 2019 ternyata tidak menjamin, Tapi kita bisa lihat di menejemen partai nya juga apakah mampu mempertahankan nilai-nilai ideologisnya, sehingga bisa membangun loyalitas terutama di level grass root," beber Edward Dewaruci.
Advertisement